Mohon tunggu...
Ari Ryan Pasalimapuluh
Ari Ryan Pasalimapuluh Mohon Tunggu... lainnya -

Anak Pasar Mencoba Berkarya. Penulis Awam... www.puisipenulisawam.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tujuh Tahun Silam

26 Desember 2011   09:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:44 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

26122011 Segelas kesucian ku reguk dalam angan sayu merasakan aliran membasahi tenggorokan bisu tak terasa kepedihan menerpa hati ujung mata tetesan kata tak mampu diucapkan dara diatas pembaringan kusam semuanya mendusta aku pulang disudut kehancuran daya ingat duka Gerombolan anak hujan mencoba menembus kerisauan kerisauan nokta angan kelam sepi direntang kesunyian kembali semuanya mentertawakan riuhnya kesombongan virus mematikan mengisi setiap darah pada aliran nadi ah,harapanku jauh pada senyuman manis angan mimpi Kian datang sentilan wajah periang menghembuskan luka menabikcabik keyakinan pada rembulan malam kematian rupa Jauh dan jauh getaran serpihan perjanjian suci tak patut deretan kota itu tertawa berapi 261122004 Ingatkah kawan Bulan ini Tanggal ini tujuh tahun yang lalu hancur porakporanda ujung Sumatera Ingatkah kawan Bergemuruh tanah tiap inci kota disapu air setinggi batang kelapa tua tangisan setiap sudut kota berpesta pilu mayatmayat bergelimpangan penuh lupa busuk kian busuk hilang keluarga tercinta Do'a ku mengalir penuh renungan Di atas kuburan tanpa nisan Di atas kuburan massal ibu menaburkan bunga kesucian tempat kasih sayang terkubur di telan amukan tsunami Segelas kesucian ku reguk dalam angan sayu bersama kenagan murka alam tujuh tahun silam Pekanbaru; 26Pasar12Lima2011Puluh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun