Mohon tunggu...
Fadly Gibran Mustafa
Fadly Gibran Mustafa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Geofisika Institut Teknologi Bandung

Saya seorang mahasiswa Teknik Geofisika ITB angkatan 2021

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Suntik Mati PLTU untuk Target NZE (Net Zero Emission),Apakah Bijak ??? Sini Simak Teknologi CCS/CCUS

23 Desember 2024   13:55 Diperbarui: 10 Januari 2025   07:27 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cekungan Sunda-Asri (Sumber : https://geologi.esdm.go.id)

Indonesia merupakan salah satu negara produsen batu bara terbesar di dunia yang memberikan kontribusi signifikan terhadap emisi karbon global. Berdasarkan  (GoodStats Data) Indonesia menepati posisi ketiga dari tujuh negara penghasil batu bara terbesar di dunia yang  volume produksinya mencapai 725 juta ton di tahun 2023. Hal ini selaras dengan menghasilkan emisi CO2 dan menurut (Worldometer) Indonesia menempati posisi ke enam sebagai negara yang menghasilkan emisi CO2  pada tahun 2022. Jika ditelusuri lebih lanjut menurut (Badan Pusat Statistik Indonesia : Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2023) dari tahun ke tahun penghasil emisi gas CO2 dihasilkan dari pengadaan listrik dan gas yang menggunakan bahan bakar batu bara, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dari batu bara dapat menghasilkan ratusan juta ton emisi CO2 pada setiap tahunnya.

Ketergantungan Indonesia pada PLTU tidak hanya terkait dengan kebutuhan energinya, tetapi juga mendukung perekonomian nasional. dunia berkata lain yaitu mengurangi emisi karbon dan menempatkan PLTU seolah-olah menjadi target kritik utama. Transisi energi menuju energi hijau menjadi tantangan besar, terutama ketika mempertimbangkan ketahanan energi, biaya, dan infrastruktur.

Meskipun PLTU telah menjadi tulang punggung pasokan listrik di Indonesia, mereka juga menjadi penyumbang utama emisi gas rumah kaca (GRK). Maka dari itu dibutuhkan solusi yang dapat mengurangi dampak lingkungan tanpa mengorbankan keandalan energi. Salah satu teknologi yang cukup viral saat ini yaitu Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Teknologi CCUS ini memberikan alternatif lain untuk tidak "menyuntik mati" PLTU.

Apasih CCUS??? CCUS merupakan teknologi yang mencakup penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon dioksida (CO2) dari proses pembakaran. Dengan mengadopsi teknologi ini, PLTU dapat diubah menjadi pembangkit listrik rendah karbon. Beberapa keunggulan utama CCUS meliputi:

  1. Pengurangan Emisi: Teknologi ini mampu menangkap sebagian besar emisi CO2 dari PLTU, sehingga membantu mengurangi dampak lingkungan.
  2. Keberlanjutan Energi: PLTU dapat terus beroperasi tanpa mengorbankan kapasitas produksi listrik.
  3. Potensi Ekonomi: Dengan memanfaatkan sumber daya lokal, CCUS dapat mendorong investasi dan menciptakan peluang ekonomi baru.

Sebagai contoh studi kasus internasional yaitu, proyek Jiangsu Taizhou yang dikelola oleh China Energy Investment Corporation menjadi salah satu fasilitas CCUS terbesar di Asia dan ketiga terbesar di dunia untuk sektor pembangkit listrik tenaga batu bara. Proyek ini memiliki kapasitas menangkap 500.000 ton CO2 per tahun dengan menggunakan teknologi berbasis amine yang dikembangkan sendiri, memungkinkan tingkat efisiensi tangkap karbon lebih dari 90 persen dengan konsumsi energi kurang dari 90 kWh per ton CO2  (Zhaoqing, Z.2023, June 3) dalam artikelnya China Energy launches Asia's largest CCUS facility for coal power generation in Jiangsu, By Xinhua NET.

Foto ini dikutip dari artikel (Zhaoqing, Z.2023, June 3) (Photo by Tang Dehong/Xinhua).
Foto ini dikutip dari artikel (Zhaoqing, Z.2023, June 3) (Photo by Tang Dehong/Xinhua).

Keberhasilan ini mencerminkan penerapan inovasi teknis yang signifikan dalam upaya mencapai karbon netral di sektor pembangkit listrik berbasis batu bara dan dapat menjadi inspirasi bagi Indonesia dalam mengintegrasikan CCUS dalam pembangkit listrik berbasis batu bara.

Adapun langkah Indonesia dalam proyek CCUS/CCS ini salah satunya oleh Pertamina dan ExxonMobil telah menjajaki pengembangan proyek CCUS/CCS di Cekungan Sunda Asri, yang memiliki kapasitas penyimpanan karbon hingga 6 gigaton. Proyek ini memerlukan dukungan berbagai pihak, termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk keberhasilannya.

Cekungan Sunda-Asri (Sumber : https://geologi.esdm.go.id)
Cekungan Sunda-Asri (Sumber : https://geologi.esdm.go.id)

Ketika dipetakan dengan PLTU batu bara yang ada di sekitar cekungan sunda asri ini cukup banyak PLTU yang dapat diintegrasikan dengan proyek CCS/CCUS.

Pemetaan PLTU batu bara dengan Cekungan Sunda-Asri (Sumber : Penulis)
Pemetaan PLTU batu bara dengan Cekungan Sunda-Asri (Sumber : Penulis)

Beberapa langkah yang cukup strategis dalam mengimplementasikan proyek CCS/CCUS yaitu :

  1. Investasi Teknologi
    Kerja sama dengan negara maju sangat penting untuk mempercepat pengembangan dan penerapan teknologi CCUS. Pemerintah dapat mendorong investasi asing dan memfasilitasi transfer teknologi.
  2. Regulasi Pendukung
    Pemerintah perlu menyusun regulasi yang mendukung implementasi CCUS, termasuk insentif finansial bagi operator PLTU yang mengadopsi teknologi ini. Regulasi ini harus mencakup standar teknis, kerangka pendanaan, dan mekanisme pemantauan.
  3. Edukasi Publik
    Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat CCUS menjadi langkah penting untuk mendapatkan dukungan publik. Edukasi dapat dilakukan melalui kampanye informasi dan keterlibatan langsung dengan komunitas lokal.

Keberhasilan proyek-proyek ini menunjukkan bahwa dengan dukungan yang tepat, teknologi CCUS dapat diimplementasikan secara efektif dan memberikan manfaat ganda, baik dari segi lingkungan maupun ekonomi. Data dari proyek-proyek ini dapat menjadi dasar yang kuat untuk mendukung implementasi CCUS di Indonesia, menunjukkan bahwa teknologi ini bukan hanya teori tetapi telah terbukti secara praktis.

Potensi Ekonomi dan Manfaat Lingkungan
Penerapan teknologi CCUS di Indonesia tidak hanya berkontribusi pada pengurangan emisi karbon tetapi juga menciptakan peluang ekonomi. Dengan memanfaatkan kapasitas penyimpanan karbon di Cekungan Sunda, Indonesia dapat menarik investasi asing dan menciptakan lapangan kerja baru. Selain itu, teknologi ini dapat membantu Indonesia mempertahankan ketahanan energi nasional sambil memenuhi tuntutan global untuk transisi energi hijau.

Manfaat lingkungan dari CCUS sangat signifikan. Dengan mengurangi emisi karbon dari sektor energi, Indonesia dapat berkontribusi pada pencapaian target net-zero emissions (NZE). Selain itu, teknologi ini juga mendukung pengurangan polusi udara lokal, yang berdampak positif pada kesehatan masyarakat.

Tantangan Implementasi
Meskipun memiliki potensi besar, implementasi teknologi CCUS di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan, antara lain:

  • Biaya Tinggi: Pengembangan dan pengoperasian teknologi CCUS memerlukan investasi besar, yang dapat menjadi kendala bagi negara berkembang.
  • Infrastruktur Terbatas: Infrastruktur untuk transportasi dan penyimpanan karbon masih belum memadai di banyak wilayah.
  • Keterbatasan Pengetahuan: Kurangnya pemahaman tentang CCUS di kalangan pemangku kepentingan dapat menghambat adopsi teknologi ini.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan lembaga penelitian. Pendekatan terpadu dapat memastikan bahwa teknologi CCUS diterapkan secara efisien dan efektif.


Dengan memanfaatkan teknologi CCUS, Indonesia dapat mempertahankan peran strategis PLTU sambil memenuhi tuntutan global untuk pengurangan emisi karbon. Proyek CCUS di Cekungan Sunda memberikan peluang unik bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinan dalam transisi energi rendah karbon di kawasan Asia Tenggara.

Melalui langkah-langkah strategis, seperti investasi teknologi, regulasi pendukung, dan edukasi publik, Indonesia dapat mengatasi tantangan implementasi CCUS. Dengan pendekatan ini, Indonesia tidak hanya menjaga ketahanan energi nasional tetapi juga berkontribusi pada masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun