Mohon tunggu...
Choirun Nisa Nur Izzati
Choirun Nisa Nur Izzati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Assalamualaikum wr.wb. Perkenalkan nama saya Choirun Nisa Nur Izzati. Saya adalah mahasiswi Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA). Saya memiliki minat di bidang kesehatan, kuliner, dan bisnis. Hobi saya membaca dan memiliki kepribadian introver

Selanjutnya

Tutup

Diary

Niat yang Menuai Manfaat

2 November 2022   21:54 Diperbarui: 2 November 2022   22:01 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Niat yang menuai manfaat

Hallo, sobat! Kali ini, saya akan menceritakan pengalaman hidup saya tentang arti sebuah niat yang menuai manfaat.

Sama halnya dengan saya, mungkin sebagian orang berpikir bahwa belajar mengendarai sepeda motor adalah hal yang sulit. Apalagi jika awalnya memang tidak bisa mengendarai sepeda. Bayangkan saja, pasti sangat sulit bukan untuk menyeimbangkan diri di atas sepeda motor. Namun, kenyataannya itulah yang saya alami. Tidak bisa mengendarai sepeda, tetapi berkeinginan kuat untuk bisa mengendarai sepeda motor.

Awal cerita, saya berkeinginan belajar bersepeda sejak kecil, tetapi kala itu saya tidak memiliki sepeda, seperti teman-teman saya. Sedih rasanya, disaat teman-teman asyik bersepeda, saya hanya termenung sendirian.

Melihat saya yang selalu termenung ketika melihat teman-teman asyik bersepeda. Akhirnya, pada ulang tahun saya yang ke-5 tahun, Nenek saya membelikan sepeda baru sebagai hadiah ulang tahun saya. Senang dan bahagia rasanya, karena saya mendapatkan hadiah sepeda baru. Akhirnya, dengan kesenangan itu saya mulai belajar bersepeda bersama teman-teman. Namun, kesenangan itu tak berlangsung lama. Kejadian tak terduga saat belajar bersepeda pun terjadi, saya terjatuh dari sepeda yang menyebabkan tangan dan kaki saya terluka cukup parah. Hal tersebut, membuat saya trauma dan tidak mau belajar bersepeda lagi. Sepeda baru saya pun akhirnya terbengkalai selama beberapa tahun.

Delapan tahun berlalu, trauma atas kejadian masa lalu (terjatuh dari sepeda) pun mulai hilang dan keinginan untuk belajar bersepeda pun mulai kembali. Namun, disisi lain saya merasa sangat malu untuk belajar bersepeda lagi, karena saat trauma saya hilang, saya sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Teman-teman seringkali membully saya, karena saya belum bisa mengendarai sepeda diusia saya yang sudah menginjak 13 tahun. Akhirnya, saya kembali putus asa dan semangat saya untuk belajar bersepeda lagi pun hilang.

Disisi lain, saya sangat kasihan dengan sahabat-sahabat saya yang telah menyemangati saya dan membujuk saya untuk mau belajar bersepeda lagi, mereka juga sudah bersemangat untuk melatih saya belajar bersepeda. Bahkan, mereka seringkali bergantian untuk membujuk saya agar saya mau belajar bersepeda. Mereka pun juga sudah menyiapkan sepeda khusus untuk saya. Namun, apa daya saya yang sudah terlanjur putus asa, karena setiap hari selalu dibully oleh teman-teman.

Pada akhirnya, sampai menginjak di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) saya masih tetap tidak bisa mengendarai sepeda. Iri dan sedih rasanya, ketika melihat teman-teman rata-rata sudah mahir mengendarai sepeda motor. Sedangkan saya, mengendarai sepeda pun tidak bisa. Seringkali saya melamun dan menyesali perbuatan saya yang selalu menolak ajakan sahabat-sahabat saya untuk belajar bersepeda.

Melihat saya yang selalu melamun dan sedih. Ibu saya menasehati saya, beliau berkata "Jika kamu tidak mencoba kapan kamu bisanya. Jika kamu ingin mencoba, maka bangkitlah. Tata niatmu dan berusahalah. Barengilah usahamu dengan niat, karena usaha yang tidak dibarengi dengan niat, maka tidak akan pernah cukup." Setelah mendengar nasehat dari Ibu saya, saya terus meyakinkan diri saya untuk bangkit dari keputusasaan yang saya alami selama ini.

Akhirnya, saya bertekad untuk bangkit dan tepat pada usia saya yang ke-17 tahun, Ibu saya membelikan sepeda motor sebagai hadiah ulang tahun saya. Walaupun, sepeda motor yang Ibu saya belikan adalah sepeda motor bekas. Namun, saya sangat bahagia, karena dengan dibelikannya sepeda motor, saya bisa mulai belajar mengendarainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun