Mohon tunggu...
Luthfi Pramudia 20107030026
Luthfi Pramudia 20107030026 Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN SUNAN KALIJAGA

Halo saya Luthfi Pramudia Iqbal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelisik Dinding: Sejarah dan Evolusi Graffiti

11 Mei 2024   17:38 Diperbarui: 11 Mei 2024   18:47 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Graffiti, sebuah seni yang ditemukan di jalanan, telah menjadi salah satu bentuk ekspresi budaya paling kuat di dunia modern. Dari tulisan sederhana hingga mural yang kompleks, graffiti telah menjadi simbol perlawanan, identitas, dan kebebasan berekspresi. Untuk memahami betapa pentingnya graffiti dalam budaya kontemporer, kita harus melihat ke belakang dan menjelajahi sejarah serta evolusinya.

Awal Mula Graffiti

Graffiti, dalam bentuknya yang paling primitif, dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno. Di gua-gua prasejarah, manusia primitif meninggalkan jejak dalam bentuk gambar-gambar, tulisan, dan simbol-simbol yang bertujuan untuk berkomunikasi, merayakan, atau memperingatkan. Namun, pergeseran sejarah graffiti modern dimulai pada awal abad ke-20 di Amerika Serikat.

Zaman Klasik Graffiti: Tahun 1960-an dan 1970-an

Graffiti modern, sebagaimana kita kenal sekarang, mulai muncul di kota New York pada akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an. Pada saat itu, subkultur masyarakat perkotaan yang dipengaruhi oleh kebudayaan Afro-Amerika dan Latinx berkembang pesat di wilayah Bronx. Para pemuda yang terpinggirkan secara sosial menemukan jalur ekspresi melalui seni jalanan, khususnya graffiti.

Perjalanan Gerakan Hip-Hop

Gerakan hip-hop, yang lahir pada masa yang sama dengan graffiti, memainkan peran penting dalam mengembangkan dan menyebarluaskan seni ini. Pada awalnya, graffiti digunakan sebagai bentuk identitas dan perlawanan terhadap ketidakadilan sosial dan ekonomi yang dialami oleh komunitas-komunitas urban. Namun, seiring berjalannya waktu, graffiti juga menjadi bagian integral dari budaya hip-hop secara keseluruhan, bersama dengan rap, breakdancing, dan DJing.

Perubahan Persepsi: Dari Tindakan Melawan Hingga Seni Jalanan

Pada tahun 1980-an, pandangan terhadap graffiti mulai berubah. Meskipun masih dianggap tindakan kriminal dan vandalisme oleh banyak pihak, ada juga pengakuan atas nilai artistiknya. Karya-karya seni jalanan mulai dipandang sebagai bentuk seni yang sah, bahkan diakui oleh institusi-institusi seperti galeri seni dan museum. Ini memicu pertumbuhan gerakan seni jalanan yang semakin besar dan beragam.

Graffiti di Era Digital

Dengan munculnya teknologi digital, graffiti telah mengalami evolusi yang menarik. Meskipun masih ada yang memilih metode tradisional dengan cat semprot di dinding, ada juga yang beralih ke media digital. Kini, seniman graffiti dapat membuat karya-karya mereka di platform-platform seperti Instagram atau membuat seni digital menggunakan perangkat lunak khusus.

Penerimaan dan Kontroversi

Meskipun telah mendapatkan penerimaan yang lebih luas sebagai bentuk seni, kontroversi seputar graffiti masih ada. Banyak yang berdebat tentang batas antara ekspresi seni dan vandalisme. Beberapa kota melihat graffiti sebagai masalah keamanan dan kebersihan lingkungan, sementara yang lain memandangnya sebagai aset budaya yang berharga.

Jejak Graffiti di Indonesia: Perjalanan dan Perkembangannya

Graffiti di Indonesia telah menjadi bagian integral dari budaya seni jalanan negara ini. Dari tulisan-tulisan sederhana di dinding-dinding kota hingga mural-mural yang menghiasi bangunan tinggi, seni graffiti telah menjadi simbol ekspresi kreatif dan identitas budaya. Mari kita jelajahi perjalanan skena graffiti di Indonesia, dari awal mula hingga era kontemporer.

Awal Mula: Inspirasi Luar Negeri

Seperti banyak negara lain di dunia, awal mula graffiti di Indonesia dipengaruhi oleh gerakan seni jalanan di luar negeri, khususnya dari Amerika Serikat. Pada tahun 1980-an, melalui film-film Hollywood dan media massa lainnya, anak-anak muda Indonesia mulai terpapar dengan gaya dan teknik graffiti yang sedang populer di Amerika.

Perkembangan Awal: Kelompok-Kelompok Awal

Pada tahun 1990-an, gerakan graffiti mulai tumbuh di beberapa kota besar di Indonesia, terutama di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Kelompok-kelompok seniman jalanan mulai terbentuk, membentuk komunitas yang saling mendukung dan berbagi ide. Mereka tidak hanya mengekspresikan kreativitas mereka di dinding-dinding kota, tetapi juga menggunakan seni mereka sebagai bentuk protes dan perlawanan terhadap ketidakadilan sosial.

Identitas Lokal: Motif dan Simbol Tradisional

Salah satu hal yang membedakan skena graffiti di Indonesia adalah penggunaan motif dan simbol-simbol lokal. Banyak seniman graffiti Indonesia memasukkan unsur-unsur budaya tradisional seperti wayang, batik, atau gambar-gambar dari mitologi lokal ke dalam karya mereka. Hal ini tidak hanya menguatkan identitas lokal, tetapi juga memberikan dimensi budaya yang kaya pada seni jalanan Indonesia.

Masa Transisi: Dari Kriminalitas ke Seni Jalanan

Seperti di banyak negara lain, graffiti di Indonesia awalnya sering dianggap sebagai tindakan kriminal dan vandalisme. Namun, seiring berjalannya waktu, pandangan terhadap graffiti mulai berubah. Lebih banyak orang mulai mengakui nilai artistiknya dan melihatnya sebagai bagian dari budaya kota yang hidup.

Era Kontemporer: Perkembangan dan Kolaborasi

Di era kontemporer, skena graffiti di Indonesia terus berkembang dan beragam. Ada lebih banyak seniman muda yang bermunculan, membawa gagasan-gagasan baru dan teknik-teknik inovatif ke dalam seni jalanan. Kolaborasi antara seniman graffiti dengan seniman lainnya, termasuk muralis, pelukis, dan fotografer, semakin umum terjadi, menciptakan karya-karya yang lebih kompleks dan beragam.

Tantangan dan Peluang di Masa Depan

Meskipun telah mencapai prestasi yang signifikan, skena graffiti di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Masalah seperti regulasi pemerintah, perlindungan terhadap karya seni, dan penghargaan terhadap seniman sering kali menjadi isu yang dibahas. Namun, dengan semakin berkembangnya pemahaman dan apresiasi terhadap seni jalanan, ada pula peluang besar bagi seniman graffiti Indonesia untuk terus berkarya dan menginspirasi generasi berikutnya.

Kesimpulan

Graffiti di Indonesia tidak hanya sekadar seni jalanan; itu adalah cermin dari kekayaan budaya dan identitas bangsa ini. Dari awal mula yang terinspirasi oleh gerakan luar negeri hingga menjadi bagian integral dari budaya kota, perjalanan skena graffiti di Indonesia adalah cerita tentang kreativitas, perlawanan, dan identitas. Dengan terus berkembangnya skena ini, kita dapat mengharapkan lebih banyak lagi karya-karya yang menginspirasi dari para seniman graffiti Indonesia di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun