Seperti yang sudah diketahui bahwa, setelah anak mampu melewati fase pemerolehan bahasa ia akan menuju pada fase membaca bahasa tersebut. Fase ini merupakan bagian dari perkembangan bahasa juga, mengapa bisa seperti itu? karena dalam membaca, menulis, berhitung kita menggunakan bahasa dan juga melakukan komunikasi verbal maupun nonverbal tentunya. Jadi, penerapan model pembelajaran setiap anak itu berbeda-beda karena dalam proses calistungnya ia memerlukan perhatian lebih.Â
Calistung sebuah singkatan yang tidak asing bila didengar oleh masyarakat awam. Baca, tulis, hitung menjadi suatu proses perkembangan pada masa golden age yang dicapai anak. Mungkin tidak hanya seputar calistung saja yang akan menjadi titik proses perkembangan anak usia dini, namun proses perkembangan membaca nya itu juga akan dipengaruhi dengan metode dalam penerapan yang mungkin salah sehingga akan menyebabkan gangguan dalam perkembangan membaca anak usia dini.Â
Gangguan perkembangan membaca ini harus diketahui sedini mungkin, dan perlu diketahui bagaimana kita dapat menyebut anak tersebut mengalami gangguan dalam perkembangan membacanya itu tidak bawaan dari lahir kecuali anak itu berkebutuhan khusus.Â
Jadi, seseorang dapat menyatakan anak tersebut mengalami gangguan itu karena anak telah mengalami fase belajar namun di tengah fase belajarnya itu anak mengalami gangguan dalam tingkatan perkembangan membaca. Nah, dari pernyataan tersebut kita dapat mengetahui dan dapat menyimpulkan bahwa anak itu akan mengalami gangguan apabila berada pada titik berproses dalam memenuhi kemampuan membacanya.Â
Apa sih gangguan perkembangan membaca yang biasa terjadi pada anak? gangguan tersebut biasa disebut dengan disleksia, anak yang mengalami gangguan ini biasanya akan cenderung mengalami kesulitan ketika sedang belajar membaca, menulis, dan sebagainya yang berhubungan dengan membaca.Â
Sehingga menyebabkan anak akan kesulitan mencerna kata-kata yang dibacanya bahkan tidak hanya sulit mencerna kata-kata namun ia juga sulit mengidentifikasi konsonan kata yang ada, akibatnya ia tidak bisa merangkai kata demi kata untuk menjadi sebuah kalimat.
 Yang menjadi pertanyaan saat ini, apakah penderita disleksia akan terganggu atau bahkan menurun tingkat kecerdasannya? Jawabannya tentu saja tidak, meskipun disleksia ini sebuah gangguan yang pusatnya berada pada saraf otak bagian pemroses bahasa, hal tersebut tidak akan mempengaruhi kecerdasan otak seseorang. Belum terspesifikasi dengan benar juga mengenai gangguan membaca yang mempengaruhi kecerdasan seseorang, karena terkadang seseorang yang cerdas dari bawaan genetiknya pun juga ada.
Peristiwa gangguan disleksia ini merupakan suatu tantangan besar bagi orang tua, bagaimana tidak menjadi tantangan besar? setiap orang tua itu pasti mengharapkan anaknya berkembang sebagaimana mestinya, tetapi terkadang mereka juga enggan mengetahui lebih dalam apa saja sebenarnya faktor yang mempengaruhi gangguan disleksia tersebut.Â
Apabila dilihat dari faktor genetik, gejala disleksia ini cenderung lebih menonjol ketika anak lahir, jadi anak yang terlahir prematur atau kekurangan berat badan, dan bisa juga pengaruh ketika sedang berada didalam kandungan misalnya infeksi, NAPZA, konsumsi narkoba atau alkohol, serta tidak ketinggalan yakni metode pembelajaran yang diterapkan orang tua.
 Nah, sudah terlihat kan gejala disleksia yang muncul ketika dihubungkan dengan genetik seseorang. Perlu diketahui juga bahwa setiap gejala yang dialami anak itu berbeda-beda dan bisa juga digolongkan sesuai usia atau tingkatan keparahan dari gangguan disleksia tersebut.Â
Gejala disleksia pada anak ini menjadikan anak akan lambat dalam memahami nama dan pengucapan huruf alfabet, jika anak itu disuruh untuk menuliskan kata misalnya "halus" itu akan terbalik bisa saja ia menulis "tulus" bahkan anak itu sulit membedakan huruf "v" dengan "u" , dan anak itu akan cenderung lambat dalam kemampuan berbicara daripada anak seusianya yang lain.