Mohon tunggu...
21012 JosapatMesakh
21012 JosapatMesakh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sumatera Utara

Mahasiswa S1 Ilmu Sejarah di Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Trip

Huta Siallagan: Kekayaan Objek Wisata, Budaya Tangible dan Intangible

22 Mei 2024   19:38 Diperbarui: 22 Mei 2024   20:39 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi (difoto pada saat penulis hendak masuk ke dalam Huta Siallagan)

Pariwisata merupakan komoditas andalan sekaligus komoditas strategis dan primadona di Kabupaten Samosir, hal ini disebabkan karena Kabupaten Samosir memiliki keindahan alam yang luar biasa dan mempunyai peninggalan sejarah/situs dengan keragaman budaya da seni serta merupakan tanah leluhur/asal-muasal bagi seluruh ethnis Batak se-dunia.

Kabupaten Samosir memiliki potensi wisata alam, wisata budaya (peninggalan budaya/situs dan legenda), wisata air/rekreasi/pantai dan wisata rohani/religi. Objek-objek wisata ini menyebar di 9 (sembilan) kecamatan yang terdapat di Kabupaten Samosir. Salah satunya adalah Objek Wisata Huta Siallagan yang berlokasi di Desa Siallagan Pinda Raya, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Luas Huta Siallagan sekitar 11.000 meter persegi yang dikelilingi oleh tembok batu berukuran 1,5 hingga 2 meter. Bangunan tembok atau dindingnya terbuat dari batu dengan struktur rapi. Huta Siallagan memiliki potensi dan kekayaan Wisata Sejarah maupun Wisata Budaya, baik Budaya Tangible dan Budaya Intangible.

Sejarah Huta Siallagan

Huta Siallagan dibangun pada masa pemerintahan pemimpin Huta pertama, yakni Raja Laga Siallagan. Setelah itu dilanjutkan oleh pewarisnya yakni Raja Hendrik Siallagan, hingga keturunan Raja Ompu Batu Ginjang Siallagan. Saat ini, sejumlah keturunan dari Raja Siallagan masih berada di sini, khususnya di desa Siallagan Pinda Raya, di mana Huta Siallagan berada. Makam nenek moyang mereka juga masih bisa ditemukan di Huta Siallagan.

Huta Siallagan sudah ada sejak lama, akan tetapi proses pembangunan berkelanjutan sebagai objek wisata belum dilakukan sepenuhnya. Tahun 2019, presiden Indonesia Joko Widodo bersama istrinya Iriana Joko Widodo, melakukan kunjungan ke kawasan ini. Kemudian, Joko Widodo menginstruksikan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, agar melakukan revitalisasi. Joko Widodo mengatakan bahwa Huta Siallagan sudah dikelilingi oleh bangunan-bangunan modern, sementara Huta Siallagan tidak tertata baik, sehingga perlu diperbaiki.

Namun, sesuai dengan tinjauan penulis, keadaan Huta Siallagan dengan kondisi yang bagus, selain karna mendapatkan perhatian dari pemerintah, pengelolaan dan pemeliharaan juga dilakukan oleh masyarakat setempat, dan juga wisatawan yang sadar akan pentingnya menjaga sehingga bisa dikunjungi oleh wisatawan lain. Huta Siallagan dengan kekayaan wisata yang tentunya menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara menjadi. Objek wisata yang terdapat di Huta Siallagan berupa objek wisata Budaya Tangible dan Intangible.

Budaya Tangible Huta Siallagan

Hal pertama yang perlu diketahui adalah apa  itu Budaya Tangible. Budaya Tangible adalah bentuk atau objek kebudayaan yang berupa wujud nyata atau bersifat nyata, bisa dilihat dengan mata telanjang, bisa diraba (disentuh). Benda-benda tersebut masih digunakan di kehidupan masyarakat namun banyak juga modifikasi di dalamnya. Dan dibawah ini akan dibahas beberapa budaya Tangible yang ditemukan penulis di Huta Siallagan.

1. Rumah Bolon

Memasuki kawasan Huta Siallagan, sejumlah rumah adat Batak  dan Sopo akan ditemukan di tempat ini. Dalam tinjauan pada Jumat, 17 Mei 2024, penulis melihat rumah-rumah bolon yang berbaris. Terdapat sebanyak 12 rumah bolon yang masih berdiri kokoh, tanpa diberi sekat maupun pagar. Namun, di sekeliling perkampungan Huta Siallagan dikelilingi oleh tembok batu berukuran 1,5 hingga 2 meter. Bangunan tembok atau dindingnya terbuat dari batu dengan struktur rapi. Tembok itu sendiri pernah dilengkapi dengan benteng pertahanan dan bambu runcing untuk melindungi desa dari binatang buas dan juga serangan dari suku lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun