Mohon tunggu...
Brian Yudhistira R
Brian Yudhistira R Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

Saya Brian Yudhistira Rahmansyah mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang, yang kebetulan senang dengan hoby travelling, hiking, fotografi dan videografi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perjalanan ke Gunung Lawu, Ingin Pulang Malah Kehabisan Uang

14 Desember 2022   21:45 Diperbarui: 14 Desember 2022   22:23 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehabisan uang saat mendaki adalah momen yang sulit untuk dilupakan, entah ini bisa disebut kenangan buruk atau senang, pasalnya perasaan saya pada waktu itu bercampur aduk jad satu mulai dari senang, seru, capek, pengen mengulangi lagi, dan ga pengen mengulangi lagi, semua perasaan itu menyatu menjadi 1.

Pada tanggal 12 juli 2020 kami ber lima (saya, andro, lutfi, izzul, dan yudi) telah merencanakan untuk pergi mendaki ke gunung lawu, berkumpul di rumah Andro untuk mempersiapkan dan mengecek semua peralatan dan kebutuhan selama pendakian, setelah itu kami berdiskusi untuk menentukan bus apa yang bakal kita naiki dan merencanakan bahwa setelah sampai di terminal Bungurasih Surabaya kami ingin berhenti sejenak untuk merokok, mengamati situasi dan berbincang.

Setelah semua persiapan semua selesai, kami berempat diantar oleh ayahnya Andro ke terminal Bungurasih. Ternyata sesampainya di terminal Bungurasih semua rencana yang kita susun sia-sia akibat yudi diseret oleh calo terminal dan dia mengikuti calo tersebut, kami berempat yang secara gak sadarpun mengikuti yudi dan menganggap yudi tau harus naik bus apa, dan kemana tujuan kita. Ternyata setelah masuk ke dalam bus yudi pun tidak mengetahui hal tersebut dan hanya mengikuti calo busnya ujar yudi.

Saya yang sudah lumayan sering pergi ke jawa tengah naik bus kaget mengetahuni harga bus yang ditumpangi saat ini, harga bus saat uni mengalami kenaikan 3 kali lipat dari harga sebelumnya, mungkin karena faktor corona dan karena kena calo yang tadi ada di terminal.

Setelah sampai di Terminal Solo kita langsung menuju basecamp pendakian ia Ceto menaiki mobil sewaan yang ada di Terminal. Karena kita sampai di BaseCamp malam dan melewati batas maksimal perizinan kita memutuskan untuk istirahat dan bermalam di Basecamp dan mulai naik besok pagi. Kita merencaakan mau melakukan pendakian lintas, naik via Ceto dan turun di via Cemoro Kandang ternyata karena faktor corona jadi tidak bisa melakukan pendakian lintas itu.

Selama pendakian berjalan lancar dan kami bisa sampai puncak dan kembali ke Basecamp dengan selamat, kami sampai Basecamp malam hari karena dengan kondisi yang capek dan tidak memungkinkan untuk pulang pada saat itu juga, kami memutuskan untuk kembali bermalam di Basecamp dan pulang besok pagi.

Dokpri
Dokpri

Kami ber lima mulai sadar karena uang kami semua mulai menipis dan apabila di hitung-hitung mungkin tidak akan sampai untuk kembali kerumah dengan naik bus, kemudian kami mencari cara agar supaya bisa pulang sampai rumah dengan selamat, pertama kami menyewa elf (bus mini) milik warga di sekitar basecamp sambil mencari gandengan yang mau bareng dengan kita agar biaya sewa semakin ringan, kemudian kami menemukan rombongan dari Surabaya yang mau bareng dengan kita agar meringankan beban sewa tersebut.

Di dalam elf kami mulai menghitung lagi dan hasilnya masih saja kurang buat naik bus sampai ke mojokerto, rombongan dari Surabaya tersebut pun mengetahui apabila kita kekurangan uang untuk pulang, karena merasa kasihan dan mungkin karena sesama pendaki memiliki solidaritas yang tinggi dan saling tolong menolong kemudian rombongan tersebut menawarkan untuk dibarengi sampai ke Surabaya dengan nebeng truk ataupun pick up yang lewat. 

Mungkin karena mereka yang dari Surabaya yang nekatnya luar biasa dan sedikit ngawur dalam menghadang truk/pick up ada beberapa dari kami yang ga terbiasa dan merasa takut. Dari situ kami memutuskan untuk pisah karena sebagian dari kami takut dengan cara mereka, kami pun berpisan dan mereka melanjutkan perjalanannya naik bus.

Uang kami tipis dan menyatukan semua uang, kami semua merasa lapar dan memutuskan untuk memakai sisa uang tersebut untuk makan. Setelah makan kebingungan kami kembali menyelmuti, kami semua tidak memiliki atm untuk meminta tranfer dari orang tua, Cuma yudi yang memiliki atm, yudi dipaksa untuk meminta tranferan dari orang tuanya, sembari menunggu yudi ditranfer oleh orang tuanya kami berusaha dengan mencari tebengan truk ataupun pick up di jalan raya dengan sopan dan tidak ugal-ugalan dan mencari truk dan pick up yang sedang berhenti. 

Kurang lebih setengah jam berlalalu tetapi tidak ada truk ataupun pick up yang mau berhenti dan mau menebengi kita. Yudipun sudah ditranfer uang 200 oleh orang tuanya, fikiran kamipun mulai sedikit tenang, kamipun mulai mencari bus, setelah dapat dan menaikinya, didalam bus pun kita tidak bisa tenang setelah mendengar harga bus yang benar benar mahal, kami tidak bisa naik bus sampai Mojokerto dan pasrh kepada kernet Busnya. 

Tenyata kami salah naik bus patas yang memang pantas harganyaa mahal, di tambah lagi karena corona. Meskipun mendapatkan vocer untuk makan sore kami tidak menikmati makan tersebut karena kami masih kefikiran gimana pulangnya kita.

 Akhirnya kita hanya sampai di Terminal nganjuk, dari situ kita kembali pasrah berjalan sambil menunggu tumpangan truk ataupun pick up, setelah menempuh jarak sekitar 1 km kita beristirahat sejenak untuk melaksanakan sholat dan melanjutkan jalan kaki, dan setelah menempuh sekitar 5 km kamipun capek dan menunggu tumpangan di lampu merah tetapi tidak ada sedikitpun ada truk atau pick up, dari situ ada orang terus mempertikan kami dan kemudian menghampiri kami sambil bertanya-tanya.

Karena dia merasa kasihan kepada kami, akhirnya dia menjelaskan bahwasannya jalan yang kita lalui adalah jalan kota yang memang tidak ada truk ataupun pick up lewat situ, da menyarankan agar mencari di jalan by pass dan mengantarkannya, saking baiknya dia, dia rela mondar mandir selama 3 kal untuk mengantar kami padahal jaraknya pun juga lumayan jauh, sekitar 5 km. setelah selesai semua dia berpamitan dan memberi kami uang sejumlah 50 ribu kami menolak karena dia sangat baik, tetapi dia memaksa agar kami menerima, "udah gapapa buak ngopi" ujarnya.

Kamipun mendapatkan tumpangan truk, truk tersebut ialah truk yang tidak ada pembatasnya atau biasa di sebut truk tleseran yang bener bener tidak aman, kamipun terpaksa menaikinya sambil selalu berpegangan dan bergandengan tangan karena tidak ada kendaraan yang mau menampung kita.

Truk tersebut pun hanya sampai di pom bensin di daerah kertosono, sopirnya meminta maaf kepada kami karena hanya bisa mengantar sampai kertosono, tetapi kamilah yang sangat berterimakasih karena sudah mau menumpangi kita. Kita turun dan melanjutkan perjalanan denga jalan kaki.

Hari semakin malam dan kita sudah sampai kurang lebih 3 km berjalan kaki dan kami benar benar capek, kami berdiskusi bagaimana nuntuk kelanjutan ini, dan kami benar benar pasar, kami memutuskan untuk mencari bus dan pasrah dngan uang 50 ribu tersebut, kami menemukan bus dan menaikinya di dalam bus kami berbicara kepada kernet kami ber enam ada uang 50 ribu apkah bisa kami sampai di terminal Mojokerto, sambil berat menerima akhirnya kernet tersebut meng iyakan kami, kami sangat bersyukur akhirnya kami bisa sampai rumah dengan selamat.

Sempai di terminal Mojokerto Izzul menelfon ayahnya untuk menjemput kami berenam dan tidak lama kemudian ayahnya Izzul pun sampai

Dari situ kamipun mendapatkan pelajaran agar benar benar memperhitungkan estimasi biaya dan selalu memperhatikan keadaan, kalau misal memang tidak ada covid dan dari awal tidak salah memilih naik bus mungkin bisa saja perjalanan kami berjalan dengan sangat lancar. Kami kurang memperhitungkan akan hal itu jadi kami semua tidak membawa uang yang sangat lebih untuk berjaga jaga akan hal itu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun