Mohon tunggu...
Teresia
Teresia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Teresia Sinaga

Menyukai pandangan hidup pribadi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelukan Masa Lalu

7 Januari 2024   22:05 Diperbarui: 7 Januari 2024   22:13 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setahun sejak mimpi dan foto itu datang menghampiriku, aku berhasil melepaskan dunia abu-abu itu. Namsi adalah saudara laki-laki kandungku dan benar, semesta tidak merestui hubungan terlarang ini. Semesta mengambil Namsi dariku. Meskipun aku tidak seberuntung Namsi yang diadopsi oleh orang tua yang kaya, namun aku Bahagia dengan Ibu dan saudaraku yang ada di panti. Aku tidak iri kepadanya, bahkan aku mencintainya. Namsi mungkin merasa bersalah saat ini di sana, ia melakukan kesalahan besar dengan mencintai adik perempuannya seperti seorang kekasih dan meninggalkan adik perempuannya sendirian di dunia.

"Kak Namsi, meskipun kau tidak di sini bersamaku setidaknya kau pernah menjaga dan mencintaiku beberapa waktu. Mengetahui semua ini membuatku mudah merelakan kepergianmu. Dengan ini, aku tidak merasa bersalah untuk melupakanmu dan mengencani pria lain. Kak Namsi, terima kasih atas mimpinya. Saat ini aku tengah mewarnai duniaku." Aku menaruh satu buket bunga sembari mencium salib di atas makamnya. Hatiku sudah tak ragu lagi untuk melangkah.

Semakin aku berlari, semakin kutemukan warna duniaku yang dulu. Jatah bahagiaku harus kugunakan untuk waktu kedepan. Rasa sesak dan hampa yang pernah kualami saat itu adalah hasil dari ketidakterimaanku pada dunia. Sekarang, aku menerima fakta itu dan aku harus menjalani hidupku. Seperti sebuah pepatah yang pernah kudengar bahwa yang mati akan hilang dan yang hidup harus tetap melanjutkan hidupnya. Aku akan melanjutkan hidup dalam dunia berwarna dan menerima kematian mereka sebagai sebuah bagian dari perjalanan yang harus direlakan. Selamat tinggal saudaraku, Namsi yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun