Mohon tunggu...
SUTAN MARAJO
SUTAN MARAJO Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Saya mahasiswa ilmu komunikasi yang memiliki hobi menulis dan bermusik.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Strategi Manajemen Isu Aqua dalam Konteks Informasi Hoaks dan Fatwa MUI Terkait Produk Terkena Dampak Boikot Israel

8 Januari 2024   22:44 Diperbarui: 9 Januari 2024   04:47 2749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Abstrak

Artikel ini membahas respons dan strategi manajemen isu yang diimplementasikan oleh AQUA, merek air minum dalam kemasan yang dimiliki oleh Danone, dalam menghadapi situasi kontroversial terkait seruan boikot yang dipicu oleh informasi hoaks dan fatwa MUI terkait produk yang terkena dampak boikot Israel. Fokus utama mencakup klarifikasi posisi Danone sebagai perusahaan publik yang tidak memiliki afiliasi politik dan tidak beroperasi di Israel. Manajemen isu tersebut melibatkan Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, yang menegaskan komitmen perusahaan terhadap investasi di Indonesia dan peran positifnya dalam mendukung ekonomi, sosial, dan kesehatan masyarakat. Analisis artikel ini memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana AQUA mengelola isu-isu sensitif dan merespon tantangan yang muncul dari boikot yang dipicu oleh informasi yang tidak benar dan fatwa terkait.

Latar Belakang

Dalam beberapa waktu terakhir, AQUA, merek air minum dalam kemasan yang merupakan bagian dari kelompok usaha Danone, mendapati dirinya terperangkap dalam situasi kontroversial yang dipicu oleh informasi hoaks dan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait boikot terhadap produk yang terkait dengan Israel. Seruan boikot ini menjadi fenomena yang mencuat di media sosial, khususnya Twitter, dengan tagar #TolakDanoneAqua. Situasi ini menjadi pusat perhatian masyarakat Indonesia, memicu perdebatan dan reaksi beragam terhadap keterlibatan merek ini dalam konflik Israel-Palestina.

AQUA, sebagai salah satu merek air minum terkemuka di Indonesia, memiliki dampak besar pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Munculnya seruan boikot ini mengakibatkan ketidakpastian di antara konsumen terkait keamanan dan kehalalan produk. Informasi hoaks yang tersebar di media sosial mengklaim bahwa Danone, perusahaan induk AQUA, memiliki afiliasi politik dengan Israel, yang tengah menghadapi kritik global atas tindakan militer terhadap Palestina.

Perlu dicatat bahwa Danone, perusahaan multinasional yang berbasis di Prancis, merupakan pemilik sejumlah merek terkemuka, termasuk AQUA. Dengan operasi yang tersebar di 120 negara, Danone diakui sebagai salah satu produsen produk makanan dan minuman terbesar di dunia. Pada awalnya, seruan boikot ini mungkin dipicu oleh ketidakpahaman mengenai sejarah dan operasional perusahaan ini, sehingga menciptakan ketidakjelasan terkait keterlibatan mereka dalam konflik Timur Tengah.

Sikap manajemen isu menjadi krusial dalam menghadapi situasi sensitif ini. Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, telah merespons dengan memberikan klarifikasi mengenai posisi perusahaan terkait konflik Israel-Palestina. Arif menegaskan bahwa Danone bukanlah entitas politik dan tidak memiliki afiliasi dengan kepentingan politik mana pun. Pernyataan resmi ini menjadi bagian dari strategi manajemen isu untuk meredakan kekhawatiran dan ketidakpastian di kalangan konsumen. Sementara itu, fatwa MUI yang menyatakan haram menggunakan produk yang mendukung Israel turut memberikan tekanan lebih terhadap AQUA. Meskipun MUI tidak merilis daftar produk yang terkena dampak, seruan boikot menjadi lebih nyata dengan tagar yang trend di media sosial. Strategi manajemen isu AQUA harus mengakomodasi tidak hanya klarifikasi terkait afiliasi politik dan operasional, tetapi juga menanggapi ketidakpastian yang mungkin timbul akibat fatwa MUI.

Dalam konteks ini, penting untuk mengevaluasi dampak seruan boikot terhadap citra merek dan penjualan AQUA. Data terkait penurunan penjualan atau perubahan persepsi konsumen dapat memberikan pandangan yang lebih jelas tentang efektivitas strategi manajemen isu yang diterapkan. Sebagai merek yang memiliki dampak signifikan pada perekonomian dan lapangan kerja di Indonesia, AQUA harus menjaga reputasinya dengan cermat dalam menghadapi tantangan ini.

Tinjauan Pustaka

  • Manufacturing Consent: Dalam konteks strategi manajemen isu, konsep "Manufacturing Consent" yang dikemukakan oleh Edward S. Herman dan Noam Chomsky dapat memberikan wawasan yang relevan. Mereka menguraikan bagaimana media massa dapat menjadi alat untuk membentuk persetujuan atau pendapat masyarakat terhadap suatu isu tertentu. Dalam kasus AQUA, informasi hoaks yang menuduh afiliasi politik dengan Israel dapat dianggap sebagai produk dari 'manufacturing consent' di ruang digital. Manajemen isu AQUA perlu memahami bagaimana penyampaian informasi ini dapat memengaruhi persepsi konsumen dan bagaimana menyikapi peredaran informasi yang salah dengan transparansi dan kecermatan.
  • Manajemen Krisis: Pendekatan manajemen krisis juga menjadi kunci dalam menghadapi tantangan yang dihadapi AQUA. Menurut Timothy L. Sellnow dan Matthew W. Seeger, manajemen krisis bukan hanya tentang merespons situasi krisis saat itu, tetapi juga merencanakan dan mengimplementasikan strategi sebelumnya untuk memitigasi dampak negatif. Dalam konteks artikel ini, situasi krisis muncul dari seruan boikot yang dipicu oleh informasi hoaks dan fatwa MUI. Oleh karena itu, AQUA perlu memiliki rencana respons yang terstruktur untuk mengelola krisis tersebut dan membangun kembali kepercayaan konsumen.
  • Keterlibatan Seluruh Organisasi dalam Mengelola Reputasi: Konsep keterlibatan seluruh organisasi, termasuk manajemen puncak, dalam mengelola reputasi perusahaan diungkapkan oleh Cees B.M. Van Riel dan Charles J. Fombrun. Mereka menyoroti pentingnya keselarasan antara tindakan organisasi dan citra yang ingin diproyeksikan. Dalam konteks AQUA, manajemen puncak perlu berperan aktif dalam merancang strategi manajemen isu yang dapat merestorasi reputasi perusahaan. Langkah-langkah seperti memberikan klarifikasi secara transparan, keterlibatan dalam kegiatan kemanusiaan, dan berkomunikasi secara efektif dapat membantu AQUA memperbaiki citra dan mengurangi dampak negatif dari seruan boikot.

Dengan merangkul konsep-konsep ini, AQUA dapat membangun strategi manajemen isu yang kokoh dan responsif, yang tidak hanya membantu mereka mengatasi situasi krisis saat ini tetapi juga membangun fondasi untuk pemulihan reputasi jangka panjang.

Metode

Dalam penulisan artikel ini, penulis mengadopsi pendekatan analisis kritis terhadap berbagai sumber informasi dan konsep yang relevan dengan strategi manajemen isu, terutama dalam konteks informasi hoaks dan fatwa MUI terkait dampak boikot Israel terhadap produk AQUA. Sumber utama yang diandalkan dalam merinci konsep-konsep tersebut adalah karya-karya akademis yang diterbitkan oleh para ahli di bidang studi media, manajemen krisis, dan reputasi perusahaan. Referensi penulis melibatkan karya Edward S. Herman, Noam Chomsky, Timothy L. Sellnow, dan Matthew W. Seeger untuk memahami konsep "Manufacturing Consent" dan pendekatan manajemen krisis. Penulis juga merujuk pada karya Cees B.M. Van Riel dan Charles J. Fombrun untuk menyelidiki konsep keterlibatan seluruh organisasi dalam mengelola reputasi perusahaan.

Pendekatan analitis penulis memungkinkan penulis untuk menyusun tinjauan pustaka yang holistik dan mendalam, mempertimbangkan berbagai sudut pandang dan sudut pandang yang relevan dengan topik. Penulis menekankan keterpercayaan sumber-sumber akademis untuk memastikan keakuratan informasi dan memberikan dasar yang kuat untuk pembahasan strategi manajemen isu AQUA. Melalui metode ini, artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang tantangan yang dihadapi AQUA dalam menghadapi dampak boikot yang muncul dari informasi hoaks dan fatwa MUI, serta memberikan pandangan strategis yang mendalam untuk mengatasi dan mengelola situasi ini secara efektif.

Hasil dan Pembahasan

Dalam beberapa minggu terakhir, produk air minum dalam kemasan AQUA menjadi sasaran boikot di Indonesia setelah muncul informasi hoaks yang menyatakan bahwa induk perusahaan, Danone, mendukung Israel dalam konflik dengan Palestina. Tagar #TolakDanoneAqua membanjiri media sosial, menciptakan tekanan signifikan pada brand ini. Artikel ini membahas strategi manajemen isu yang diterapkan oleh AQUA dalam menghadapi dampak dari informasi hoaks dan fatwa MUI terkait produk yang terkena imbas boikot Israel.

Menanggapi tudingan tersebut, Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, memberikan klarifikasi tegas. Danone, sebagai perusahaan multinasional yang beroperasi di 120 negara, menegaskan bahwa mereka tidak memiliki afiliasi politik di manapun dan tidak memiliki pabrik di Israel. Informasi ini disampaikan untuk merespons fatwa MUI yang menyatakan produk-produk yang mendukung Israel haram digunakan.

Langkah pertama dalam strategi manajemen isu adalah menyampaikan klarifikasi yang jelas dan transparan kepada konsumen. Dengan merinci fakta bahwa Danone tidak memiliki keterlibatan politik dan tidak beroperasi di Israel, perusahaan mencoba membersihkan diri dari asumsi yang salah dan mencegah penyebaran informasi hoaks. Transparansi dalam komunikasi adalah kunci untuk membangun kepercayaan konsumen, yang menjadi fondasi utama reputasi perusahaan.

Peran Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam mengeluarkan fatwa memainkan peran penting dalam membentuk persepsi masyarakat. Meskipun MUI membantah merilis daftar produk yang masuk dalam daftar boikot, perusahaan tetap merespons dengan serius. Dalam strategi manajemen isu, AQUA menyampaikan bahwa isu-isu yang menyebutkan bahwa AQUA masuk daftar boikot adalah hoaks. Hal ini ditegaskan oleh Corporate Communication Director, Arif Mujahidin. Menyikapi fatwa MUI dengan tegas dan memberikan klarifikasi bahwa produk mereka tidak masuk dalam daftar boikot, perusahaan berupaya menjaga citra positifnya di mata konsumen.

Sebagai bagian dari strategi manajemen isu, AQUA menekankan komitmennya terhadap Indonesia. Dengan memiliki 25 pabrik dan 13.000 karyawan di Indonesia, perusahaan berkontribusi secara signifikan terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Pernyataan bahwa Danone terus berkomitmen untuk mengembangkan investasinya di Indonesia menciptakan narasi bahwa perusahaan ini adalah mitra pembangunan yang penting bagi negara.

Dalam konteks ini, penting untuk mengaitkan strategi manajemen isu dengan pengelolaan keterlibatan seluruh organisasi, termasuk manajemen puncak, dalam mengelola reputasi perusahaan. Arif Mujahidin menegaskan bahwa Danone, sebagai entitas swasta, tidak memiliki afiliasi politik dan fokus pada misi meningkatkan kesehatan melalui makanan dan minuman. Hal ini menggambarkan bahwa manajemen puncak terlibat secara aktif dalam mengelola persepsi publik terhadap perusahaan, menjaga reputasi positif, dan mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Dalam keseluruhan strategi manajemen isu ini, penting untuk terus memonitor respons masyarakat dan melibatkan para pemangku kepentingan. Keberhasilan strategi ini dapat dilihat dari bagaimana perusahaan menjaga kepercayaan konsumen dan mempertahankan pangsa pasarnya, meskipun terkena dampak serius dari hoaks dan boikot yang tidak berdasar.

Kesimpulan dan Saran

Dalam menghadapi tantangan boikot yang dipicu oleh informasi hoaks dan fatwa MUI terkait dukungan terhadap Israel, AQUA berhasil menerapkan strategi manajemen isu yang efektif. Melalui klarifikasi transparan, perusahaan berhasil mengatasi tuduhan yang tidak berdasar terhadap afiliasi politik dan operasionalnya. Keterlibatan aktif manajemen puncak, terutama melalui peran Corporate Communication Director Arif Mujahidin, menjadi kunci dalam membangun kepercayaan dan menjaga reputasi perusahaan di mata konsumen.

Untuk memperkuat strategi manajemen isu di masa mendatang, AQUA perlu terus meningkatkan responsivitasnya terhadap dinamika media sosial dan opini publik. Penguatan komunikasi dengan para pemangku kepentingan, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI), dapat memperkuat posisi perusahaan dalam menghadapi isu-isu sensitif. Seiring dengan itu, upaya lebih lanjut untuk membangun kesadaran publik tentang kontribusi positif AQUA terhadap perekonomian Indonesia dapat menjadi langkah strategis dalam mengurangi potensi dampak negatif dari informasi hoaks dan boikot. Dengan demikian, AQUA dapat terus menjaga citra positifnya sebagai brand yang berkomitmen pada kesehatan masyarakat Indonesia dan sebagai mitra pembangunan yang berkontribusi secara berkelanjutan.

Daftar Pustaka

Malik, R. R., & Paksi, A. K. Upaya Perusahaan Danone Dalam Mempertahankan Citra Baiknya Kepada Masyarakat Indonesia Danone Company's Effort in Maintaining Their Good Image to Indonesian Society.

Kriyantono, R. (2021). Baest Practice Humas (Public Relations) Bisnis Dan Pemerintah: Manajemen Humas, Teknik Produksi Media Publisitas dan Public Relations Writing. Prenada Media.

Sidik, J. (2023, November 17). Mimbar Umum. Retrieved from Terkait Boikot Produk Israel, Manajemen AQUA Sampaikan Tiga Hal: https://mimbarumum.co.id/terkait-boikot-produk-israel-manajemen-aqua-sampaikan-tiga-hal/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun