Mohon tunggu...
Luthfi Pramudia 20107030026
Luthfi Pramudia 20107030026 Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN SUNAN KALIJAGA

Halo saya Luthfi Pramudia Iqbal

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sudut Banyumasan dan Perjalanannya!

18 Mei 2024   02:35 Diperbarui: 18 Mei 2024   02:44 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: mail.inibaru.com

Pada awal abad ke-19, wilayah Banyumas mulai dipengaruhi oleh kekuasaan kolonial Belanda. Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 yang membagi Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta membuka jalan bagi Belanda untuk memperluas pengaruhnya di Jawa, termasuk di Banyumas. Belanda membangun infrastruktur seperti jalan raya dan jalur kereta api untuk mendukung ekonomi kolonial, terutama dalam sektor perkebunan dan pertanian. Pembangunan ini membawa perubahan signifikan dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Banyumas.

Masa Pergerakan Nasional

Pada awal abad ke-20, Banyumas menjadi salah satu pusat pergerakan nasional Indonesia. Banyak tokoh-tokoh dari wilayah ini yang terlibat dalam perjuangan kemerdekaan, baik melalui organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo maupun melalui pendidikan dan pers. Perjuangan tokoh-tokoh ini mencerminkan semangat nasionalisme yang kuat di Banyumas.

Pasca Kemerdekaan dan Era Kontemporer

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Banyumas menjadi bagian dari provinsi Jawa Tengah. Pada masa ini, Banyumas mengalami perkembangan pesat dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan infrastruktur. Universitas Jenderal Soedirman, yang didirikan di Purwokerto pada tahun 1963, menjadi salah satu pusat pendidikan tinggi terkemuka di wilayah ini.

Saat ini, Banyumas dikenal dengan identitas budayanya yang kuat, termasuk penggunaan dialek Ngapak yang khas. Daerah ini kaya dengan seni tradisional seperti wayang kulit, kuda lumping, dan calung (alat musik tradisional dari bambu). Masakan khas dari daerah ini antara lain tempe mendoan, getuk goreng, soto Sokaraja, dan nopia, yang menggambarkan keanekaragaman kuliner yang diwarisi dari generasi ke generasi.

Wisata dan Pengembangan Ekonomi

Banyumas juga menjadi tujuan wisata yang menarik, dengan destinasi alam seperti Baturaden di kaki Gunung Slamet, Pantai Teluk Penyu di Cilacap, dan dataran tinggi Dieng di Banjarnegara. Pemerintah daerah bersama masyarakat terus mengembangkan potensi wisata ini untuk meningkatkan ekonomi lokal.

Dalam keseluruhan, perkembangan budaya dan sejarah di wilayah Banyumas menunjukkan betapa kaya dan beragamnya warisan yang dimiliki daerah ini. Dari zaman kuno hingga era modern, Banyumas telah memainkan peran penting dalam sejarah dan budaya Jawa Tengah dan Indonesia secara keseluruhan. Dengan tetap mempertahankan identitas budayanya yang kuat dan terus berkembang, Banyumas terus memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan bangsa.

Geografi dan Wilayah

Kabupaten Banyumas: Sering dianggap sebagai pusat budaya Banyumasan dengan Purwokerto sebagai ibu kota dan kota terbesar di wilayah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun