Hizbullah mendedikasikan dirinya sebagai perwakilan daripada masyarakat Syiah di Lebanon, yang berjuang untuk mengembalikan hak-hak masyarakat yang tertindas. Sebaliknya, Israel merasa bahwa dirinya berada ditempat yang mana semua negara berniat untuk menghancurkannya, oleh karena itulah ia harus melakukan banyak tindakan militer terhadap negara-negara di Timur Tengah guna melindungi dirinya. Dalam konteks ini, apa yang dilakukan Israel berkaitan dengan konsep Deterrence.
 Deterrence sendiri memiliki arti sebuah tindakan yang berupa ancaman kepada negara lain guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan oleh suatu negara. Dalam konteks konflik ini, Israel meraskan bahwa dirinya berada di tempat yang mana semua negara di wilayah tersebut hendak menghancurkannya.Â
Israel tidak ingin negaranya dihancurkan, karena itulah ia memberikan ancaman berupa gencatan senjata serta aktivitas militer ke negara- negara yang menurutnya bersangkutan, dengan harapan bahwa tindakan yang dilakukannya tersebut akan mengurungkan niat negara-negara yang hendak menghancurkannya dengan adanya kerugian yang diakibatkan dari serangan-serangan yang Israel lakukan terhadap mereka.
Dengan ini, dapat disimpulkan bahwa konflik antara Hizbullah dan Israel yang kembali menjadi sorotan adalah salah satu contoh penting daripada Konflik Regional yang dipengaruhi oleh banyak sekali aspek eksternal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H