Mohon tunggu...
Suranti Pratiwi
Suranti Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sumatera Utara

Mahasiswi Agroteknologi, Fakultas Pertanian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tebu Dinilai Lebih Menguntungkan Dibandingkan Kelapa Sawit

21 November 2024   08:35 Diperbarui: 21 November 2024   08:37 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Sekelompok mahasiswa dari Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) baru saja menyelesaikan program field trip ke perkebunan tebu milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II di Deli Serdang, Sumatera Utara. Hasil kunjungan lapangan tersebut mengungkapkan fakta menarik: budidaya tebu berpotensi memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan kelapa sawit, khususnya di wilayah dengan industri gula yang berkembang.

Budidaya tebu semakin menarik perhatian petani di Indonesia karena dinilai lebih menguntungkan dibandingkan kelapa sawit dari berbagai aspek, termasuk ekonomi, lingkungan, dan keberlanjutan. Dalam kondisi tertentu, terutama di wilayah dengan akses pasar gula yang baik, tebu menawarkan peluang yang menjanjikan bagi petani.  

Keuntungan Ekonomi
Tebu memiliki siklus panen yang lebih singkat, yakni sekitar 10-18 bulan, dibandingkan sawit yang memerlukan 3-4 tahun sebelum produksi pertama. Hal ini memungkinkan perputaran modal yang lebih cepat. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, biaya pokok produksi (BPP) tebu di Indonesia pada tahun 2022/2023 adalah Rp 590.001 per ton, dengan Harga Pembelian Petani (HPP) yang ditetapkan sebesar Rp 650.000 per ton. Sistem ini memberikan kejelasan harga dan keuntungan yang lebih pasti bagi petani.  

Permintaan gula yang terus meningkat juga menjadi daya tarik utama. Sebagai salah satu konsumen gula terbesar di dunia, Indonesia masih bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan nasional. Situasi ini menciptakan peluang besar bagi petani lokal untuk meningkatkan produksi dan mengurangi ketergantungan pada impor gula.  

Asisten kebun PTPN II, Alberto, mengungkapkan bahwa budidaya tebu memiliki potensi besar di Indonesia. "Jika diminta  memilih untuk menanam tebu atau sawit, saya lebih memilih tebu. Saya pernah bekerja di bidang kelapa sawit, tapi begitu beralih ke tebu, saya merasa peluang di industri tebu lebih menjanjikan. Karna tebu bisa di panen dalam waktu yang lebih singkat daripada sawit" ujar alberto (15/11)

Diversifikasi Produk  
Selain gula sebagai produk utama, limbah tebu seperti bagasse dan molase dapat diolah menjadi bioetanol, kertas, pakan ternak, hingga energi terbarukan. Pemanfaatan limbah ini tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi tetapi juga membuka peluang pendapatan tambahan bagi petani.  

Dampak Lingkungan
Dibandingkan sawit, budidaya tebu memiliki dampak lingkungan yang lebih baik. Tebu tidak memicu deforestasi masif dan dapat mendukung sistem pertanian terpadu. Limbah tebu dapat dimanfaatkan sebagai pakan sapi, sedangkan kotoran sapi diolah menjadi pupuk organik yang kembali ke lahan tebu, menciptakan siklus produksi yang ramah lingkungan.  

Dukungan Kebijakan  
Pemerintah Indonesia terus mendorong peningkatan produksi tebu melalui program revitalisasi pabrik gula, subsidi petani, dan insentif lainnya untuk mencapai target swasembada gula nasional.  

Tantangan dan Masa Depan  
Meski memiliki banyak keunggulan, budidaya tebu menghadapi tantangan, seperti ketersediaan lahan, efisiensi pengolahan, dan produktivitas yang lebih rendah dibandingkan negara lain seperti Brasil. Namun, dengan kombinasi dukungan pemerintah, peningkatan teknologi, dan kesadaran lingkungan, tebu memiliki potensi besar untuk menjadi komoditas unggulan yang mendukung ketahanan pangan dan energi nasional.  

Melihat berbagai manfaatnya, tebu tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi bagi petani, tetapi juga menawarkan solusi berkelanjutan untuk mengurangi ketergantungan pada impor gula dan mendukung perekonomian nasional yang lebih ramah lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun