Mohon tunggu...
Tedy Aprilianto
Tedy Aprilianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Individu merdeka permbelajar filsafat untuk memberi gambaran opini generasi muda

Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada | Pembelajar Filsofis dan Pecinta Perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Bola

Tragedi Kanjuruhan: Malang Kamu Tak Pernah Sendiri

4 Oktober 2022   01:34 Diperbarui: 4 Oktober 2022   01:34 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto pasca tragedi kanjurhan/Sumber foto : analisaaceh.com

1 Oktober 2022, menjadi sebuah tanggal yang mengisahkan sebuah kisah suram dan pilu bagi dunia persepakbolaan di seluruh dunia. Kisah tersebut bahkan bisa kita sebut sebagai sebuah tragedi kemanusiaan. 

Melalui tragedi tersebut dapat dipetik sebuah pembelajaran bersama sekaligus menjadi tamparan telak bagi pemerintah terkhususnya operator penyelenggara kompetisi. 

Selain itu dalam tragedi tersebut juga ditemukan beberapa tindakan-tindakan  pelanggaran hukum. Bahkan, karena kelalaian pada segi hukum tersebut terdapat 488 orang yang terdiri dari 302 orang luka ringan,21 luka berat, dan 125 orang meninggal dunia.

Hari berbela sungkawa pun diumumkan oleh FIFA di seluruh dunia demi menghormati para korban yang berguguran. Tragedi tersebut terjadi di Stadion Kanjuruhan,Kabupaten Malang. Sehingga tragedi ini disebut dengan Tragedi Kanjuruhan. 

Dalam hitungan 24 jam secara tidak langsung Tragedi Kanjuruhan tersebut tercatat menjadi sebuah tragedi kemanusiaan terbesar kedua di dalam dunia persepakbolaan. Lantas siapakah yang layak disalahkan disini ?

Kronologis Tragedi Kanjuruhan ini bermula Ketika tim sepakbola  Arema Fc vs Persebaya bertanding di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Semula pertandingan ini berjalan seperti selayaknya pertandingan sepak bola pada umumnya. 

Namun, hal ini mulai berbeda Ketika peluit panjang pertandingan tiupkan oleh wasit yang memimpin jalanya pertandingan. Pada saat itu pertandingan berakhir dengan score 3-2 dengan kemenangan untuk Persebaya Surabaya. Selepas itu pemain dari persebaya langsung berlari menuju ruang ganti dan di lapangan menyisakan pemain dan juga official dari arema saja.

Bertepatan dengan itu ada beberapa suporter Arema yang turun kelapangan dan memeluk beberapa pemain Arema yang sedih atas kekalahan tersebut. 

Menurut, beberapa kesaksian dari Aremania dan official yang ada di lapangan, pada saat itu Aremania yang turun tidak sama sekali melakukan tindakan anarkis. Mereka hanya melakukan protes dengan cara mendekati dan menyemangati pemain Arema fc. Tapi niat baik tersebut seakan-akan tertutupi oleh banyak hal.

Pertama, aksi yang dilakukan oleh Aremania tersebut justru direspon dengan tembakan gas air mata. Sontak hal itulah yang memicu kepanikan aremania yang berhamburan dan mencoba untuk melarikan diri. Saat kejadian tersebut banyak juga suporter arema yang mencoba lari dari gas air mata dan dia dihadang lalu dipukuli oleh aparat TNI dan Kepolisian RI. 

Selain itu tembakan gas air mata tersebut juga ditembakan di atas tribun. Ada juga rekaman video yang beredar di social media yang menunjukkan bahwa tembakan gas air mata tersebut ditembak tepat ketika para suporter aremania masih kondusif di atas tribun. Berhubung gas tersebut sudah meluap maka chaos pun tidak dapat dihindarkan. 

Menurut kesaksian  beberapa pihak banyak sekali yang panik pada saat itu lalu berdesak-desakan untuk keluar stadion. Berhubung pintu stadion kecil maka pada saat itu banyak sekali masa yang terjepit,sesak napas, dan terinjak-injak sehingga membuat banyak korban yang tewas ditempat.

Kedua, pada saat penanganan tersebut polisi yang bertugas tidak hanya sekali menembakan gas air mata. Akan tetapi, berkali-kali sehingga membuat Stadion Kanjuruhan menjadi lautan asap gas air mata. 

Betapa mengerikanya kejadian tersebut, bahkan yang lebih biadab lagi ada beberapa oknum polisi yang menembak masa supporter  dengan gas air mata yang berada di dalam pintu keluar yang terkunci dan berusaha mendobrak. Sehingga membuat banyak korban berguguran di tempat tersebut. Bahkan dalam kejadian tersebut tidak banyak anak dibawah umur dan Wanita menjadi korban.

Ketiga, sebenarnya sebelum penembakan gas air mata membludak. Ada salah satu aremania yang berusaha meminta kepada kepolisian yang bertugas untuk tidak menembak gas air mata dengan dalih di tribun ada anak dibawah umur dan wanita. Namun, hal tersebut sia-sia polisi justru membentak dan tetap melakukan upaya pengamanan dengan menggunakan gas air mata.

Ketiga faktor tersebut merupakan rangkuman dari begitu banyak media yang tersebar. 

Adapun dari sektor non-supporter juga terdapat sebuah ketidaksesuaian. Yakni adanya gas air mata yang masuk ke dalam stadion. Padahal hal ini sudah dilarang oleh FIFA di dalam aturan FIFA Stadium Safety and Security Regulations. 

Dalam peraturan FIFA Pasal 19 b) tertulis, 'No firearms or "crowd control gas" shall be carried or used'. Bunyi aturan FIFA tersebut dapat diartikan bahwa senjata api atau gas untuk mengontrol kerumunan dilarang dibawa serta digunakan. 

Dengan demikian publik yang melihat situasi ini menjadi tahu bahwasanya Tragedi Kanjuruhan bukan merupakan tragedi bentrok suporter. Melainkan Tragedi Kanjuruhan tersebut merupakan sebuah blunder tersendiri bagi institusi kepolisian dalam penggunaan senjata tersebut.

Walau begitu pelarangan penggunaan gas air mata di stadion dapat kita asumsikan bahwa stadion itu memiliki sebuah bentuk bangunan yang tidak biasa dan akses untuk orang lalu lalang tidak seperti di jalanan. 

Mungkin aparat dalam penertiban ini menyamakan prosedur penanganan seperti demonstrasi. Padahal hal tersebut sangatlah salah besar dan sungguh biadab sekali. 

Banyak pihak yang menyalahkan kepolisian pada Tragedi Kanjuruhan ini dan itu merupakan hal yang bisa dikatakan maklum karena banyak sekali pengakuan dari beberapa pihak yang memberikan klarifikasi mengenai tembakan gas air mata yang dilontarkan.

Dalam perspektif federasi dan operator liga juga mengalami hal blunder yang banyak pihak mengatakan bahwa apa yang ditetapkan tersebut juga layak disalahkan. Hal yang disalahkan tersebut ialah ketika panpel dan kepolisian setempat memohon pengunduran kick of karena kick of malam itu beresiko, justru malah ditolak oleh operator liga. Sehingga hal yang ditakutkan pun terjadi dan siapakah yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini?.

Tragedi tersebut diabadikan dan didokumentasikan untuk menjadi pembelajaran bersama bagi persepakbolaan dunia. Pentingnya memahami aturan dan regulasi yang telah ditetapkan merupakan sebuah kunci utama dari keselamatan terselenggaranya pertandingan sepak bola. 

Dalam hal ini Aremania selaku korban dari tragedi tersebut tidak sendirian. Mereka semua didukung dengan solidaritas seluruh suporter yang ada di Indonesia bahkan persepakbolaan dunia.

Aksi solidaritas kanjuruhan Sumber foto : sporttars.id
Aksi solidaritas kanjuruhan Sumber foto : sporttars.id

Hal ini juga didukung dengan adanya aksi massa dari beberapa kota besar yang berkumpul untuk mendoakan korban Tragedi Kanjuruhan dan dukungan bela sungkawa untuk aremania. 

Pada kondisi ini sebagai supporter sudah tidak etis untuk saling bermusuhan karena sekarang ini yang dibutuhkan ialah dukungan solidaritas untuk mengusut tuntas kasus tragedi kemanusiaan ini. Sepak bola tidak sebanding dengan nyawa sedang di sorak-sorak untuk mengenang dan juga menampar pemerintah agar lebih tegas dalam pengusutan tuntas Tragedi Kanjuruhan ini.

Dengan bersumber pada kronologis kejadian dan klarifikasi dari banyak pihak, suporter disini tidak selayaknya disalahkan. Justru yang menjadi sorotan ialah kebiadaban aparat yang melakukan pengamanan tapi bukan malah mengamankan melainkan menimbulkan banyak korban yang berguguran. 

Bahkan Tragedi ini menjadikan sebuah pembelajaran bersama seluruh suporter di dunia untuk sepakat berdamai dan menjalin rivalitas yang sehat dengan dasar untuk menjunjung rasa kemanusiaan dalam dunia persepakbolaan.

Referensi 

Jati, S. (2022, 10 2). Aksi Solidaritas Tragedi Stadion Kanjuruhan di Jakarta. Retrieved from foto.bisnis.com: https://foto.bisnis.com/view/20221002/1583438/aksi-solidaritas-tragedi-stadion-kanjuruhan-di-jakarta

Nursalam, A. (2022, 10 3). Bobotoh Gelar Aksi Solidaritas Kemanusiaan untuk Tragedi Kanjuruhan. Retrieved from Kompas.com: https://bola.kompas.com/read/2022/10/03/07410398/bobotoh-gelar-aksi-solidaritas-kemanusiaan-untuk-tragedi-kanjuruhan

Wibawana, W. A. (2022, 10 2). Gas Air Mata Tragedi Kanjuruhan: Aturan FIFA dan Penjelasan Polisi. Retrieved from news.detik.com: https://news.detik.com/berita/d-6324694/gas-air-mata-tragedi-kanjuruhan-aturan-fifa-dan-penjelasan-polisi

Wibawana, W. A. (2022, 10 2). Tragedi Kanjuruhan: Kronologi, Penyebab dan Jumlah Korban. Retrieved from news.detik.com: https://news.detik.com/berita/d-6324274/tragedi-kanjuruhan-kronologi-penyebab-dan-jumlah-korban

Yahya, A. N. (2022, 10 3). Perkara Gas Air Mata Polisi di Stadion Kanjuruhan dan Larangan Penggunaannya. Retrieved from Kompas.com: https://nasional.kompas.com/read/2022/10/03/07263731/perkara-gas-air-mata-polisi-di-stadion-kanjuruhan-dan-larangan-penggunaannya

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun