Mohon tunggu...
Azis Tri Budianto
Azis Tri Budianto Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa | Penulis | Filsuf
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dalam hidup kita hanya sebagai pemain, jadilah pemain yang menjalankan perannya dengan baik. _sing biasa bae

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pembuktian Adanya Tuhan Perspektif Imam Al-Ghazali dan Filsuf Barat Klasik

25 Maret 2023   00:57 Diperbarui: 25 Maret 2023   04:01 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika alam adalah hal yang baru, maka pasti ada penyebabnya. Ini adalah premis yang pertama. Dan telah dimaklumi bahwa alam ini merupakan hal yang baru. Ini adalah premis yang kedua.  Maka alam semesta pasti ada penyebabya (kesimpulan).

Jikalau dilihat dari silogismenya, maka tampak bahwa Imam al-Ghazali termasuk orang yang membuktikan eksistensi tuhan dengan argumen kosmologis, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Argumen kosmologis ini akan bermasalah bagi orang-orang yang menganut paham keazalian dan kekadiman alam, namun Imam al-Ghazali mengkritik orang yang menganut paham tersebut sebagai orang yang tidak bepikir secara rasional. Bahkan, banyak kalangan dari ahli fisika dan kosmologi setuju akan argument kosmologis ini dengan penjelasan teori Big Bangnya.

Penutup, sering kali kadang seseorang bertanya mengenai suatu kebenaran yang menimbulkan pertentangan dalam dirinya sendiri. semisal pertanyaan dimanakah tuhan berada? dan apakah tuhan bisa menciptakan dzat yang lebih besar dan agung dari pada dirinya sendiri?. Sepintas pertanyaan demikian kelihatan logis, namun sebenarnya tidak kalau direnungkan kembali.

Mengenai ide ketuhanan sebelumnya sudah disepakati bahwa tuhan pencipta alam semesta dan pencipta tidak sama dengan apa yang diciptakan, pokok dari pada ide ini adalah tuhan adalah maha agung, maha pengasih, dan maha-maha yang lain. Karena, tuhan memang harus sempurna dan terbebas dari segala cacat atau aib yang membuat dirinya tidak sempurna. Kalau ada pertanyaan dimanakah tuhan berada?, maka pertanyaannya itulah yang salah. Karena, tidak konsisten dengan kesepakatan sebelumnya.

Begitupun pada pertanyaan apakah Tuhan bisa menciptakan dzat yang lebih besar dan agung dari pada dirinya sendiri?, pertanyaannya yang salah. Karena telah menyalahi kesimpulan sebelumnya yang telah disepakati. Suatu kesimpulan tidak akan mungkin disepakati tanpa adanya penjelasan yang logis, argumentatif, dan metodis. Pertanyaan-pertanyaan semisal ini tidak dibenarkan dalam ilmu logika, karena kalau seumpamanya dibiarkan akan menyebabkan tasalsul (mutar-mutar). Dimanakah Tuhan berada? 

Wallahua'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun