Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, bukan hanya sekedar rumusan ideologi yang dihafalkan, tetapi juga sebagai panduan moral dan filosofis dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia pendidikan. Pancasila mengandung nilai-nilai universal yang tidak hanya relevan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi juga harus diinternalisasi dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai-nilai Pancasila harus diterapkan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berbudi pekerti luhur dan memiliki kesadaran sosial yang tinggi.
Pancasila, yang terdiri dari lima sila, mengandung makna yang mendalam yang seharusnya menjadi landasan dalam pendidikan karakter di Indonesia. Setiap sila dari Pancasila memiliki potensi untuk ditanam dan dikembangkan dalam pendidikan dengan cara yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Misalnya, sila pertama, "Ketuhanan yang Maha Esa," mengajarkan pentingnya nilai religiusitas dalam kehidupan, yang dapat diaplikasikan dalam membangun karakter siswa yang menghormati perbedaan keyakinan dan memiliki kesadaran spiritual. Lalu bagaimana kita bisa menyatukan pemahaman filosofis Pancasila denga pembelajaran?
Menyatukan Pemikiran Filosofis dengan Praktik Pembelajaran
Nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan bukan hanya sebuah konsep teoretis, tetapi harus menjadi tindakan praktis yang dapat dilihat dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Hal ini dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum, metode pembelajaran, serta interaksi antara guru dan siswa. Langkah ini telah dilakukan oleh pemerintah kita dalam menginternalisasi nilai-nilai Pancasila pada diri siswa. Tidak hanya dalam pembelajaran intrakurikuler tetapi juga dalam kegiatan kokurikuler bahkan ekstrakurikuler, dan salah satu yang sekarang terkenal dengan istilah P5. Penting dipahami oleh pelaksana pendidikan, esensial dari P5 itu sendiri yaitu untuk mengembangkan filosofis pancasila dalam diri siswa sehari-hari, bukan hanya berfokuspada hasil atau produk dari P5 itu sendiri.
Selain itu, guru juga dapat menggunakan pendekatan yang berbasis pada nilai-nilai pancasila dalam aktivitas pembelajaran. Misalnya, melalui pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan kolaborasi siswa dari berbagai latar belakang. Pembelajaran yang memberikan ruang bagi siswa untuk berpikir kritis, berdiskusi, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan akan menciptakan suasana yang lebih demokratis dan menghargai keberagaman, sesuai dengan semangat Pancasila. Penerapan nilai-nilai Pancasila juga harus tercermin dalam kebijakan sekolah yang mengedepankan kesetaraan dan keadilan bagi semua siswa. Sekolah inklusif yang mendukung siswa berkebutuhan khusus, serta fasilitas yang memadai untuk semua siswa, adalah contoh konkret dari implementasi Pancasila dalam dunia pendidikan.
Paradigma yang terjadi dalam Pendidikan sekarang adalah guru-guru telah mampu menuliskan profil Pancasila yang akan dikembangkan dalam kelas dalam setiap mata pelajaran, namun pada akhirnya dalam proses pembelajaran, guru sering lupa dalam mengevaluasi, apakah telah berhasil atau tidak dalam mengembangkan karakter
Tantangan dan Peluang Implementasi Pancasila dalam Pendidikan
Tantangan terbesar dalam implementasi Pancasila dalam kelas adalah adanya kecenderungan untuk memandang Pancasila hanya sebagai teori yang harus diajarkan secara normatif, tanpa adanya upaya nyata untuk mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya integrasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas. Namun, meskipun tantangan ini besar, terdapat peluang besar untuk menerapkan Pancasila dalam dunia pendidikan. Salah satunya adalah melalui pembentukan karakter siswa yang mencakup aspek moral, sosial, dan intelektual, yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila. Dengan semakin berkembangnya teknologi dan metode pembelajaran yang lebih interaktif, Pancasila dapat diajarkan dengan cara yang lebih menarik dan relevan, terutama bagi generasi milenial dan Z yang semakin terhubung dengan dunia luar.
Pancasila tidak hanya berfungsi sebagai dasar negara yang wajib dipahami oleh setiap warga negara, tetapi juga sebagai pijakan yang sangat esensial dalam dunia pendidikan. Dengan mengubah pemikiran filosofis Pancasila menjadi aksi nyata dalam proses pembelajaran, kita dapat menghasilkan generasi yang tidak hanya unggul dalam aspek akademik, tetapi juga memiliki karakter yang kokoh, berbudi pekerti luhur, dan mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat serta bangsa. Oleh karena itu, pendidikan Pancasila seharusnya lebih dari sekadar mata pelajaran teoritis, dan harus menjadi bagian integral dari setiap elemen dalam kegiatan belajar mengajar di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H