[images: www.123rf.com/stock-photo/cartoon_car.html ]
Sebuah kendaraan telah menjadi kebutuhan yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Baik sejak awal penciptaannya yang masih teramat sederhana hingga di abad modern ini dimana kendaraan begitu berlimpah dengan ragam, jenis, dan harga bersaing yang ditawarkan para produsennya. Tuntutan akan kenyamanan, kecepatan, gaya hidup dan salah satu fungsi dominan bagi masyarakat Indonesia yang menganut paham kekeluargaan, menjadikan mobil sebagai kendaraan pribadi yang mutlak dipilih. Tak ada seorang manusia pun yang tidak menginginkan sebuah mobil! Dari golongan kelas manapun, dan apapun alasannya, orang pasti mendambakan mobil! Bahkan mereka yang beruntung dengan kelebihan hartanya, terkadang masih tak puas dengan hanya mengandangkan satu jenis mobil saja di garasinya.
Tak dapat disangkal, setiap orang pasti ingin memiliki kendaraan. Untuk masa sekarang ini, alasan yang paling sering dipakai adalah demi tujuan menunjang aktifitas kesehariannya. Peduli apa dengan jalanan semakin macet dan bahan bakar bensin yang semakin menipis dalam kandungan bumi. Ketika dua masalah itu disinggung, orang lantas berkilah: Jalanan macet adalah urusan pemerintah, buat apa rakyat membayar pajak kalau bukan untuk menggaji mereka untuk memikirkan solusi bagaimana mengatasi kemacetan itu. Perkara bahan bakar bensin menipis, itu juga urusan para ilmuwan untuk mencari bahan bakar alternatif yang dapat menggantikan bensin. Baiklah, ungkapan itu memang ada benarnya juga. Dan tak seorang pun yang dapat menghalangi keinginan yang menjadi hak setiap orang untuk berkendaraan; keinginan dan hak yang sama denganku!
Sejak pertama kali melihat iklannya di televisi, hatiku langsung berdebar melihat Evalia. Mimpi yang selama ini terkubur, mendadak bangkit seperti orang mati suri yang mendapatkan kembali ruh kehidupannya. Impianku bukanlah sembarang impian; ini mimpi yang sangat beralasan dan masuk akal; mimpi yang selaras dengan slogan ‘jutaan fun moment’ yang ditawarkan Evalia.
Yang pertama, sudah barang tentu, adalah membawa kedua orang-tuaku berkeliling ke tempat-tempat yang sangat mereka sukai, tak lain adalah berkunjung ke rumah para kerabatnya. Apalagi ibu yang berasal dari keluarga besar, beliau adalah putri ke delapan dari sembilan bersaudara. Bagi kedua orang tuaku, tak ada tempat yang ingin mereka berdua kunjungi selain beranjang-sana ke rumah saudara; ajang silaturahmi yang memanjangkan umur dan mendatangkan kelimpahan barakah. Selama ini mimpi itu masih sebatas mimpi, belum menjadi kenyataan, sebab kendaraan idaman masih dalam angan-angan. Angkutan umum belum memenuhi standar kenyamanan, jadi kalau tidak dalam momen besar seperti lebaran, dimana adik dan kakak-kakaknya yang datang berkunjung, maka praktis orang-tuaku tak pernah berkesempatan menemui sanak-saudaranya.
Yang kedua, aku ingin sekali mengajak jalan-jalan Budeku yang sudah tiga tahun ini hanya berdiam di kamarnya saja, tak bergeser sedikitpun dari tempat tidurnya, karena kelumpuhan paska jatuh dari kamar mandi. Mengapa aku? Sebab selama ini tak satupun putra-putrinya yang sempat mengajak beliau keluar rumah dikarenakan kesibukkan masing-masing. Aku sangat yakin, ada satu tempat yang sangat ingin beliau kunjungi, sebelum Tuhan berkenan memanggilnya, mengingat kondisinya yang sudah tidak memungkinkan untuk disembuhkan secara akal manusia.
Yang ketiga, inilah waktuku pergi membawa keluarga, anak dan suamiku, berkunjung ke sanak keluarga dari pihak ayah yang tidak pernah kukunjungi sebab tempat tinggal mereka yang jauh di pelosok desa. Pernah dengar nama desa: Kesesi dan Junegoro (asal kata Ujung Negoro)? Sekarang, dua nama itu mungkin akan dapat dengan mudah di’klik’ dalam mesin pencari Google. Namun di masa kecilku, dua nama itu seolah tak terpetakan. Desa kluthuk, demikian orangpun menyebutnya kala itu untuk meruntut pada letak geografisnya yang sangat sulit dicapai. Di sanalah tempatnya para kerabat ayah yang tidak banyak jumlahnya itu tinggal. Mereka adalah orang-orang sederhana yang selama hidupnya tak pernah keluar dari desanya. Kecuali dua anak lelaki yang telah bekerja di Jakarta sebagai buruh harian. Kelak bersama Evalia, aku akan mengangkut sebanyak-banyaknya kerabat di sana dan mengajaknya pergi berkeliling Comal, kota terdekat dengan desa Kesesi. Tidak, sedikitpun aku tidak meragukan kemampuan Evalia, namun bila mengingat kondisi para sesepuh-pinisepuh yang sudah tidak dalam kondisi yang memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh, rasanya mustahil membawa mereka ke Pekalongan, atau bahkan kota metropolitan Jakarta. Ditambah dengan kondisi jalanan yang super parah! tidak semulus jalan-jalan protokol di Jakarta, belum lagi dengan biaya akomodasinya yang pasti akan sangat besar sekali. Hihi…, tak akan cukup tabunganku. Walaupun hanya sebentuk perjalanan singkat, namun sudah terbayang rona bahagia di wajah para kerabat yang berkesempatan menaiki Evalia lengkap dengan segala fasilitas kenyamanan yang ditawarkannya.
Kabin yang lega seperti tergambar dalam fitur Evalia, pasti muat untuk mengangkut para kerabat. Berbagai fitur yang bertekhnologi modern yang dimiliki Evalia, pasti akan sangat mengesankan mereka, terbayang decak dan suara yang akan keluar dari bibir mereka: wah, wih, wooh, subhanalllah, masya allah, dengan mulut melongo dan mata membelalak. Dan buatku pribadi, perasaan bersalah karena telah menambah polusi udara, sedikit terkurangi, karena Evalia konon irit bahan bakar, selain pengeluaran yang juga dapat ditekan.
Sejak melihat Evalia, semangatku menabung semakin bertambah, dan tekadku pun kian menguat untuk dapat memiliki Nissan Evalia. Apalagi aku juga sudah lama jatuh hati dengan Nissan, sejak pertama kali melihat performa mobil bentukkannya yang bernama Serena. Dan semakin terpikat ketika Evalia mulai diluncurkan, tentunya hal itu didukung oleh janji-janji iklannya yang semakin menegaskan mimpi.
Silver metallic atau grey metallic sudah pasti menjadi pilihanku bila kelak dapat memiliki Evalia. Motivasiku pun lancap terpicu, sebab seorang kakak iparku yang kebetulan nama panggilannya: Eva, dari nama lengkap Eva Sari Fatimah, kerap menantang untuk berlomba memiliki Evalia. Pernah suatu hari, dengan nada menggoda, Kak Eva berkata, “Hayoo, siapa nih yang duluan dapet Evalia? Kayanya nih Kak Eva deh yang duluan dapet, sebab sudah berjodoh dengan nama yang sama, hehe…”
Tak masalah siapa dulu yang berhasil meraih si elegana Evalia, yang terpenting dapat memilikinya dan mewujudkan mimpi–mimpi itu bersamamu, Evalia! Banyak hal besar berawal dari sekedar mimpi. Bahkan terbang ke bulan pun awalnya hanyalah sebuah mimpi. Jadi, sah-sah saja kan, bila mimpiku terbesar saat ini adalah memiliki Evalia untuk kelak dapat menggayuh momen-momen yang ceria, dan banyak mendatangkan kemashlahatan saat bersamanya. Lagipula, mimpi ini masih wajar dan lumrah, sebab bukan Nissan Micra C+C warna pink seperti pernah dikemudikan Richard Hammond dan jelas-jelas tidak diterjunkan ke dalam pasar Indonesia, tapi Nissan Evalia yang kudamba. Menjadi semakin sah, bila mimpi itu mulai dirintis dengan usaha konkrit seperti menambah jumlah tabungan per bulan. Hap! Hap! Ayo, ayo, cepat menggununglah tabunganku! Dan tentunya doa yang tak henti dipanjatkan. Mumpung lagi Ramadhan, bulan yang penuh dengan hikmah dan ampunan serta barakah yang berlimpah-ruah… Semoga Tuhan mengijinkan!
Waif for me Evalia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H