Mohon tunggu...
Raisya Anjani Putri Syawalia
Raisya Anjani Putri Syawalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 - Pendidikan Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Faktor Penyebab dan Dampak Pernikahan Tinggi di Kelurahan Taman Sari Kecamatan Bandung Wetan

26 Mei 2024   00:13 Diperbarui: 26 Mei 2024   00:15 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bergantung pada budaya, nilai-nilai pribadi, dan kepercayaan agama, beberapa orang mungkin melihat memiliki keturunan sebagai tujuan utama pernikahan, sementara orang lain mungkin memiliki tujuan lain. Memiliki anak bisa menjadi bagian penting dari kehidupan pernikahan bagi banyak pasangan karena mereka ingin memperluas keluarga mereka dan berbagi tanggung jawab dan kasih sayang orangtua. Bagi sebagian orang, memiliki anak juga bisa menjadi cara untuk meneruskan garis keturunan atau warisan keluarga. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua pasangan ingin atau bisa memiliki anak. Beberapa mungkin memilih untuk tidak memiliki anak karena alasan pribadi, seperti masalah kesehatan, pilihan gaya hidup, atau masalah karier. Pada posisi ini, pasangan harus saling memahami dan menghormati keinginan dan nilai masing-masing untuk membangun hubungan yang bahagia dan memuaskan, karena tujuan pernikahan dapat sangat berbeda dan tidak ada satu jawaban yang tepat untuk semua orang. 

C. FAKTOR PERNIKAHAN TINGGI 

Umumnya tingkat pernikahan tinggi di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor demografis, sosial, dan ekonomi. Berikut adalah penjelasan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi tingkat pernikahan tinggi. 

1. Faktor Demografis 

Faktor demografis yang berhubungan dengan pernikahan tinggi di Indonesia meliputi status pernikahan, jenis kelamin, dan pendapatan. Penelitian yang dilakukan oleh Kajian Muntamah dkk. (2019) menemukan bahwa status pernikahan saat berhubungan seksual pertama kali, tipe tempat tinggal, status bekerja pasangan, pendidikan wanita, dan pendidikan pasangan berpengaruh secara signifikan terhadap pernikahan dini di Indonesia. Sementara itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Yunita (2014) menemukan bahwa pendidikan wanita dan pendidikan pasangan berhubungan dengan kejadian pernikahan usia muda pada remaja putri di Desa Pagerejo Kabupaten Wonosobo. 

2. Faktor Sosial 

Faktor sosial adalah salah satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya angka pernikahan dini di Indonesia. Faktor sosial ini meliputi beberapa aspek, seperti: 

  • Sosialisasi dan edukasi. Kurangnya sosialisasi dan edukasi tentang pendidikan kesehatan reproduksi dapat mempengaruhi keputusan remaja untuk menikah dini. Masyarakat perlu diberikan pengetahuan tentang pelayanan kesehatan reproduksi untuk memahami resiko pernikahan belum cukup umur bagi kesehatan reproduksi.
  • Pengaruh teman dan lingkungan. Faktor sosial juga meliputi pengaruh teman dan lingkungan. Remaja dapat dipengaruhi oleh teman yang sudah menikah dini dan berpikir bahwa hal tersebut adalah hal yang normal. Hal ini dapat mempengaruhi keputusan remaja untuk menikah dini. 
  • Diskriminasi gender. Diskriminasi gender juga dapat mempengaruhi keputusan pernikahan dini. Perempuan yang belum menikah dapat menjadi bahan gunjingan di masyarakat, sehingga mereka berpikir bahwa menikah dini adalah cara untuk menghindari stigma ini. 
  • Pengaruh media sosial. Media sosial juga dapat mempengaruhi keputusan pernikahan dini. Remaja dapat dipengaruhi oleh informasi atau role model di media sosial yang mempromosikan perkawinan dini. 
  • Pengaruh adat dan budaya. Adat dan budaya juga dapat mempengaruhi keputusan pernikahan dini. Di beberapa wilayah, seperti Madura, NTT, dan NTB, sistem perjodohan yang dilakukan dapat mempengaruhi keputusan remaja untuk menikah dini.

3. Faktor Ekonomi 

Tingkat pernikahan tinggi dipengaruhi oleh faktor ekonomi karena beberapa alasan. Pertama, situasi ekonomi yang tidak stabil dapat memaksa orang untuk menikah lebih awal sebagai cara untuk meringankan beban finansial keluarga. Kedua, remaja dapat berpikir bahwa menikah adalah pilihan yang lebih baik daripada menganggur karena tidak ada biaya untuk melanjutkan pendidikan. Ketiga, karena sebagian besar masyarakat hidup dalam kemiskinan, banyak orang menikah dengan harapan menikah akan membantu mereka mendapatkan lebih banyak uang. Dalam beberapa kasus, orang tua juga dapat mempengaruhi keputusan anak mereka untuk menikah dengan tidak memberikan pandangan yang positif terhadap pendidikan, membuat anak-anak mereka percaya bahwa menikah adalah cara untuk mendapatkan lebih banyak uang dan mendapatkan keamanan finansial. Oleh karena itu, faktor ekonomi adalah salah satu alasan mengapa seseorang menikah.

Selain ketiga faktor di atas, terdapat juga beberapa faktor yang mengakibatkan tingginya tingkat pernikahan di Kelurahan Taman Sari, yaitu: 

  • Tingginya Jumlah Penduduk 

Dalam data BPS Kota Bandung menjelaskan bahwa di Bandung Wetan terdapat 3 kelurahan yaitu Kelurahan Cihapit, Kelurahan Citarum, dan yang tertinggi adalah Kelurahan Tamansari dengan jumlah penduduknya sekitar 112.595 jiwa yang tercatat pada tahun 2020-2022. Hal tersebut menjadi salah satu faktor utama yang sangat signifikan di Kelurahan Taman Sari, karena adanya lebih banyak individu yang bertemu dan berinteraksi secara sosial. Dengan populasi yang besar, hal tersebut berkemungkinan untuk menemukan pasangan hidup juga meningkat.

  • Dorongan Orang Tua 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun