Nazila Umrotul Laily
FTK-UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan suatu hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, momen tersebut menjadi penanda lahirnya suatu ikrar yang sakral dan sarat makna dari pemuda Indonesia yang dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Kajian ini menjadi menarik karena belakangan ini masyarakat Indonesia utamanya generasi millennial cenderung bersikap individual. Hal ini tentunya menjadi suatu masalah karena bangsa ini membutuhkan kerja kolaboratif untuk menjadi suatu bangsa yang maju. Penelitian ini menngunakan pendekatan kualitatif. Adapun metode penelitiannya yakni metode sejarah dengan menggunakan empat tahapan yaitu, pertama, heuristik, menghimpun data-data yang relevan melalui review literatur, dan wawancara. Kedua kritik, memilih dan memilah data yang sesuai dengan kebutuhan. Ketiga, interpretasi, menafsirkan data yang telah dipilh dengan memberi pemaknaan. Keempat historiografi, penyajian atau penyampaian sintesa yang diperoleh dalam bentuk suatu kisah sejarah. Hasil penelitian menggambarkan, bahwa ikrar yang diucapkan oleh para pemuda ditahun 1928 menunjukkan suatu jiwa ksatria. Menggelorakan semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Melalui sumpah pemuda kita diajarkan menghargai perbedaan baik dari etnis, budaya, bahasa daerah maupun perbedaan kepentingan untuk membangun harmonisasi dalam bingkai kebersamaan. Tentu jika belajar dari peristiwa masa lalu, sumpah pemuda dapat menjadi pembelajaran untuk meneguhkan solidaritas kaum muda untuk berkontribusi terhadap bangsa ini.
Kata Kunci: sumpah Pemuda, Perjuangan, Indonesia
PENDAHULUAN
Sosok pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam pergelokan sejarah. Setiap pergantian peradaban, dibelakangnya selalu ada “pemuda” yang mempeloporinya. Sejarah Indonesia mencatat, bahwa bangsa ini mengalami pergelokan berkali-kali, sejak bangsa ini masih berbentuk kerajaan, hingga zaman kolonialisme Belanda dan Jepang. Pergolakan tersebut selalu ada kepemimpinan sosok muda yang bisa dirunut sebelum kemerdekaan terjadi. Sejak Indonesia masih menganut sistem pemerintahan kerajaan, sudah ada sosok-sosok muda yang mempengaruhi pergolakan zaman. Sebut saja nama Raja Hayam Wuruk, yang pada usia 16 (enam belas) tahun sudah menduduki tahta Majapahit. Di bawah kepemimpinannya, tanah Nusantara menjadi satu padu. Pada saat itu Indonesia masih dikenal dengan nama Nusantara. Masa kolonialisme, ada banyak tokoh-tokoh muda yang berinisiatif mengangkat senjata atas penjajahan. Gelora jiwa muda tersebut merasa sakit melihat perlakuan para penjajah atas rakyat pribumi. Sebut saja Pangeran Diponegoro menolak tahta Mataram yang diberikan kepadanya dan memilih mengangkat senjata melakukan perang geriliya melawan Belanda, yang dinilainya telah habis-habisan menghisab rakyat. Walaupun perlawanannya tidak berhasil mengusir penjajah, tetapi sejarah telah menyebutkan bahwa perang Diponegoro yang berlangsung 1825-1830 adalah perang yang paling berat dijalani oleh Belanda, sertamenguras kas negara paling banyak. Kiprah kaum muda semakin diakui dalam fase-fase sejarah berikutnya yakni sejak abad 19, saat bangsa ini mengenal momen kebangkitan nasional, kaum muda Indonesia memiliki peran penting. Para Mahasiswa STOVIA, menjadi pioner bagi proses bangkitnya bangsa Indonesia untuk melakukan perlawanan secara sistematis terhadap imprealisme. Selang beberapa dasawarsa kemudian, tepatnya pada tahun 1928, beberapa kaum muda sekali lagi mengguncangkan sejarah dengan mendeklarasikan Sumpah Pemuda. Sumpah pemuda bagaikan sebuah manifesto yang sangat heroik, mengajak segenap bangsa untuk melepaskan keberbedaan mereka, dan menjadi satu dalam bingkai Indonesia. Sumpah pemuda menjadi titik balik dalam proses perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme, perjuangan bangsa Indonesia dulunya bersifat kedaerahan dan fisik. Namun setelah era kebangkitan nasional dan sumpah pemuda, penjuangan bangsa Indonesia menjadi lebih tersismatis. Perlawanan tidak hanya bersifat kedaerahan, namun bergerak untuk mempersatukan diri, merasa senasib sepenannggungan. Selain itu, juga melalui melakukan gerakan diplomasi menggatikan perlawanan fisik. Perjuangan dengan cara yang lebih modern inilah, dalam kurun waktu beberapa dasawarsa kemudian, akhirnya membawa Indonesia pada tahun 1945 meraih kemerdekaanya. Sumpah Pemuda perlu dimaknai sebagai refleksi untuk bangkit dari keterpurukan, ketertinggalan, ketidakadilan, kemiskinan dan kebodohan. Sumpah pemuda seharusnya dijadikan sumber inspirasi dan motivasi bagi rakyat Indonesia tanpa terkecuali untuk berkiprah diberbagai bidang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dimasa sekarang dan dimasa yang akan datang. Di era sekarang ini yang disebut sebagai era revolusi 4.0 membutuhkan persaingan yang cukup ketat, untuk itu Indonesia sebagai negara yang dikatakan berkembang untuk bersaing di era sekarang ini perlu bangkit dari keterpurukan dan meningkatkan kualitas manusianya.
METODE PENELITIAN
Riset ini didisain dengan riset kualitatif melalui pendekatan partisipatif. Penelitan dengan metode kualitatif menurut David Williams dapat didefinisikan sebagai pengumpulan data pada suatu latar yang alamiah dengan menggunakan metode alamiah dan dilakukan oleh peneliti yang tertarik dengan sesuatu yang alamiah. Metode kualitatif dengan partisipatif pada umumnya digunakan untuk melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan berkembang pada situasi sosial yang akan diteliti untuk mengkaji suatu peristiwa. Berangkat dari pendapat tersebut, maka riset ini ditujukan untuk mengkaji suatu peristiwa sejarah tentang sumpah pemuda tahun 1928. Adapun metode penelitiannya yakni metode sejarah dengan menggunakan empat tahapan yaitu, pertama, heuristik, menghimpun data-data yang relevan melalui review literatur, dan wawancara. Kedua kritik, memilih dan memilah data yang sesuai dengan kebutuhan. Ketiga, interpretasi, menafsirkan data yang telah dipilh dengan memberi pemaknaan. Keempat historiografi, penyajian atau penyampaian sintesa yang diperoleh dalam bentuk suatu kisah sejarah.
HASIL DAN PEMBAHASAN