Mereka jauh lebih displin ketimbang orang dewasa seperti kami, dan itu yang membuat penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang mereka. Disana, penulis dipertemukan dengan salah seorang lansia yang sudah berada di Yayasan tersebut selama 6 tahun. Beliau Bernama Asyong dan merupakan mantan seorang guru Sekolah Dasar di salah-satu sekolah swasta di Kota Medan.
Ketika menjalin komunikasi dengan beliau, banyak informasi yang penulis dapatkan. Dalam pengamatan penulis, di hari pertama beliau lebih aktif sebagai pendengar dan sulit untuk memberikan respon atas pernyataan yang penulis berikan. Beliau juga menuturkan bahwasanya komunikasi yang dibangun oleh pengawas terhadap lansia cenderung lebih persuasif. Hal ini dikarenakan, beberapa lansia masih sulit untuk diarahkan, seperti untuk meminum obat atau untuk tidur. Maka dari itu, beberapa pengawas melakukan startegi dengan membujuk lansia agar mau melaksanakan arahan tersebut.
Di hari pertama penulis melakukan Teknik komunikasi yang responsive dan asertif. Pada dasarnya Teknik komunikasi responsive dan asertif adalah dua komunikasi yang bertujuan untuk memberikan bentuk perhatian dan kepedulian terhadap lawan bicara sehingga mereka merasa lebih nyaman dan mampu mengekspresikan dirinya. Hal ini penulis lakukan ketika berbincang santai dengan Bapak Asyong. Ketika kita belajar memahami komunikasi, maka ada dua aspek yang harus kita perhatikan yakni verbal dan non verbal.Â
Di hari pertama penulis melakukan sengaja mengabaikan satu aspek non verbal dengan duduk tidak menghadap beliau. Hal ini penulis lakukan untuk mengkomperasi tanggapan beliau di hari berikutnya, dimana penulis duduk berhadapan dengan beliau. Secara ringkas berikut hasil pengamatan penulis ketika mengadaptasikan aspek verbal dan non berbal serta strategi/Teknik komunikasi yang pada lansia;
Keterangan
Hari I
Hari II
Hasil Pengamatan Hari I
Hasil Pengamatan II
Aspek Non-Verbal
- Mimik wajah
- Posisi duduk
- Kontak mata
Hari pertama
- Posisi duduk bersampingan
- Minim melakukan kontak mata ketika berbicara.