Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya, terutama di wilayah lahan gambut yang tersebar di berbagai penjuru Nusantara (Rahardi & Suhardi, 2016). Ekosistem lahan gambut tropis yang ada di seluruh dunia meliputi area seluas 40 juta hektar dan 50%, seluas 20 juta diantaranya di Indonesia (Rahardi & Suhardi, 2016). Lahan gambut memiliki keunikan dimana lahan yang basah namun mudah terbakar. Hal itu terjadi karna kandungan bahan organik tinggi dan memiliki sifat kering tak balik, porositas tinggi, dan daya hantar hidrolik vertikal yang rendah (Najiyati et al., 2005). Salah satu tumbuhan khas lahan gambut yang menarik adalah Kantong Semar (Nepenthes spp.), sejenis tanaman karnivora yang memiliki peran penting dalam ekosistem dengan caranya yang unik dalam memperoleh nutrisi dari tanah yang miskin hara(Mansur, 2012). Selain itu, lahan gambut berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat penting bagi kestabilan iklim global, sehingga pelestarian keanekaragaman hayati di ekosistem ini menjadi sangat penting (Agus & Subiksa, 2008).
Kantong Semar merupakan kelompok tumbuhan dengan keragaman yang tinggi di Indonesia, memiliki 64 jenis kantong semar tersebar di Indonesia dari 103 jenis yang dipublikasikan di dunia (Firstantinovi, 2006). Sebagai tanaman karnivora, Kantong Semar terdiri dari berbagai spesies yang memiliki variasi bentuk dan ukuran kantong, mulai dari kantong kecil hingga kantong besar yang menyerupai kendi atau kantong air. Di Indonesia, terdapat 32 spesies Nepenthes di Kalimantan, 29 spesies di Sumatera, Sulawesi memiliki 10 spesies, 9 spesies di Papua, 4 spesies di Maluku dan 2 spesies di Jawa (Mansur, 2006). Tanaman kantong semar memiliki adaptabilitas yang luar biasa dalam tumbuh dan berkembang di berbagai habitat, errmasuk pesisir pantai, gunung berkapur, hutan lebat, dan dataran rendah atau tinggi, area kering yang terbuka, rawa rawa, dan bahkan di puncak pohon (Khairil et al., 2015). Keanekaragaman ini menjadikan Kantong semar sebagai tumbuhan endemik yang sangat penting untuk dilestarikan, terutama mengingat perannya dalam menjaga keseimbangan ekosistem lahan gambut.
Kantong semar dikenal karnivora yang memiliki cara unik untuk memperoleh nutrisi yang dibutuhkannya. Tumbuhan ini memproleh nutrisi dengan menangkap semut, serangga, mamalia, bahkan hewan kecil lain dengan kantongnya. Kantong semar memiliki berbagai variasi morfologi berbeda beda yang secara khususnya beradaptasi guna menarik, menjebak, dan mencerna mangsanya, terutama serangga. Tumbuhan ini mempunyai daun yang mengalami modifikasi khusus yang dikenal sebagai kantong semar, berperan sebagai perangkap mangsa. Kantong semar menghasilkan dan menyimpan cairan pencernaan yang diperlukan. Tumbuhan menghasilkan berbagai enzim hidrolitik saat mencerna mangsa yang terjebak di dalam kantongnya termasuk protease aspartat. Selain mengambil nutrisi, akarnya juga dapat menyerap zat zat dari tanah, diperoleh juga dari serangga yang terperangkap pada kantong. Serangga yang terperangap mengalami penguraian oleh senyawa memiliki tingkat keasaman yang serupa dengan asam lambung sehingga menyerap sari sari nutrisi dari serangga tersebut.
      Keberadaan kantong semar di alam memiliki peranan penting dalam suatu ekosistem. Nepenthes mempunyai manfaat sebagai agen pengendali hayati dengan menjadikan serangga sebagai sumber nitrogen (Mardhiana et al., 2012). Nepenthes memiliki simbiosis dengan bakteri kitinolitik yang dapat ditemui pada cairan kantung Nepenthes, dimana bakteri ini dapat digunakan sebagai pengendali hayati yang potensial dan ramah lingkungan untuk menangani hama dan patogen khususnya serangga pada tanaman budidaya (Fitriani, 2016). Dalam cairan Nepenthes juga terdapat bakteri yang penghasil antibiotik, pada penelitian lain diketahui bakteri tersebut bersifat antagonisme terhadap patogen (Hidayat, 2015). Secara ekologis, tumbuhan ini dapat berperan dalam pengendalian hama serangga pada tanaman dan juga menyerap CO2 dari udara sehingga membantu mengurangi dampak pemanasan global. Kantong semar yang belum terbuka mengandung tingkat CO2 yang tinggi dan saat terbuka, kantong semar melepaskan CO2 di sekitar kantong sebagai strategi untuk menarik mangsa. Penelitian tentang kandungan CO2 di kantong semar saat mendekati masa produktif dapat mencapai 2500 hingga 5000 ppm.Â
Cuaca dan iklim tropis yang lembap di Indonesia sangat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kantong semar. Musim hujan yang panjang menyediakan suplai air yang cukup bagi tanaman ini untuk bertahan hidup di lingkungan lahan gambut. Namun, musim kemarau yang berkepanjangan dapat berdampak pada kondisi lahan gambut, sehingga memengaruhi ketahanan hidup kantong semar. Suhu dan kelembapan juga menjadi faktor penting bagi tanaman ini, karena kantong semar lebih menyukai lingkungan yang lembap dan tidak tahan terhadap paparan sinar matahari yang terlalu intens.
      Tumbuhan kantong semar memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik untuk tumbuh di tanah yang kekurangan nutrisi penting seperti nitrogen, fosfor, kalium, dan tingkat keasaman tanah yang tinggi (Mardhiana et al., 2012). Oleh karena itu, tumbuhan ini mampu hidup dan berkembang di daerah yang cenderung kering. Pada umumnya, Nepenthes spp. mampu tumbuh dengan baik di tanah yang memiliki kesuburan rendah dan terpapar sinar matahari dalam jumlah yang terbatas. Penelitian lain menjelaskan faktor faktor seperti waktu, ketinggian, kemiringan, lintang, curah hujan, dan kelembaban memengaruhi komunitas tumbuhan di suatu wilayah. Penelitian ekologi sering kali berfokus pada variasi dalam keanekaragaman spesies yang dipengaruhi oleh gradien lingkungan. Variasi ini dijelaskan sebagai hasil dari interaksi antara faktor faktor seperti iklim, produktivitas, interaksi antar makhluk hidup, keragaman habitat, dan sejarah evolusi.
Ada ancaman terhadap keanekaragaman hayati disebabkan oleh meningkatnya peristiwa dan eksploitasi sumber daya alam yang dianggap merusak. Contohnya di beberapa wilayah Kalimantan sering terjadi kebakaran hutan, permukiman baru dibangun di hutan dan lahan pertanian berpindah, serta perusahaan tambang perkebunan kelapa sawit muncul di berbagai lokasi. Dampak dari peristiwa dan pemanfaatan kekayaan alam yang tidak bertanggung jawab adalah hilangnya plasma nutfah dan mengancam kelangkaan beberapa jenis tumbuhan, termasuk kantong semar yang dikhawatirkan terancam punah. Oleh karena itu, penelitian harus dilakukan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang keanekaragaman spesies kantong semar dan membantu dalam upaya konservasi terhadap tumbuhan kantong semar.
  Kantong semar di wilayah Kalimantan Barat yang telah dikumpulkan dari  beberapa daerah meliputi Wilayah Hutan Lindung Gunung Ambawang Desa Kampung Baru Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya, Hutan Lindung Danau Selogan Kabupaten Kapuas Hulu, Hutan Rawa Gambut Kalimantan Barat, Bukit Bentuang Dusun Punti Tapau Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau, Hutan Desa Padang Tikar 1 Kabupaten Kubu Raya, Bukit Sebomban Kecamatan Bonti Kabupaten Sanggau, Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak, Kebun Raya Sambas Kabupaten Sambas, dan Wilayah Hutan Tanaman Industri PT. Bhatara Alam Lestari Kabupaten Mempawah. Kantong semar sangat fleksibel dalam pertumbuhan di tanah yang memiliki tingkat kesuburan rendah, rendahnya kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium, serta tingkat keasaman yang tinggi. Hal ini seringkali menjadi tantangan bagi pertumbuhan tanaman lain (Mardhiana et al., 2012). Hal ini memungkinkan kantong semar untuk bertahan hidup di daerah yang kurang subur. Umumnya, kantong semar dapat hidup dan berkembang di tanah yang memiliki kesuburan rendah dan terpapar sinar matahari dalam jumlah yang terbatas (Hernawati & Akhriadi, 2006). Kondisi ini menjadi faktor utama keberhasilan pertumbuhan kantong semar di Kalimantan
Barat.
Hasil yang didapatkan dari penelitian jenis kantong semar di Hutan Lindung Gunung Ambawang oleh Selvi et al. (2015) sangat informatif dan relevan. Studi ini berhasil mengidentifikasi 3 spesies Nepenthes pada area tersebut, yakni N. ampullaria, N. x hookeriana, dan N. rafflesiana. Wilayah ini merupakan daerah di mana kantong semar tersebar secara melimpah dan merata. Namun, terjadi degradasi hutan yang mempengaruhi pertumbuhan jenis kantong semar sehingga mengalami penurunan
Hasil yang didapatkan oleh Syamswisna & Joni (2022) dalam penelitiannya di Hutan Lindung Danau Selogan Kabupaten Kapuas Hulu mengungkapkan 6 spesies kantong semar, yakni N. albomarginata, N. ampullaria, N. bicalcarata, N. gracilis, N. mirabilis, dan N. rafflesiana, serta dua spesies hibrida alami, yakni N. x hookeriana dan N. cantleyi. Meskipun seharusnya Hutan Lindung Danau Selogan menjadi tempat yang ideal untuk pertumbuhan berbagai jenis kantong semar, namun aktivitas manusia telah menyusutkan habitat kantong semar. Hutan Lindung Danau Selogan seharusnya menjadi tempat yang ideal untuk pertumbuhan berbagai jenis kantong semar, namun aktivitas manusia telah menyusutkan habitat kantong semar. Di samping itu, kantong semar telah mengalami eksploitasi yang berlebihan oleh individuindividu yang tidak bertanggung jawab, sehingga diperlukan langkah-langkah untuk menjaga keberlanjutan jenis kantong semar yang ada.