Mohon tunggu...
Azis Tri Budianto
Azis Tri Budianto Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa | Penulis | Filsuf
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dalam hidup kita hanya sebagai pemain, jadilah pemain yang menjalankan perannya dengan baik. _sing biasa bae

Selanjutnya

Tutup

Love

Patah Hatinya Sang Layla kepada Majnun

6 Maret 2023   09:23 Diperbarui: 6 Maret 2023   09:34 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Laila Majnun


Terlihat bahwa ada perbedaan cara menyikapi kekecewaan antara Layla dan Qays. Secara jelas Layla menyatakan bahwa ia ingin sama ekspresifnya dengan Qays, namun ia terhalang atau terikat kodratnya sebagai perempuan. Alhasil dalam kisahnya, ekspresi kekecewaan Layla tergambar dalam isi suratnya kepada Qays berikut ini:


"Pesan ini ibarat brokat yang dikirim oleh seorang wanita yang tercekik kesedihan seorang lelaki yang sedang berduka. Surat ini dariku, seorang tahanan, ditujukan untukmu, yang ingin melepas rantai yang membelenggumu ... Aku tahu kau setia menjaga persahabatan, dan cinta memperoleh kemegahannya darimu ... Dengan segenap cintaku, aku bersamamu dan kau, katakanlah, kau berbahagia dengan siapa? Seperti kebahagiaanmu, aku terpisah darimu, tetapi meski aku jauh darimu, aku tetaplah orang terdekatmu" (Ganjavi, 2020: 154-155).

"Kekasihku, kirimi aku sehelai rambutmu, sebab itu mewakili seluruh isi dunia bagiku. Kirimi aku salah satu duri yang berada di jalan setapakmu, sebab ia akan menjadi taman mawar di hadapan mataku. Di mana kakimu menyentuh, wahai Khidirku, wahai utusan Allah untukku, di situlah padang pasir akan merekahkan bunga. Jadilah air kehidupan abadiku! Akulah rembulan yang melihatmu dari jauh, untuk menerima sinarmu, wahai matahariku. Maafkanlah kakiku karena begitu lemah sehingga tak pernah bisa mencapaimu ... Tubuh kita terpisah, tetapi jiwaku tak pernah sedetik pun terlepas dari jiwamu. ... Hanya ada satu jalan keluar dari keputusasaan ini bagi kita berdua: kesabaran" (Ganjavi, 2020: 156-157).


Berdasarkan surat tersebut, Layla memberikan pesan bahwa patah hati juga dapat direspon dengan bersabar dan menerima kenyataan. Hal ini sangat dimungkinkan karena manusia tidak selalu dapat mengendalikan aspek-aspek kehidupannya---termasukan urusan cinta.


Seseorang bisa saja merencanakan dengan seksama siapa yang akan ia cintai, siapa yang akan ia jaga perasaannya, ataupun siapa yang akan ia temani seumur hidupnya. Namun pada kenyataannya, hasil atas rencana-rencana tersebut tidak berada dalam kendali manusia. Kesabaran dan penerimaan adalah langkah yang tepat agar seseorang tidak berlarut-larut dalam kekecewaan.


Secara tidak langsung, Layla sepertinya memiliki sikap yang bertolak belakang dengan Qays, di mana ia merasa bahwa kekecewaan dan kesedihan tidak selayaknya dipertontonkan kepada banyak orang.

Menurutnya, "Seorang yang bijak tidaklah membiarkan orang lain mengetahui rahasia jiwanya. Apakah musuh akan tertawa melihat air mata kita? Tidak! Seorang yang bijak menyembunyikan kesedihannya. Kalau tidak, orang yang jahat dan pendengki akan menjadi gemuk di atas penderitaan kita" (Ganjavi, 2020: 157).


Bersabar dan menerima kenyataan bukanlah bentuk kelemahan ataupun kepasrahan, melainkan bentuk tindakan logis yang ditempuh demi menghindari kekecewaan yang berujung pada kebencian.


Seutas Catatan

Patah hati merupakan sebuah situasi yang tidak pernah diharapkan oleh seorang pecinta. Ia bagaikan bencana yang dapat meluluhlantahkan segala hal dalam diri manusia. Namun, layaknya dua sisi mata uang, sepertinya cinta diciptakan bersamaan dengan rasa sakit. Artinya, cinta tanpa patah hati adalah sebuah utopia belaka.

Layla Majnun memberikan pesan bahwa patah hati tidak untuk dihilangkan, melainkan disikapi. Qays memilih sikap untuk mengekspresikan kekecewaan, sedangkan Layla memilih sikap untuk bersabar menerima kekecewaan. Keduanya terlihat bertolak belakang, namun apabila dipahami lebih mendalam, keduanya sama-sama berusaha menghindari tumbuhnya bibit-bibit kebencian di kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun