Mohon tunggu...
Paridul Azwar Hasibuan
Paridul Azwar Hasibuan Mohon Tunggu... profesional -

Pendidik.Senang bersahabat dan diskusi apa saja terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan.Tinggal di Rantauprapat, Sumatera Utara. e-mail : paridzhs_66@yahoo.co.id. Blog : http://smkikhwan@blogspot.com atau http://esemkathebest@blogspot.com. MOTTO : Thousand friends are less but one enemy is most

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melongok Keberadaan Sekolah Alam di Indonesia

26 Juni 2012   10:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:31 2442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_184772" align="alignleft" width="212" caption="source : http://www.google.co.id/Salman"][/caption]

Tahun pelajaran 2011/2012 sebentar lagi akan berakhir. Maknanya baik siswa maupun orang tuaharus mulai bersiap-siap untuk menyongsong tahun ajaran baru yang diprediksi akan dimulai pada bulan Juli yang akan datang.Untuk siswa yang naik tingkat atau kelas, tahun ajaran baru tentu tidak menimbulkan persoalan.Akan tetapi bagi anak-anak yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau mereka yang memasuki usia sekolah dasar,tahun ajaran baru harus disikapi dengan persiapan yang matang. Mulai dari perangkat pembelajaran seperti tas, seragam sekolah , buku-buku pelajaransampaikepada menentukan sekolah yang akan dituju, semuanya harus dipikirkan dengan serius dan sungguh-sungguh karena terkait langsung dengan besar kecilnya budget yang mesti dikeluarkan. .

Terkait dengan pilihan sekolah, khususnya bagi anak-anak di jenjang sekolah dasar, bisa dipastikan mayoritas orang tua akan menyekolahkan anaknya ke sekolah-sekolah regular seperti SDN atau MIN milik pemerintah yang ada di daerah masing-masing. Hal ini tentu tidak lepas dari perhitungan jarak dan cost yang rendah. Padahal sejak 10 tahun terakhir ada sekolah lain yang legalitasnya sudah diakui oleh pemerintah dan diapresiasipara pakar pendidikan sebagai sekolah alternative yang konsep dan kurikulumnya setara dengan sekolah dasar yang selama ini dikenal masyarakat. Sekolah dimaksud adalah Sekolah Alam.

Selain memiliki kesamaan kurikulum, sekolah alam juga melakukan proses belajar mengajarsebagaimana yang berlaku di sekolahumum setiap harinya. Hanya bedanya siswa di sekolah alam tidak belajar di dalam ruang kelas khusus sebagaimana sekolah regular,melainkan tempat belajarmereka dilakukan didalam saung-saung kecil di tengah alam serta tidak diwajibkan memakai seragam sekolah kecuali sepatu boot untuk keleluasaan bergerak.

Konsep pembelajaran seperti ini sengaja dihadirkankarena mengacu kepada filosofis sekolah alam itu sendiri yaitu Back to nature ( kembali ke alam). Dengan kata lain belajar di sekolah alamsiswa akan dikembalikan kepada fitrahnyabelajar sesuai kapasitas kemampuan (tanpa pemaksaan untuk mengunyah matapelajaran yang diwajibkan), dan kembali akrab dengan alam lingkungan. Dengan konsep ini, diharapkan siswa bisa lebih menghayati apa yang dipelajarinya, juga menjadikan pembelajaran lebih variatif dan tidak membosankan. Alam, kehidupan, dan lingkungan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, sehingga siswa siap menghadapi problem kehidupan riil.

Menurut Efriyani Djuwita,M.Si seorang psikolog Perkembangan Anak dan staf pengajar Fakultas Psikologi UI, Sekolah alam adalah salah satu bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama sebagai pembelajaran siswa didiknya. Proses pembelajaran di sekolah alam disandarkan kepada empat pilar yaitu : . Pengembangan akhlak yang baik (akhlaqul Karimah), Pengembangan logika dan daya cipta melalui percobaan (Expreriental Learning), Pengembangankepemimpinan dengan metode Outbond Training serta Pengembangan kemampuan berwirausaha (Entrepreneurship).

Pilar pertama pembentukan akhlak, diaktualisasikan dalam bentukkeseharian dimana guru menjadi role modelbagi anak didik dalam berperilaku, bertutur sapa, bukan hanya kepada anak didik namun juga kepada alam. Sedangkan pilar ke dua pengembangan logika dan daya cipta, diaplikasikan dalam bentuk Experientallearning dimana guru diposisikan bukan sebagai sumber informasi melainkan hanya sebagai mediator dan fasilitator. Metode ini sudah dilakukan di Sekolah Alam Ciganjur. Hasilnya, siswa menjadi termotivasi untuk berfikir kritis dan lebih peka terhadap persoalan yang dihadapi. Adapun pilar ke tiga mengembangkan jiwa kepemimpinan diwujudkan dalam bentuk kegiatan yang bersentuhan langsung dengan alam (outbond training) seperti : raffling, hiking, sampai kepada permainan yang sarat dengan nilai –nilai kehidupan seperti : kerjasama, tolong-menolong, musyawarah, kepemimpinan , berlaku adil, dan sebagainya. Serta pada pilar ke empat, pengembangan kewira usahaan. Siswa di sekolah alam akan di ajak ke sentra-sentra usaha untuk melihat secara langsung proses terjadinya sebuah produk. Selain daripada itu siswa jugadikenalkan kepada pelaku usaha, melakukan dialog dan tanya jawab, sehingga pengalaman belajar yang mereka dapatkan tidak sebatas teori melainkan langsung kepada nara sumber yang kredibel.

Ke empat pilar inilah yang menjadi acuan di sekolah-sekolah alamsebagai sebuah terobosan dari kebuntuan system pendidikan yang berjalan selama ini. Dengan tidak mengenyampingkan keberadaan sekolah regular yang ada, kehadiran sekolah alam semestinya bisa menjadi angin segar bagi kemajuan pendidikan di negara kita. Sehingga tidak berlebihanjikakita mengusulkanke depanpemerintah berkenan lebih mengakomodir keberadaan sekolah alam dengan cara mendirikan sekolah alam - sekolah alam negeri ( SAN ) minimal satu untuk setiap kabupaten/kota.

Cara ini dipandang efektifmengingat titik lemah dari sekolah alam yang sudah berdiri selama ini antara lain terletak pada status kepemilikannya yang dikelola pihak swasta/ yayasan. Karena penyandang dana hanya kelompok atau perorangan mau tidak mau pasti berimbas secara langsung kepada biaya sekolah yang “terbilang” tinggi. Akibatnya banyak orang tua yang berminat anaknya sekolah di sekolah alam jadi urung karena ketiadaan biaya.

Selain daripada itu kita melihat sampai sekarang konsentrasi sekolah alam hanya terpusat di kota-kota besar, belum tersebar secara merata ke seluruh penjuru tanah air. Hal ini boleh jadi disebabkanSDA maupun SDM pengeloa Sekolah alam itu sendiri. Karena diantara syarat- syarat utama untuk berdirinya sebuah sekolah alam adalah lahan yang terbilang luas, sebagai tempat belajar sekaligus praktek seperti Farming danout bond. Disamping itu juga belum tersedianya lembaga pelatihan yang khusus bagi para guru yang akan mengajar di sekolah alam menjadi penyebab langkanya tenaga edukatif yang pantas dan layak mengajar di sekolah-sekolah alam.

Atas dasar itulah kita sangat berharap ke depan intervensi pemerintah dalam mengembangkan sekolah alam ini bisa segera terealisasi. Setidaknya dengan ikut sertanya pemerintah dalam membangun sekolah alam berbagai kendala sebagaimana disebut di atas bisa diantisipasi dengan baik. Dan hal ini tentusangat membantu masyarakat yang sebenarnya sudah lama merindukanhadirnya sebuahpendidikan berkualitassekaligus berkarakter bagi anak-anak mereka. Semoga bisa didengar dan diperhatikan. (**)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun