Mohon tunggu...
Azis Tri Budianto
Azis Tri Budianto Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa | Penulis | Filsuf
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dalam hidup kita hanya sebagai pemain, jadilah pemain yang menjalankan perannya dengan baik. _sing biasa bae

Selanjutnya

Tutup

Humor

Lanjutkan Hidupmu, Tak Usah Banyak Persepsi

17 Januari 2023   02:09 Diperbarui: 17 Januari 2023   02:15 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan sehari-sehari kita sebagai makhluk sosial tak jauh dari interaksi banyak orang, di era yang serba canggih ini dan serba cepat, begitu cepatnya ledakan informasi yang tidak bisa kita pungkiri. Kita seringkali mudah dalam menanggapi segala sesuatu dengan menggunakan persepsi kita, dimana persepsi itu dipengaruhi oleh berbagai macam data yang ada dikepala kita, entah itu hitam, putih bahkan banyak juga informasi yang belum tentu kebenarannya.

Persepsi kita terhadap orang lain terkadang akan mempengaruhi kita dalam menghadapi kehidupan kita, karena persepsi kadang kita tidak melakukan apa-apa atau stak dalam suatu kondisi, karena persepsi juga kita bisa mudah mengecap orang lain salah, begitu mudahnya kita dikalahkan dengan persepsi, padahal persepsi kita belum tentu benar.

Saya teringat sebuah kata-kata dari Maulana Jalaludin Rumi, beliau menyampaikan yang intinya, "Manusia diberikan kebenaran itu ibarat serpihan-serpihan kaca, dimana ketika kita ingin mencari lebih banyak kebenaran, maka kita harus banyak menemui manusia (interaksi) dan kita akan menemukan lebih banyak kebenaran."

Baca juga: Perihal Istiqomah

Dari kata-kata ini kita belajar bahwa kebenaran yang kita punya hanya sebatas serpihan kaca kecil dan untuk membuka lebih banyak pantulan kebenaran dari Tuhan kita perlu mendengarkan pendapat orang lain, mencari kebenaran orang lain bukan hanya persepsi kita.

Kembali ke topik awal, kita sebagai makhluk sosial yang hahekatnya berinteraksi dengan sekitar kita. Banyak dari kita terjebak dengan persepsi kita sehingga kita merasa benar dan paling benar sendiri, itulah yang perlu kita renungi, dan perlu kita tanyakan pada diri kita sendiri. "Apakah saya sudah benar sesuai dengan orang lain? Atau saya hanya membenarkan diri saya sendiri?

Dalam islam sendiri diajarkan "Hasibu Anfusakun Qobla Antuhasabu" artinya "Hisablah dirimu sebelum, dirimu dihisab."

Ungkapan diatas mengandung makna bahwa kita haruslah mengoreksi diri sendiri sebelum diri kita yang dihisab.

Pada intinya kita perlu bermuhasabbah diri sebelum berprasangka terhadap orang lain, seringkali hari ini kita menyalahkan sebelum mengetahui dan mereka yang mengetahui namun menyalahkan.

Marilah bijaksana dalam bertindak dan berfikir karena fikiranmu yang mempengaruhi gerakmu, semakin kita berprasangka buruk terhadap orang lain maka semakin buruk pula gerakmu serta pikiranmu akan kebiasaan menciptakan persepsi yang belum terklarifikasi.

Ketika kita berhenti melangkah hanya karena persepsi diri kita terhadap orang lain, maka sungguh kamu adalah orang yang rugi dan dirimu takkan pernah bisa berkembang jika terus-terusan memikirkan persepsi itu.

Satu kata dari Lao Tzu "Berhentilah berfikir dan selesaikan masalahmu". Ungkapan ini sangat bermanfaat bagi kita yang terus memikirkan tanpa melakukan tindakan. Segeralah lanjutkan hidupmu karena ini hidupmu bukan hidup orang lain, jadilah sesuai keinginanmu bukan keinginan dan penilaian mereka yang berada diluar dirimu.

Sebaliknya dirimu tak perlu banyak persepsi tentang orang lain, karena kamu belum tahu dia yang sebenarnya, lebih baik kita intropeksi dari pada menghakimi pikiran orang lain ataupun tindakannya.

Wa'allahu alam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun