Mohon tunggu...
2130021055 PUTRI PURBAYA SARI
2130021055 PUTRI PURBAYA SARI Mohon Tunggu... tetap semangat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

semangat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Membuat Kerajinan di Sekolah dari Daur Ulang Sampah Non Organik

6 November 2021   11:45 Diperbarui: 6 November 2021   11:55 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

pada waktu itu kabut masih samar terlihat dari arah kejahuan.aku berangkat pagi pada waktu itu. udara terasa begitu dingin .tentang ku usap kedua lenganku bergantian untuk mengurangi rasa dingin.jalanan masih sedikit sepi,satu dua amak pun sekolah yang terlihat hanya melintas di jalan.aku mengendarai sepeda motorku dengan cukup pelan sambil mengawasi di jalanan.Sesampainya di gerbang sekolah aku masih melihat lalu lalang ibu kantin yang mempersiapkan dagangan. Baru beberapa murid yang. Parkiran motor pun masih sangat lengang. Selesai memarkir kendaraan, aku tak langsung ke kelas karena pasti masih sepi. Aku memutuskan duduk menunggu beberapa teman di taman depan sekolah.

Sambil melihat lagi beberapa tugas yang diberikan guru, aku menyempatkan diri membuka beberapa bungkus roti. Sudah kebiasaanku memang, aku tidak pernah sarapan di rumah dan lebih suka sarapan sebungkus atau dua bungkus roti di taman sekolah.

Satu dua suap dengan cepat meleleh di mulut, pagi itu roti isi yang ku bawa terasa begitu nikmat ditemani udara pagi yang masih dingin. Sayang, saya tidak bisa menikmatinya dengan secangkir teh yang hangat.


Hanya dalam hitungan menit, suasana berubah menjadi riuh, perlahan, suasana semakin ramai dengan murid-murid sekolah. Satu dua guru sudah mulai terlihat, aku pun buru-buru mengemasi barangku.

"Hei Ana, sudah dari tadi kamu?"
"Lumayan, sudah sempat sarapan juga, roti isi, mau? Tapi tinggal bungkusnya..."
"Dasar kamu ya, sudahlah yuk ke kelas..."

"Yuk... gimana tugas kamu, sudah selesai semua, hari ini aku sedang tidak ingin memberi contekan loh..."
"Enak aja, sudah lah, memangnya aku suka mencontek...!"

Sambil bercanda, aku dan sahabatku Lia langsung menuju kelas. Dikelas kami langsung meletakkan tas dan beberapa buku di atas meja...
"An, kamu tidak lupa kan alat dan bahan untuk kerajinan yang akan kita buat nanti?"
"Tidak, makanya tas ku berat, lagian kenapa kita tidak mengerjakan di rumah saja sih?''

Ya kamu kan tahu, lusa hasil kerajinan kita sudah harus dikumpulkan sementara waktu kita sempit... waktu untuk jalan ke rumah kan lumayan untuk menyiapkan bahannya..."


"Ya tapi kan enggak harus ngoyo juga kali.."
"Ya enggak apa-apa lah, ini, yang penting besok selesai..."

"Lagian kamu sih, diajak buat yang enak aja nggak mau, coba kalau buat gantungan kunci aja pasti cepat..."
"Ana....sudah deh jangan bawel, lihat tuh gurunya sudah datang, pokoknya pulang sekolah kita selesai kerajinan tangan itu!"

Selama sekolah aku memang belum pernah sama sekali pulang sampai sakit. Biasanya ada acara apapun aku pasti pulang lebih dulu, makan di rumah baru setelah itu berangkat lagi. Tetapi hari itu sepertinya aku tidak ada pilihan lain.

Demi untuk menyelesaikan membuat kerajinan tangan maka aku harus rela makan siang di kantin, sedangkan aku paling anti makan di kantin. Bukan karena makanannya yang tidak enak tapi aku memang tidak terbiasa makan di tempat yang harus antri, tahu sendiri kalau di kantin sekolah bagaimana.

Di kelas, hari itu tidak ada yang spesial, semua pelajaran ya seperti biasanya. Setelah selesai sekolah Ida langsung mengajakku ke kantin untuk makan siang.


"An, langsung ke kantin dulu yuk, makan dulu setelah itu kita langsung buat kerajinan..."

"Ya sudah yuk, aku juga sudah lapar nih..."

Ternyata, di kantin tidak seperti suasana yang biasa saya bayangkan, sangat berbeda dengan ketika jam istirahat. Suasana kantin lebih sepi dan lebih rapi, nyaman juga duduk sambil makan siang di kantin, apalagi sambil bercanda bersama sahabat.

"Sudah lama juga ya aku gak makan di kantin sepulang sekolah, ternyata..."

"Ya, makanya gaul, enak juga kan, tidak seperti waktu istirahat.."

"Iya, kalau ini lebih santai, tidak berebut seperti bebek, he ehehe..."


Tak lama, segera setelah kami selesai menyantap hidangan di kantin kami langsung menuju ke taman depan. Disana kami langsung mengeluarkan segala bahan untuk membuat kerajinan yang harus dikumpulkan besok. Rencananya, untuk tugas besok kami akan membuat pajangan dinding, sejenis tulisan unik yang dibingkai dengan menarik. Aku dan Ida langsung mulai mengerjakannya.

Da, aku yang bikin grafiti ya, kamu siapkan bingkainya..."


"Yak, eh, di ukur dulu aja..."
"Iya... ini lagi ukuran kertasnya... penggaris mana penggaris"
"Waduh, ketinggalan nih...."
"Ah.... Ya udah lah pakai lipatan aja..."

pada awalnya kami santai mengerjakan pembuatan kerajinan tersebut tetapi baru lima menit kami sudah berpikir, maklum soalnya dikejar waktu juga sih. Sementara itu, lagi sibuk mengerjakan bagian-bagian dari kerajinan tersebut tiba-tiba datang dua orang ke hadapan kami... cowok tampan dari kelas sebelah...

"Hei... serius, sedang apa kalian.." ucap salah satu dari mereka
"Buat kerajinan mau di kumpul besok...." Ucapku tanpa menoleh kepada mereka.
"Iya, tugas tambahan..." timpal Ida sambil melirik ke mereka
"Boleh kami bantuin...." Ucapkan yang satunya lagi.
"Enggak, enggak usah repot-repot sebentar juga kelar..." ucapku tegas
"Iya... gak usah.... Gak usah lama-lama buruan bantuin kalau mau" Tambah Ida

cowok itu pun tersenyum dan langsung mengambil bagian... Salah satu dari mereka membantu membuat bilah bambu untuk dasar bingkai dna membantu menyiapkan kertas dan hiasan sementara Ida tetap dengan awalnya menyiapkan pernak-pernik hiasan.
Banyak yang kami buat khususnya untuk hiasannya karena kami ingin karya tangan ini benar-benar unik dan menarik. Karena sangat serius tak ada satu suara pun yang keluar dari mulut kami. Sampai akhirnya aku merasa tidak enak juga telah merepotkan mereka berdua yang bahkan belum kami kenal sama sekali...

"Eh... kalian kalau capek gak usah bantuin gak papa kok..."
"Eh iya, kami jadi gak enak nih..."
"Gak enak apa enak...."
"Iya, sudahlah, kalian ini tidak perlu sungkan sama kita..."
"Iya, kebetulan kami juga sedang santai kok..."

Hampir setengah empat, akhirnya kami memutuskan untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut di rumah setelah selesai menyelesaikannya menjadi satu bagian...

"Akhirnya, jadi juga..." ucapku
"Tapi masih acak-acakan gitu Na..." jawab Ida
"Ya sudahlah tidak apa -- apa, sudah sore, nanti sisa aku beresin di rumah..." jawabku
"Beneran?" ucap Ida
"Iyah.... Bawel. Apa kamu yang mau beresin dan rapihin?" aku menimpali
"Ya kamu aja deh, tapi yang rapi ya, awal kalau besok hasilnya masih berantakan seperti ini!" jawab ida

"Itu sudah bagus kok..." ucap salah satu cowok tadi menimpali.
"Iya... bagus-bagus, tapi mungkin hiasannya terlalu rame, jadi grafitinya gak terlihat..." tambah satunya.
"Iya, nanti dirapihin lagi kok.... Terima kasih banyak ya atas bantuannya" ucapku
"Sama-sama.... Oh iya, aku Anton dan ini membangkitkan Toni" ucap salah satu dari mereka.
"Oh iya.. aku Ana dan ini teman cantik ku Ida...." Jawabku sambil tersenyum.

Selesaikan itu akhirnya tugas membuat kerajinan tangan selesai dengan baik. Kerja keras memang selalu dibayar dengan manis, apalagi ada bonus kenalan dua orang ganteng, lumayan untuk tambah teman.

Itu karena setelah semua yang ada, kami tidak lupa membersihkan halaman yang kotor kertas dan bambu. Setelah itu kami langsung pulang pulang. Sesampainya di rumah aku beristirahat sejenak, memanjakan diri dan langsung mewujudkan karya tersebut.

Suara jangkrik mulai terdengar lebih jelas seiring kendaraan yang semakin sepi. Malam telah, tak terasa waktu telah menunjukkan jam 10 malam. Mataku mulai tak terbuka, desiran angin dan suara serangga seolah-olah menina-bobokkan aku, seketika itu aku menyalakan pulas.

--- Sekian Tamat ---

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun