SITUBONDO - Pada 13 Juli, Mahasiswa KKN Universitas Jember Membangun Desa (UMD) kelompok 211 mengunjungi usaha kerupuk milik Ibu Suhatina di Dusun Krajan, Desa Tokelan, Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo. Mereka mempelajari proses produksi dan pengemasan kerupuk yang telah berjalan selama empat tahun.Â
Usaha Kerupuk Inul ini dimulai oleh Ibu Suhatina yang kini berusia 57 tahun. Awalnya, ia membuat kerupuk untuk mengisi waktu luang, tetapi kerupuknya mulai dikenal dan diminati tetangga. Kerupuk dibuat dengan bahan utama tepung tapioka dan beras putih, serta bahan tambahan seperti penyedap rasa, bawang merah, bawang putih, dan STTP. Produksi dilakukan dari pukul 10.00 pagi hingga 3 sore.
Dalam produksi, Ibu Suhatina dibantu tetangga secara sukarela, sementara bagian pencetakan dilakukan oleh pekerja dengan gaji 50 ribu rupiah per 10 kg. Setiap hari, Ibu Suhatina memproduksi 50-70 bungkus kerupuk yang dijual seharga 10 ribu rupiah per bungkus. Kerupuknya dipasarkan ke tetangga, warung, dan hingga ke Kalimantan dan Madura.
Tahun 2023, Kerupuk Ibu Suhatina resmi mendapatkan label dengan nama 'Kerupuk Ibu Inul" yang meningkatkan popularitas dan penjualan. Kini, Ibu Suhatina meraih pendapatan 12 juta rupiah selama enam bulan.
Usaha kerupuk Ibu Suhatina tidak hanya meningkatkan perekonomian keluarganya tetapi juga membuka peluang kerja bagi warga sekitar. Kunjungan mahasiswa KKN diharapkan bisa memberikan manfaat positif bagi pengembangan usaha dan semangat gotong-royong di Desa Tokelan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H