Belakangan ini, isu kesehatan mental sangat marak disuarakan, terutama di kalangan Gen-Z. Di tengah maraknya isu kesehatan mental, disinilah peran para dokter dibutuhkan dengan kuat untuk menangani masalah ini.
Dokter memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat, baik secara jasmani maupun rohani. Selain itu, dokter juga dituntut untuk mengobati dan memberi edukasi pada masyarakat untuk melakukan langkah preventif maupun langkah pengobatan setelah melakukan medical check-up. Ditambah lagi dengan hambatan bahwa kesehatan mental di Indonesia masih dianggap tabu karena stigma masyarakat. Banyak orang yang menganggap masalah kesehatan mental sebagai sesuatu yang memalukan dan tidak layak untuk dibicarakan sehingga menyebabkan banyak penderita kesehatan mental enggan mencari bantuan medis.
Yang kedua adalah karena kurangnya akses terhadap perawatan maupun pencegahan dan pengobatan bagi penyintas. Mungkin bagi generasi muda, kesehatan mental bukan lah hal yang tabu, namun, bagi kalangan yang sudah tua biasanya akan menganggap kesehatan mental adalah hal yang memalukan dan bahkan hanyalah ilusi semata. Yang ketiga adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam menangani masalah kesehatan mental yang menyebabkan penderita tidak bisa mendapatkan perawatan secara efektif.
Dokter memainkan peran penting dalam menangani krisis kesehatan mental karena memiliki pengalaman dan keterampilan yang dibutuhkan untuk merawat juga mendiagnosis penderita kesehatan mental. Contohnya adalah dokter mampu memberikan evaluasi secara menyeluruh pada pasien dan memberikan perawatan yang sesuai dan juga memberikan terapi psikologis sekaligus dukungan emosional pada pasien. Dokter juga harus memberikan edukasi dan membantu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat melalui kerjasama dengan organisasi pemerintah ataupun non pemerintahan, mengadakan seminar maupun lokakarya. Selain intervensi secara langsung kepada masyarakat, dokter juga bisa melakukan penelitian riset dan pengembangan yang nantinya hasil riset tersebut dapat digunakan untuk merawat pasien dengan lebih efektif.
Contoh lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam menangani krisis kesehatan mental adalah dengan mengintegrasikan kesehatan mental dalam layanan primer, sehingga masyarat diharapan dapat mengetahui gejala awal, melakukan check-up secara rutin. Lalu dengan memahami dan mengatasi hambatan sosial, karena banyak pasien menghadapi hambatan sosial seperti stigma, ketidakmampuan finansial, atau kurangnya dukungan komunitas. Dengan mengidentifikasi dan mengatasi determinan sosial kesehatan ini, dokter dapat memberikan pendekatan yang lebih holistik, termasuk menghubungkan pasien dengan layanan dukungan sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H