Mohon tunggu...
Iksan Maulana
Iksan Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Laos di Tengah Pusaran Kerja Sama Belt Road Initiative (BRI) Tiongkok: Untung atau Buntung?

4 Juni 2023   12:30 Diperbarui: 4 Juni 2023   12:40 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah Laos umumnya menganggap proyek kereta api ini sebagai "River Steel" yang akan mengubah takdir geo-ekonomi Laos dan memperkuat relevansi politik Partai Revolusioner Rakyat Laos.

Bahkan Bank Dunia sangat optimis tentang proyek tersebut, dengan menyatakan bahwa proyek tersebut dapat memberi Laos hubungan darat dengan rantai pasokan global dan regional yang menguntungkan.

Walaupun begitu, tetap saja Laos perlu berinvestasi lebih banyak dalam merampingkan penyeberangan perbatasan dan membangun lebih banyak jalan serta fasilitas yang menghubungkan ke jalur tersebut untuk membantu pedagang lokal terhubung dengan jalur suplai. Selain itu, Laos perlu mengidentifikasi dan menerapkan peluang bisnis baru, dan mengaktifkan perusahaan lokal untuk mengambil keuntungan dari proyek tersebut.

Bagaimana Risiko yang harus Dihadapi Laos?

Kereta api buatan Tiongkok ini bukan saja menghubungkan kota Kunming di Tiongkok dan ibu kota Laos, namun juga melakukan perjalanan melalui Thailand, Malaysia, dan terus ke Singapura.

Namun, terlepas dari sikap optimis dan harapan akan manfaat yang didapatkan. Laos adalah negara tertutup dengan infrastruktur yang buruk. Terhitung dua pertiga penduduk Laos tinggal di pedesaan dan bergantung pada sektor pertanian dengan gaji bulanan sekitar Rp 1,6 juta. Sedangkan, tarif kereta api tersebut berkisar seharga $13,30 dengan rute dari Vientiane menuju ke kota perbatasan Boten, Tiongkok. 

Tentu saja hal ini menuai kontroversi dan telah banyak dikritik di media sosial karena terlalu mahal dan tidak sebanding dengan perekonomian masyarakat yang ada di Laos pada umumnya.Sehingga membuat banyak pengamat dan pakar ekonomi khawatir akan kelangsungan hidup proyek dalam jangka panjang tersebut dan juga masyarakat sekitar.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Laos berisiko jatuh ke dalam lingkaran utang yang ganas, terkait erat dengan pinjaman infrastruktur dari lembaga keuangan Tiongkok. Ada kekhawatiran bahwa proyek kereta api yang dijalankan tersebut dapat mengarah pada "perangkap utang" karena proyeknya bernilai sekitar satu - sepertiga dari PDB negara Laos, disisi lain Tiongkok mendanai sampai 70 persen dari total biaya. 

Akibatnya, Laos telah mengeluarkan sekitar US$1,5 miliar utang luar negeri ke Tiongkok. Ini adalah jumlah yang cukup besar untuk sebuah negara kecil yang terkurung daratan dengan PDB nominal sekitar US$20 miliar dan cadangan devisa resmi sekitar US$1,1 miliar.

Sehingga Laos perlu berhati -- hati terhadap hal tersebut, jika Laos dapat memanfaatkan proyek tersebut dengan baik maka tentunya akan sangat membantu dalam memberikan keuntungan terhadap perekonomian negara Laos, namun akan berdampak sebalik nya jika proyek tersebut tidak dilakukan secara baik dan maksimal, yang tentunya berdampak pada kerugian negara Laos itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun