Bismillah. Manusia adalah makhluk sosial. Dan karena sifat alamiah tersebut kebutuhan atas sosial media hadir sebagai eksistensinya. Seiring waktu dunia nyata semakin terasingkan karena pemiliknya sibuk dengan dunia sosial yang beragam fitur saling melengkapi kebahagiaan semu ini. Nyata adalah antitesis sosial media.Â
Puasa sebagai ibadah nyata menahan makan dan minum secara lahiriah selama lebih 12 jam bukan tak mudah juga diaplikasikan sebagai ibadah nyata untuk sosial media yang memberikan kebahagiaan semu. Semu karena ragamnya memberikan dopamin untuk otak yang mudah bosan tak berhenti bergulir dari layar. Lalu, diri tersadar bahwa Ramadan yang hanya sebulan dengan banyak berkah ini segera berakhir.Â
Dan akhirnya bingung sebenarnya ketakutan apa yang diinginkan diri untuk tak tertinggal dengan sosial media hingga berlepas pun menjadi dilema karena sifat makhluk sosial?sedangkan Ramadan bulan berlimpah keberkahan, Lailatul qadar salah satunya. Kembali mengingat tentang waktu, matahari yang tak pernah berhenti berputar, dilema ini hanya sebuah pembenaran sesaat. Karena sebuah keniscayaan ini kekuatan puasa secara nyata sosial media mulai terlihat mudah. Karena memang bayaran yang diberikan diri terhadap hal tersebut adalah waktu yang berbentuk sebuah atensi.
Mulai mengulik bagaimana waktu yang diberikan diri terhadap sebuah aplikasi lalu berevalusi dengan hasilnya. Sedikit referensi tentang cara kerja sosial media secara global. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala berikan taufik-Nya untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Aamiin. Baarakallhu fiikum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H