Mohon tunggu...
Jamaludin
Jamaludin Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN/UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA/NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Gaji dan Gizi: Membagun Pilar Pendidikan yang Kokoh

5 Desember 2024   14:11 Diperbarui: 8 Desember 2024   21:49 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Rencana program makan siang gratis di sekolah. (Foto: KOMPAS/AHMAD ARIF) 

Banyak penelitian menunjukkan bahwa siswa yang lapar sulit berkonsentrasi dan memiliki tingkat absensi yang lebih tinggi. Dengan adanya program ini, siswa dari berbagai latar belakang ekonomi dapat belajar dengan kondisi fisik dan mental yang lebih baik.

Hasil penelitian: Studi oleh Murphy et al. (2021) yang diterbitkan di Journal of School Health menunjukkan bahwa siswa yang berpartisipasi dalam program makan siang gratis memiliki peningkatan konsentrasi sebesar 18% dan penurunan tingkat absensi hingga 23%. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya program makan bergizi gratis untuk mendukung pencapaian akademik.

Selain itu, penyediaan makan siang gratis dapat menjadi alat untuk memperkenalkan pola makan sehat kepada siswa, mendukung pertumbuhan fisik mereka, dan mengurangi kesenjangan sosial di sekolah.

Sinergi Guru dan Siswa untuk Pendidikan Berkeadilan

Kombinasi antara kesejahteraan guru dan gizi siswa menciptakan sinergi yang ideal untuk pendidikan yang inklusif. Guru yang sejahtera mampu memberikan perhatian penuh pada siswa, sementara siswa yang tidak lagi lapar dapat fokus menerima pembelajaran. 

Foto Makan Geratis untuk Siswa (Sumber: riutribunecom)
Foto Makan Geratis untuk Siswa (Sumber: riutribunecom)

Sinergi ini menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih sehat, di mana kedua pihak saling mendukung untuk mencapai hasil yang optimal.

Hasil penelitian: Kajian oleh UNICEF (2019) menemukan bahwa kombinasi intervensi untuk kesejahteraan guru dan gizi siswa dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 12% di negara-negara berkembang. Intervensi semacam ini juga mampu mengurangi ketimpangan pendidikan di kawasan perkotaan dan pedesaan.

Tantangan dan Peluang

Meski ide ini menjanjikan, implementasinya memerlukan perencanaan matang dan kerja sama dari berbagai pihak. 

Salah satu tantangan terbesar adalah memastikan keberlanjutan program, terutama terkait dengan anggaran yang besar. Namun, peluang untuk melibatkan pihak swasta melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dapat menjadi solusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun