Mohon tunggu...
SUKAINIL AHZAN
SUKAINIL AHZAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Dosen di Universitas Pendidikan Mandalika dan sedang menempuh Program Doktor Program Studi Ilmu Pendidikan di Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membumikan Pancasila di Kelas: Solusi Praktis untuk Tantangan Pengembangan Filsafat Pendidikan

26 Desember 2024   19:40 Diperbarui: 26 Desember 2024   18:38 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pancasila sebagai dasar negara sekaligus ideologi bangsa Indonesia memiliki peran penting dalam membentuk karakter generasi penerus. Dalam konteks pendidikan, nilai-nilai Pancasila perlu diintegrasikan melalui filsafat pendidikan yang menjadi panduan mendasar dalam proses pembelajaran. Namun, bagaimana kita bisa memastikan Pancasila benar-benar membumi di ruang kelas? Sebelum membahas solusinya, penting untuk memahami apa itu filsafat pendidikan dan mengapa hal ini begitu penting.

Filsafat pendidikan adalah fondasi yang menentukan arah, tujuan, dan metode pembelajaran. Ia berfungsi sebagai pedoman untuk menciptakan sistem pendidikan yang tidak hanya menekankan aspek intelektual, tetapi juga membangun karakter siswa. Dalam konteks Pancasila, filsafat pendidikan membantu menyelaraskan nilai-nilai seperti keadilan, kemanusiaan, persatuan, dan musyawarah ke dalam proses pembelajaran. Dengan filsafat pendidikan yang kokoh, pendidikan tidak hanya menjadi sarana transfer ilmu, tetapi juga wadah pembentukan karakter yang berlandaskan Pancasila.

Salah satu tantangan pengembangan filsafat pendidikan Pancasila adalah kurangnya pemahaman terhadap Pancasila. Banyak pendidik dan siswa yang hanya memahami Pancasila secara tekstual tanpa mendalami maknanya secara kontekstual. Hal ini menyebabkan nilai-nilai Pancasila sulit diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sistem pendidikan yang terlalu fokus pada aspek kognitif sering kali mengabaikan pengembangan karakter dan moral. Akibatnya, nilai-nilai Pancasila hanya menjadi teori tanpa praktik nyata. Tantangan lainnya adalah pengaruh globalisasi dan teknologi. Di era globalisasi, budaya asing dengan nilai-nilai yang tidak selaras dengan Pancasila mudah memengaruhi generasi muda. Teknologi digital juga membawa tantangan baru, seperti penyebaran informasi yang tidak sesuai dengan nilai Pancasila. Minimnya dukungan dari orang tua dan lingkungan juga menjadi hambatan. Pendidikan karakter berbasis Pancasila memerlukan dukungan dari lingkungan keluarga dan masyarakat, namun banyak orang tua yang belum sepenuhnya terlibat dalam mendukung pendidikan nilai-nilai Pancasila.

Untuk membumikan Pancasila di kelas, guru dapat mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam setiap mata pelajaran. Misalnya, dalam pelajaran sejarah, siswa diajak untuk memahami peran persatuan dalam perjuangan kemerdekaan. Dalam matematika, siswa diajarkan untuk menghargai kerja sama dan keadilan dalam menyelesaikan masalah kelompok. Metode pembelajaran inovatif seperti diskusi kelompok, studi kasus, dan permainan edukatif dapat membantu siswa memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila secara praktis. Contohnya adalah simulasi musyawarah kelas untuk mengambil keputusan bersama. Selain itu, siswa dapat dilibatkan dalam proyek-proyek sosial, seperti kerja bakti atau kegiatan amal, untuk mempraktikkan nilai gotong royong dan kemanusiaan. Proyek ini tidak hanya mengajarkan nilai Pancasila, tetapi juga memperkuat keterlibatan siswa dalam kehidupan bermasyarakat. Guru juga dapat memanfaatkan teknologi untuk mengenalkan nilai-nilai Pancasila melalui video inspiratif, konten kreatif di media sosial, atau aplikasi pembelajaran interaktif. Pendekatan ini relevan dengan minat generasi digital.

Sekolah harus menjadi tempat di mana nilai-nilai Pancasila diajarkan dan dipraktikkan. Hal ini bisa dilakukan melalui kegiatan rutin seperti upacara bendera, diskusi tentang isu-isu sosial, atau lomba-lomba bertema Pancasila. Guru sebagai teladan harus menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam kesehariannya. Orang tua juga memiliki peran penting sebagai pendidik pertama dan utama dalam kehidupan anak. Dengan memberikan contoh perilaku yang sesuai dengan nilai Pancasila, seperti bersikap adil, menghormati orang lain, dan mendukung musyawarah keluarga, mereka membantu memperkuat apa yang diajarkan di sekolah. Program-program seperti parenting class atau diskusi antara guru dan orang tua dapat membantu menyelaraskan visi dalam membentuk karakter siswa. Kolaborasi ini memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila diajarkan secara konsisten di rumah dan sekolah.

Membumikan Pancasila di kelas bukanlah tugas yang mudah, tetapi bukan pula hal yang mustahil. Dengan memahami pentingnya filsafat pendidikan, mengatasi tantangan yang ada, dan menerapkan solusi praktis, kita dapat menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter. Peran guru, siswa, orang tua, dan seluruh elemen masyarakat sangat penting dalam mewujudkan tujuan ini. Dengan begitu, nilai-nilai Pancasila akan benar-benar menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari generasi penerus bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun