Mohon tunggu...
Siti Nurhayati
Siti Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Kuala Mandor B

Mewujudkan Akses Pendidikan yang Merata dan Berkeadilan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mewujudkan Akses Pendidikan yang Merata dan Berkeadilan

19 April 2017   05:37 Diperbarui: 30 Januari 2023   06:19 6592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan adalah upaya memuliakan manusia muda menjadi manusia dewasa. Keberhasilan pembangunan negara salah satu tolak ukurnya adalah keberhasilan pendidikan. Melalui pendidikan akan melahirkan generasi-generasi yang cerdas, trampil yang siap menentukan arah pembangunan bangsa ini. Hal ini bisa kita lihat mayoritas negara-negara yang sudah maju kualitas pendidikannya sangat baik, dari segi fasilitas, proses pembelajaran, kurikulum, dan output peserta didiknya.

Dunia pendidikan dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Hal itu dapat kita lihat dari perubahan kurikulum, regulasi, pendekatan proses pembelajaran, dan sarana penunjang pendidikan. Semua itu dilakukan pemerintah sebagai upaya untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia dalam menjawab tantangan di masa depan. Pendidikan adalah kunci sukses kemajuan suatu bangsa oleh karena itu agar negara kita tidak ketinggalan dengan bangsa-bsngsa lain di dunia maka pendidikan kita harus bisa menyesuaikan dengan dinamika perkembangan zaman.

Namun untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan tentu tidaklah mudah, karena fakta di lapangan masih menunjukkan beberapa persoalan pendidikan yaitu: kondisi geografi Indonesia, rendahnya kesadaran pendidikan di daerah terbelakang, persebaran tenaga mengajar yang tidak merata.

Bentuk wilayah Indonesia yang berupa kepulauan di satu sisi merupakan anugrah tetapi di sisi lain merupakan hambatan. Di wilayah perkotaan sekolah-sekolah memiliki fasilitas dan akses pendidikan yang memadai sementara di pedalaman atau daerah terpencil akses pendidikan memprihatinkan. Mulai dari gedung sekolah yang memprihatinkan, kondisi jalan yang sulit dilalui, tidak adanya aliran listrik maupun jaringan telekomunikasi. Kondisi ini akan sangat terasa manakala datang musim penghujan. Atap sekolah yang bocor, akses jalan menuju sekolah yang berlumpur, dan derasnya arus sungai membuat para siswa dan guru harus bertaruh nyawa demi menuju ke lokasi sekolahan.

            Tenaga pengajarpun masih kurang, terkadang guru harus menggabung beberapa kelas menjadi satu kelas agar semua siswa mendapat pelajaran. Apalagi jika guru berhalangan hadir tak jarang tenaga pengajarpun digantikan oleh anggota tentara yang kebetulan berdinas di daerah perbatasan seperti di daerah Kalimantan, Papua, dan pulau-pulau terluar lainnya. Jika tidak ada guru siswapun bermain sambil menghabiskan waktu hingga akhir pelajaran. Melihat kondisi seperti ini anak-anak dapat bersekolah saja sudah lebih dari harapan mengingat mereka lahir dan hidup di tengah-tengah keterbatasan alam dan terisolasi oleh akses informasi dan komunikasi.

Bertolak dari beberapa permasalahan tersebut pemerintah sebenarnya sudah berupaya untuk menangani permasalahan pendidikan, Namun permasalahan pendidikan tidak akan pernah selesai karena permasalahan pendidikan adalah ibarat persoalan hidup yang akan terus mengiringi sepanjang kehidupan manusia. Permasalahan pendidikan bukan untuk dijadikan kambing hitam malah sebaliknya permasalahan pendidikan harus kita jawab bersama secara sinergis antara pemerintah, masyarakat, dan seluruh komponen bangsa demi mewujudkan akses pendidikan yang merata, dan berkeadilan. Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah antara lain :

Memberikan bantuan operasional sekolah (BOS). Tentu program bantuan ini sangat membantu masyarakat ekonomi bawah. Jaman Orde Baru yang bisa bersekolah hanya masyarakat yang mampu. Sekolahpun harus membayar tiap bulan, oleh karena itu adanya program bantuan operasional sekolah (BOS) siapa saja bisa bersekolah apakah dari golongan masyarakat bawah, menengah, maupun atas memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan yang sama. 

Masyarakat tidak perlu pusing-pusing memikirkan biaya pendidikan anaknya karena semua keperluan pendidikan sudah dianggarkan dalam BOS. Tujuan pemerintah jelas ingin memberikan akses pendidikan yang sama dan berkeadilan dan melindungi masa depan anak-anak yang cerdas tetapi terkendala persoalan biaya.

Membangun sekolah-sekolah baru di daerah pedalaman atau terpencil. Pemerintah mencoba meniadakan batas pendidikan di daerah maju dengan daerah tertinggal. Jika kita lihat sekolah-sekolah sekarang ini telah banyak kita jumpai, sekalipun di daerah pedalaman atau terpencil mulai dari tingkat sekolah dasar SD, SMP, hingga SMA/SMK. 

Paradigma telah berubah, jika dulu siswa yang mendatangi sekolah-sekolah di perkotaan tapi sekarang sekolah-sekolah telah dibangun di desa-desa dekat dengan tempat tinggal mereka. Namun demikian tidak semua masyarakat antusias menyekolahkan anaknya. Mereka lebih memilih kehidupan tradisinya ketimbang menyekolahkan anaknya. Alasan tidak ada biaya dan bingung setelah tamat sekolah mau kerja apa masih menjadi momok bagi mereka. Umumnya masyarakat seperti ini banyak terdapat di daerah pedalaman atau terpencil yang belum mengerti hakekat pentingnya pendidikan bagi masa depan anak.

Mengangkat guru untuk di tempatkan di daerah garis depan atau pulau-pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan, guru banyak menumpuk di daerah-daerah perkotaan sedangkan daerah perbatasan dan pedalaman masih kekurangan guru. Oleh karena itu tahun ini kemendikbud berencana mengangkat 6.300 CPNS untuk ditempatkan di daerah tertinggal atau perbatasan. 

Pendidikan masyarakat di daerah perbatasan perlu diperhatikan karena selama ini pendidikan masyarakat daerah perbatasan atau daerah tertinggal kurang mendapat prioritas. Keengganan para pejabat pemerintah dan sulitnya akses menuju lokasi daerah perbatasan menjadi alasan utama masyarakat perbatasan kurang mendapat perhatian pendidikan. Ditambah lagi kecenderungan guru yang tidak tahan melaksanakan tugas di daerah pedalaman sehingga banyak sekolah yang kosong akibat kekurangan guru. Untuk mengatasi tidak meratanya persebaran guru, maka pemerintah sekarang ini lebih memfokuskan pada pengangkatan guru untuk ditempatkan di daerah perbatasan atau daerah tertinggal.

Membangun jaringan listrik di daerah-daerah tertinggal. Listrik merupakan sarana vital yang tidak dapat kita lepaskan dari kebutuhan sehari-hari. Untuk penerangan, menonton TV, menghidupkan komputer/printer dan peralatan elektronik lainnya. Tanpa jaringan listrik maka daerah akan semakin terisolir dan terbelakang. Sumber energi listrik bisa diperoleh dari air, diesel, panas bumi, mapun tenaga surya. Tentu saja harus mempertimbangkan kondisi daerahnya masing-masing. 

Dunia pendidikan jaman sekarang tidak terpisahkan oleh listrik, oleh karena itu untuk mengubah daerah tertinggal menjadi daerah yang maju listrik mutlak harus tersedia. Pemerintah harus cepat membuat trobosan membangun proyek-proyek listrik daerah tertinggal sehingga dengan adanya program listrik masuk desa akan memicu pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang bisa mengangkat derajat daerah tertinggal menjadi daerah yang maju.

Membangun dan menyediakan akses internet untuk daerah tertinggal. Internet di jaman sekarang ini merupakan sebuah kebutuhan penting untuk : mencari informasi, media sosial, berbisnis, pendidikan, dan lain sebagainya. Jaringan internet belum tersedia secara merata di Indonesia terutama belum menjangkau wilayah-wilayah pedalaman atau terpencil. Jaringan internet baru sebatas di kota-kota besar. Padahal arus informasi global sekarang ini yang paling gencar dan cepat lewat internet, bisa dibayangkan jika sekolah belum memiliki akses internet maka akan tertinggal dengan sekolah-sekolah unggulan yang kesemuanya menggunakan basis digital dan elektronik. Tak bisa dipungkiri bahwa masuknya jaringan internet memegang peranan penting dalam mengubah dunia pendidikan. 

Perubahan besar dunia pendidikan terlihat di era digital sekarang ini, maka jika ingin dunia pendidikan kita maju harus beralih dari era pendidikan konvensional menjadi era pendidikan digital. Sebuah harga yang tidak murah karena alat digital seperti komputer, printer, infokus, modem, dan peralatan elektronik lainnya harganya lumayan mahal sehingga hanya sekolah-sekolah tertentu yang mampu mengadakannya. Oleh karena itu supaya akses pendidikan dapat dirasakan secara merata dan berkeadilan ke depan pemerintah harus memikirkan ini sehingga tidak ada lagi muncul istilah sekolah maju dan sekolah tertinggal.

Memperbanyak titik jaringan telekomunikasi.Terutama daerah-daerah pedalaman yang yang memiliki kontur pegunungan. Kondisi geografi pegunungan akan menghambat penyebaran sinyal telekomunikasi, sehingga praktis daerah yang terhalang pegunungan apalagi terletak di lembah pegunungan akan sulit melakukan komunikasi lewat handphone, padahal komunikasi merupakan hal yang sangat penting untuk berbagi informasi secara cepat. Bisa dibayangkan jika kita tidak bisa berkomunikasi dengan pihak lain, maka kita seperti berada di tempat yang sepi dan terasing. 

Lain halnya walaupun kita berada di daerah terpencil dan jauh di pedalaman asalkan kita dapat berkomunikasi kita tidak merasa jauh, tertinggal, dan terasing, karena tidak ada batas antara kota dengan desa, tidak ada batas antara daerah maju dengan daerah tertinggal, semua dapat mengakses informasi dan berkomunikasi di manapun kita berada. Jika seluruh daerah di Indonesia terjangkau oleh informasi dan komunikasi maka untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, merata, dan berkeadilan Insya Allah akan mudah terwujud.

Membentuk relawan atau tenaga pendamping pendidikan untuk daerah tertinggal.Melalui program kerja sama dengan perguruan tinggi untuk menghimpun sarjana-sarjana pendidikan yang siap mengabdikan diri untuk kepentingan bangsa dan negara. Mereka bisa diberdayakan sebagai ujung tombak untuk membuka daerah-daerah terisolir di Indonesia sehingga pada akhirnya daerah-daerah yang tadinya tertutup dan tertinggal secara perlahan dapat berhubungan dengan dunia luar. 

Prinsipnya seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN) tapi lebih dipertajam khusus untuk menjangkau daerah-daerah tertinggal dan terbelakang. Pemerintah dapat mempertimbangkan langkah ini, tentunya keperluan hidup sehari-hari para relawan juga harus diperhatikan. Jika program ini berhasil dilaksanakan, kualitas pendidikan akan merata di Indonesia sehingga anak-anak meskipun berada jauh terpencil di pedalaman tetap merasakan nikmatnya arti sebuah pendidikan.

Itulah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mewujudkan akses pendidikan yang merata dan berkeadilan. Sehingga akses pendidikan tidak hanya dinikmati oleh sekolah-sekolah unggulan yang berada di kota saja akan tetapi sekolah yang berada di daerah terpencil dan di pedalaman tetap dapat menikmati majunya perkembangan pendidikan. Tentu kita merasa prihatin di jaman modern sekarang ini ada satu sekolah yang memiliki komputer berlebih sementara di sisi lain ada sekolah yang kekurangan komputer. 

Ada sekolah yang bisa menikmati akses internet sementara ada sekolah yang tidak bisa menikmati internet. Realitanya bisa kita lihat pada saat ujian tahun ini ada sekolah yang ujian berbasis komputer (UNBK) ada pula sekolah yang masih ujian berbasis kertas dan pensil (UNKP). Di sini terasa bahwa akses pendidikan belum sepenuhnya merata di negeri ini.

 Pemerintahpun sudah berupaya semaksimal mungkin bahkan mengalokasikan 20% APBN untuk pendidikan. Pemberian dana bantuan operasional sekolah (BOS), Pembangunan sarana-prasarana sekololah, pemberian beasiswa bagi siswa dan guru, mewujudkan Indonesia bebas internet juga telah dilakukan, namun ternyata itu semua belum menjawab pendidikan yang merata dan berkeadilan. Kita tahu pendidikan adalah aset bangsa untuk masa depan yang hasilnya tidak bisa dinikmati secepat kilat. Semua memerlukan proses dan penyesuaian, bagi Indonesia yang memiliki persoalan yang komplek mulai dari kultur, historis, keberagaman, dan kondisi wilayah yang tersebar dalam kepulauan membuat lamban mewujudkan akses pendidikan yang merata dan berkeadilan. 

Akan tetapi meskipun akses pendidikan belum merata sepenuhnya nilai-nilai semangat untuk maju inilah modal bangsa indonesia untuk menggapai mimpi di masa yang akan datang. Kita patut bangga di tengah-tengah keterbatasan tidak menyurutkan anak-anak kita untuk bersekolah. Jalan yang berlumpur, arus sungai yang deras, gedung sekolah yang hampir runtuh, lantai sekolah berupa tanah, atap yang bocor, bahkan mereka tidak mengenal apa itu komputer dan internet, tapi anak-anak saudara kita yang jauh di pedalaman dengan kehidupan apa adanya mereka tetap semangat dan tersenyum manis menyambut hari-hari mereka untuk belajar ke sekolah.

Sebuah rekomendasi perlu kita berikan pada pemerintah, agar pemerintah tetap fokus dan gigih mengutamakan aspek pendidikan demi kepentingan bangsa di masa yang akan datang. Program pemerintah dibidang pendidikan semestinya berjalan terus tidak berhenti di tengah jalan sehingga membuat ketimpangan dalam mengakses pendidikan yang merata dan berkeadilan. 

Sudah saatnya pemerintah merubah haluan di bidang pendidikan yang selama ini akses pendidikan lebih banyak terfokus pada daerah-daerah di perkotaan difokuskan pada pembangunan pendidikan untuk daerah tertinggal dan daerah perbatasan. Lebih digencarkan lagi pembangunan di daerah tertinggal terutama pembangunan akses jalan, gedung sekolah, sarana-prasarana sekolah, listrik, internet, dan jaringan telekomunikasi. Jika hal itu terus digalakkan maka tidak ada lagi sekolah yang tidak bisa mengakses internet, tidak ada lagi sekolah yang ujian  berbasis kertas, tidak ada lagi sekolah yang atapnya bocor, dinding rapuh, ataupun sekolah tanpa penerangan listrik.

Kesungguhan diperlukan oleh semua pihak, baik dari pemerintah, masyarakat, maupun dari pihak-pihak lain harus andil dalam mewujudkan akses pendidikan yang merata dan berkeadilan. Pemerintah daerah harus kreatif dalam membuat terobosan dan mengetahui permasalahan yang ada di daerahnya masing-masing. 

Karena fakta di lapangan kebanyakan pemerintah daerah begitu sulit mencari terobosan untuk membangun akses pendidikan di daerahnya terutama terkendala dana. Sehingga sering kita dengar dipemberitaan sekolah yang mau runtuhpun  belum juga segera diatasi. Akses jalan yang sulit, tidak ada listrik maupun internet, sinyal selulerpun untuk komunikasi tidak stabil. Jika sudah seperti itu maka sulit pemerataan akses pendidikan akan terwujud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun