Sampah telah menjadi pokok permasalahan yang tidak pernah hilang dalam kehidupan manusia. Setiap hari, aktivitas manusia menghasilkan sampah dalam jumlah yang terus meningkat, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Sampah tidak hanya berasal dari rumah tangga, tetapi juga dari aktivitas pertanian, perdagangan, hingga industri kecil yang semakin berkembang. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan total timbulan sampah nasional pada tahun 2023 mencapai 40,8 juta ton. Dari total produksi sampah nasional, 60,2% (24,6 juta ton) dapat terkelola, sedangkan sisanya 39,8% (16,2 juta ton) belum terkelola dengan baik. Berdasarkan sumber sampahnya sebanyak 60,42% sampah berasal dari sampah rumah tangga, jika dilihat dari jenis sampahnya sekitar 68% merupakan sampah organik sedangkan sisanya terdiri dari sampah anorganik, seperti plastik (19,12%), logam (3,24%), kaca (2,47%).Â
Sampah yang tidak dikelola dengan baik sering kali menumpuk di sekitar permukiman, aliran sungai, persawahan atau dibakar secara sembarangan. Penumpukan sampah tidak hanya mengganggu keindahan lingkungan, tetapi juga menyebabkan berbagai masalah, seperti pencemaran udara, air, dan tanah. Berikut merupakan dampak dari penumpukan sampah.Â
1. Dampak Dari Pencemaran Air
a. Berkurangnya Air Bersih
Sampah yang mengendap di sungai dapat menyumbat aliran air, menyebabkan banjir lokal dan mengurangi pasokan air bersih. Hal ini berdampak pada kehidupan sehari-hari masyarakat yang bergantung pada air sungai.
b. Sumber Penyakit
Sungai yang tercemar oleh sampah menjadi tempat berkembang biaknya bakteri dan patogen penyakit. Ini meningkatkan risiko penyakit seperti diare, kolera, dan infeksi kulit bagi masyarakat yang tinggal di sekitar sungai dan mengonsumsi air dari sungai tersebut.
c. Lingkungan Menjadi Kumuh
Sungai yang dipenuhi dengan sampah menciptakan pemandangan yang tidak menyenangkan dan lingkungan yang kumuh.
d. Gangguan Ekosistem Sungai
Sampah dapat mengganggu keseimbangan ekosistem sungai dengan mempengaruhi siklus nutrisi, mematikan organisme air, dan merusak habitat alami. Ini berdampak pada keanekaragaman hayati dan produktivitas lingkungan sungai.
e. Dapat Mengakibatkan Banjir
Sampah yang menyumbat aliran sungai menyebabkan genangan air dan banjir saat musim hujan.
2. Dampak Dari Pencemaran Tanah
a. Turunnya Produksi MakananÂ
Kesuburan tanah yang buruk mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dan terjadi gagal panen.
b. Turunnya Kualitas Air Yang Ada Di Dalam Tanah
Hal ini sangat berkaitan karena air yang dikonsumsi berasal dari dalam tanah, maka jika tanah tercemar air yang dikonsumsi pun akan menjadi tercemar. Dengan mengonsumsi air tersebut, maka akan timbul berbagai macam penyakit.
3. Dampak Dari Pencemaran Air
a. Polusi Udara Dan Gangguan Kesehatan
Pembakaran sampah terbuka menghasilkan asap berbahaya yang mengandung karbon monoksida (CO), dioksin, dan partikel halus, yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan, iritasi mata, dan meningkatkan risiko penyakit paru-paru serta kanker.
b. Perubahan Iklim
Pembakaran sampah plastik menghasilkan gas rumah kaca yang berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim.
Setelah kita tahu bahwa begitu berbahaya nya sampah jika tidak kita kelola dengan baik, seharusnya kita sebagai manusia sadar akan hal tersebut. Di samping itu, pengelolaan sampah yang baik juga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat desa. Sampah yang dikumpulkan dan diolah dengan benar dapat dijadikan bahan baku untuk kerajinan tangan atau bahkan sebagai sumber energi alternatif. Untuk mengatasi permasalah sampah tersebut berikut akan dijelaskan tentang langkah langkah yang bisa diterapkan seperti berikut :
1. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat
Langkah awal dan paling penting adalah meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Kesadaran ini dapat dibangun melalui pendekatan edukasi yang berkelanjutan. Pemerintah desa, sekolah, organisasi masyarakat, hingga tokoh lokal dapat bekerja sama untuk menyampaikan informasi yang relevan dan mudah dipahami. Beberapa cara yang dapat dilakukan seperti : penyuluhan rutin, kampanye lingkungan, menggunakan media informasi, pemberian contoh langsung.
2. Memperbaiki Infrastruktur Pengelolaan Sampah
Infrastruktur pengelolaan sampah yang memadai merupakan salah satu faktor kunci dalam mengatasi permasalahan sampah di desa. Pemerintah desa memiliki peran penting dalam memastikan bahwa fasilitas yang dibutuhkan untuk pengelolaan sampah tersedia dan dapat digunakan secara efektif oleh masyarakat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan:
a. Pembangunan Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS)
Desa perlu menyediakan TPS yang memadai di lokasi-lokasi strategis yang mudah diakses oleh masyarakat. TPS ini harus dirancang agar mampu menampung sampah dalam jumlah besar, dilengkapi dengan pembagian zona untuk sampah organik, anorganik, dan berbahaya. Dengan TPS yang baik, sampah tidak lagi dibuang sembarangan di sungai, lahan kosong, atau jalanan.
b. Fasilitas Pemilahan Sampah
Pembangunan fasilitas pemilahan sampah sangat penting untuk mempermudah proses daur ulang dan pengolahan lebih lanjut. Di tempat ini, sampah dapat dipilah berdasarkan jenisnya, seperti sampah organik, plastik, kertas, logam, dan kaca. Fasilitas pemilahan ini juga dapat melibatkan tenaga kerja lokal, sehingga menciptakan peluang kerja bagi masyarakat desa.
c. Fasilitas Pengolahan Sampah
Desa dapat membangun fasilitas pengolahan sampah organik menjadi kompos, yang dapat dimanfaatkan oleh para petani sebagai pupuk. Untuk sampah anorganik, pemerintah desa bisa bekerja sama dengan bank sampah atau pengusaha daur ulang. Adanya fasilitas pengolahan sampah ini tidak hanya mengurangi volume sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), tetapi juga memberikan nilai ekonomis dari sampah yang diolah.
d. Pengadaan Alat Pengangkut Sampah
Pemerintah desa perlu menyediakan alat transportasi seperti gerobak sampah, sepeda motor dengan gerobak, atau truk kecil untuk mengangkut sampah dari rumah warga ke TPS atau fasilitas pengolahan. Hal ini akan memastikan sampah dapat diangkut secara teratur dan tidak menumpuk terlalu lama.
e. Pembangunan Bank Sampah
Bank sampah merupakan salah satu solusi inovatif yang dapat diterapkan di desa. Masyarakat dapat menyetorkan sampah anorganik seperti plastik dan kertas ke bank sampah untuk ditukar dengan poin atau uang. Konsep ini tidak hanya membantu mengurangi sampah, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memilah sampah.
3. Meningkatkan Ketrampilan Masyarakat
Peningkatan keterampilan masyarakat adalah langkah penting dalam menciptakan pengelolaan sampah yang berkelanjutan di desa. Dengan melatih masyarakat untuk mengolah dan mendaur ulang sampah, sampah yang tadinya dianggap sebagai limbah dapat diubah menjadi produk yang bernilai ekonomi. Hal ini tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga menciptakan peluang usaha baru yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Berikut adalah cara-cara yang dapat dilakukan:
a. Pelatihan Pengolahan Sampah Organik:
Sampah organik, seperti sisa makanan, dedaunan, dan limbah dapur, dapat diolah menjadi pupuk kompos atau biogas. Pemerintah desa atau organisasi lokal dapat mengadakan pelatihan bagi masyarakat tentang cara membuat kompos menggunakan metode sederhana, seperti komposter atau lubang biopori. Selain itu, pelatihan tentang pengelolaan biogas dari limbah organik juga dapat menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga.
b. Pelatihan Daur Ulang Sampah Anorganik:
Sampah anorganik, seperti plastik, kertas, logam, dan kaca, dapat diolah menjadi berbagai produk kreatif yang memiliki nilai jual. Misalnya: Plastik bekas dapat dibuat menjadi tas, dompet, atau pot bunga.Â
4. Mengembangkan Program Bank Sampah
Bank sampah merupakan salah satu solusi efektif dalam pengelolaan sampah yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Dalam program ini, masyarakat diajak untuk memilah dan menyetorkan sampah sesuai jenisnya, seperti plastik, kertas, logam, atau kaca, ke fasilitas bank sampah. Setiap sampah yang disetorkan akan dihargai berdasarkan jenis dan beratnya, sehingga masyarakat dapat menerima insentif berupa uang, tabungan, atau barang kebutuhan sehari-hari.
Program ini tidak hanya membantu mengurangi jumlah sampah yang terbuang ke lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memilah dan mendaur ulang sampah. Dengan adanya bank sampah, masyarakat mulai melihat sampah sebagai sesuatu yang memiliki nilai ekonomi, bukan hanya limbah. Selain itu, bank sampah juga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi warga sekaligus membantu menciptakan lingkungan desa yang lebih bersih dan sehat.
Keberadaan bank sampah juga mendorong kerja sama dengan pihak ketiga, seperti industri daur ulang atau pengrajin lokal, untuk mengolah sampah menjadi produk bernilai tambah. Dengan demikian, program ini memberikan manfaat ekonomi sekaligus membantu menciptakan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan di desa.
Referensi:
3. https://waste4change.com/blog/tanda-tanah-telah-tercemar-sampah/
4. https://www.alodokter.com/dampak-sampah-plastik-bagi-lingkungan-dan-kesehatan-manusia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H