Organisasi yang ini bahkan rela menganggarkan lebih dari Rp 1 miliar untuk mengadakan kampanye tersebut. Salah satunya dengan memasang billboard bergambar tikus dan anak kecil disertai tulisan "Who would you rather see live?"
Dr Dario L Ringach, Seorang ahli saraf dari University of California mengaku sering terpikirkan untuk menentang penggunaan hewan uji, namun ia berpikr pengorbanan dilakukan untuk kebaikan yang lebih besar.
"Manusia yang menjadi korban akan lebih banyak jika tidak dilakukan penelitian. Bayangkan berapa banyak korban manusia yang jatuh apabila vaksin polio tidak  ditemukan?" ungkap Dr Ringach.
Dalam kasus penggunaan simpanse uji coba HIV AIDS sendiri juga memiliki banyak penentang. Alasannya adalah Sengaja menyuntikkan virus seperti HIV atau obat-obatan lainnya pada simpanse hanya untuk memahami dampaknya benar-benar tidak dapat diterima. Seolah olah simpanse tersebut mati tersiksa hanya untuk tujuan yang tidak terlalu besar.
Simpanse yang tidak memiliki kemampuan mengeluhkan rasa sakit dan penderitaan dimanfaatkan manusia saat melakukan pengujian pada simpanse. Seolah- olah kekurangan simpanse malah dimanfaatkan.
Selain itu, karena binatang seperti simpanse dan monyet sangat mirip dengan manusia dengan DNA yang hampir 98% sama yang memiliki kecerdasan dan mungkin kesadaran yang hampir sama, apakah manusiawi melakukan percobaan pada binatang seperti itu? Dengan melakukan percobaan pada makhluk yang hampir sama dengan manusia, bukannya sama saja melakukan percobaan pada manusia sendiri?
Selain itu, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mustahil tidak terdapat metode alternatif untuk menggantikan pengujian pada hewan. Contohnya mungkin dengan pengujian obat terhadap sebuah virus yang disimulasikan di sebuah organ yang berasal dari orang yang sudah meninggal. Dengan ditemukannya berbagai metode tersebut, pengujian kepada hewan menjadi semakin tidak bisa dibenarkan.
Dengan kontroversi- kontroversi yang beredar di kalangan masyarakat dunia, menurut saya sendiri, penggunaan simpanse untuk pengujian obat HIV AIDS memang diperlukan untuk keperluan sains dan perkembangan ilmu kesehatan yang tentunya berdampak baik bagi tingkat kesehatan umat manusia. Jika obat tidak diujikan terlebih dahulu, dapat sangat merugikan umat manusia.Â
Misalnya saat obat baru diujikan pada manusia langsung, ternyata malah mengakibatkan virus yang menular, entu sangat mengancam jiwa jutaan orang. Penggunaan hewan uji ini sangat penting untuk mengurangi korban manusia yang ditimbulkan oleh penyakit. Pengorbanan beberapa hewan jauh lebih murah harganya dibanding kematian umat manusia dalam skala besar yang bisa ditimbulkan oleh suatu penyakit. Â
 Namun, penggunaan hewan uji yang dalam hal ini simpanse, haruslah sepadan dengan kepentingan untuk manusia. Pengujian pada hewan ini seharusnya dilakukan untuk obat yang telah memasuki tahap akhir. Sebisa mungkin, pengujian hewan menjadi langkah terakhir untuk pengujian obat. Selama obat masih bisa diuji dengan teknologi, hindari penggunaan hewan untuk mengurangi penggunaan hewan uji. Obat yang diujikan juga sebisa mungkin tidak berbahaya bagi hewan tersebut.
Kode Etik penggunaan hewan untuk kepentingan percobaan: