Mohon tunggu...
Lily Trisnawati
Lily Trisnawati Mohon Tunggu... Teknisi - Hamba Allah yang sedang belajar dan memanfaatkan sains untuk kehidupannya

Langit yang biru senantiasa menggemakan suara indahmu ~Rumi~ ...Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS Az Zumar: 53)

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kesadaran Bersyukur

3 April 2022   17:13 Diperbarui: 3 April 2022   17:15 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kereta sore itu penuh sesak karena kebijakan normal sudah berlaku kembali. Aku pun cukup butuh waktu untuk masuk ke dalam kereta. Dan akhirnya aku memilih untuk bersandar dekat pintu setelah bisa masuk karena barang bawaan yang tidak sedikit. 

Tidak jauh dari posisi berdiriku, sedang berdiri pula seorang wanita sambil menggendong anak perempuan mungil dan juga menggandeng anak laki-laki yang sudah agak besar-sekitar SD. 

Aku menawarkan untuk meminta duduk di bangku yang memang sudah terisi semua, tapi mereka termasuk prioritas. Sedihnya, tidak ada yang bergerak untuk memberi duduk. Ketika aku ingin membantu untuk berbicara ke penumpang yang sedang duduk, beliau tidak mau karena sebentar lagi turun. 

Saat itu kami naik kereta dari tanah Abang, dan Ibu itu bilang ingin turun Manggarai. Aku tidak berani memaksa, karena mungkin Ibu itu takut susah turunnya nanti dengan kondisi kereta penuh kalau harus duduk dulu. 

Tidak lama, ada perempuan jilbab hitam ingin membantu kembali Ibu tersebut untuk mendapatkan tempat duduk, dan beliau tetap teguh untuk berdiri saja karena memang dekat. Tidak seperti aku yang malu menyapa, perempuan tersebut akhirnya memilih untuk mengajak ngobrol beliau.

Mulai sapaan dari mana, dan ingin ke mana. Jawaban tak terduga kudapatkan. Karena ternyata Ibu tersebut setiap Minggu berusaha untuk terapi anaknya berbicara hingga mau menempuh perjalanan dari Cikarang-Pondok Ranji. 

Anak perempuan yang sedang Ibu itu gendong terlihat mungil tapi ternyata sudah berusia 5 tahun. Dan belum lama baru bisa makan dengan normal setelah operasi mulut (kurang mendengar obrolan penyakitnya apa) karena sebelumnya pakai selang. 

Aku yang tadinya bisa melihat anak perempuan lucu pada umumnya, jadi tak kuasa menahan air mata ketika mengetahui kondisi sebenarnya. Aku reflek melihat diri ini yang kadang tak sadar apa yang dibicarakan mungkin menyakiti orang lain, padahal kemudahan berbicara ini suatu nikmat. Yang harusnya selayaknya sebuah nikmat kita perlu syukuri untuk ketaatan kepada-Nya. Lalu tiba-tiba kepikiran sebuah pertanyaan apakah kehilangan akhirnya membuat kesadaran kita atas rasa syukur ada?

Tidak salah, tapi ada yang lebih sering diingatkan oleh Allah swt tentang kesadaran bersyukur atas ketidaksadaran yang kita miliki. 

Kesadaran bersyukur atas apa yang sudah miliki termasuk ketidaksadaran kita harus dilatih setiap saat. Meskipun sebenarnya Allah swt. sudah banyak memberikan kisi-kisi apa saja latihannya. Salah satunya ada pada Q.S Al Mulk (67): 23.

Katakanlah, "Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur."

Semua berproses terhadap bagaimana memahami kesadaran untuk bersyukur atas apa yang memang sudah kita miliki. Jangan pernah lelah untuk meminta petunjuk-Nya atas apa yang kita miliki sebagai jalan untuk bersyukur. 

Karena memiliki kesadaran untuk bersyukur sendiri adalah nikmat seperti apa yang disampaikan oleh Imam Syafii rahimahullah, "Segalapuji bagi Allah, yang salah satu dari nikmat-Nya tidak dapat disyukuri kecuali berkat adanya nikmat baru yang mendorong seseorang untuk bersyukur kepada-Nya."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun