Mohon tunggu...
Khoirunisa
Khoirunisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sarjana Terapan Administrasi Negara, Universitas Negeri Surabaya

Men-Desain Grafis adalah hobi saya mulai sejak kuliah untuk mengisi waktu luang. Saya pun sering mengikuti kompetesi desain poster dan alhamdulillah sering berkesempatan untuk menjuarai kompetesi tersebut. Hobi desain ini membuat saya bersemangat selalu untuk terus berkarya.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

"KLITIH" Sebagai Kejahatan Jalanan oleh Remaja di Yogyakarta

26 Mei 2022   22:20 Diperbarui: 26 Mei 2022   22:44 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yogyakarta sangat dikenal sebagai kota pelajar. Terdapat banyaknya anak di Yogyakarta dari berbagai latar belakang daerah yang berbeda seperti perbedaan ras, suku, bahasa dan agama. Inilah bukti bahwa Yogyakarta menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang ingin menuntut ilmu di kota ini. 

Kota Yogyakarta terkenal dengan kualitas pendidikannya yang baik, banyak jenis sekolah yang ditawarkan dari sekolah negeri maupun swasta bahkan banyak pesantren-pesantren untuk belajar agama secara mendalam. 

Meskipun dengan berbagai sistem yang berbeda-beda, adanya hal tersebut kota ini sangat lah diapresiasi dengan berbagai sistem pendidikannya. Namun, bukan berarti kota ini aman dari permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Sebagai kota pelajar, Yogyakarta sendiri tidak dapat terhindar dari fenomena tawuran pelajar antar Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan maraknya tawuran yang terjadi di Yogyakarta, akhirnya pemerintah kota Yogyakarta mengantisipasi tawuran pelajar tersebut dengan mengganti seluruh bet nama masing-masing Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan bet yang lebih umum bertuliskan "Pelajar Kota Yogyakarta" berlaku bagi semua Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta. 

Kebijakan yang dilakukan pemerintah ini supaya tidak ada tawuran yang terjadi antar Sekolah Menengah Atas (SMA) karena hal tersebut akan menimbulkan kemusuhan atau perselisihan yang terjadi di antara sekolah-sekolah di Yogyakarta sehingga dapat menimbulkan dendam. 

Tetapi, antisipasi tersebut belum cukup efektif untuk mengurangi tingkat tawuran pelajar di kota pelajar ini. Tawuran yang sering terjadi juga pernah merenggut nyawa beberapa pelajar di Yogyakarta (Maria, 2019).

Salah satu dari permasalahan yang meresahkan masyarakat bahkan orang tua di Yogyakarta selain tawuran pelajar tersebut adalah fenomena klitih yang diikuti dengan sebuah kejahatan yang dilakukan oleh kalangan remaja dengan rata-rata usia pelajar. Klitih merupakan sebuah aktivitas keluar rumah di malam hari tanpa tujuan atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan keluyuran. 

Klitih ini bertujuan untuk melukai korbannya sampai menghilangkan nyawa seseorang dengan benda tajam yang mereka miliki seperti pisau dan samurai. 

Korbannya tersebut tidak bisa diketahui apakah pelaku memilih korban hanya wanita, lelaki, bahkan orang yang sudah tua, karena mereka memilih korban dengan cara random. 

Hal tersebut menjadikan kota pelajar tersebut sedikit ternodai dengan fenomena klitih yang diikuti dengan sebuah kejahatan yang justru tidak mencerminkan sebagai kota pelajar.

Kasus fenomena klitih yang sangat meresahkan masyarakat sudah sangat banyak terjadi di Kota Yogyakarta. Seperti yang termuat di dalam berita Kompasiana.com pada tanggal 05 Mei 2022 mengenai Fenomena Klitih Yogyakarta yang menewaskan anak anggota DPRD. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun