Mohon tunggu...
Ali Soegiharto
Ali Soegiharto Mohon Tunggu... Insinyur - Menjelang Senja

warga bangsa Indonesia, bukan orang penting, lahir di DCI Jakarta, lewat setengah abad yang lalu, puluhan tahun hilir mudik di Jabodetabek, sedang cemas menanti waktu, kapan semua ini berakhir.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Melamar Pekerjaan

18 Agustus 2016   14:58 Diperbarui: 18 Agustus 2016   15:22 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

peduli/pe·du·li/ v mengindahkan; memperhatikan; menghiraukan: mereka asyik memperkaya diri, mereka tidak -- orang lain yang menderita; (http://kbbi.web.id/peduli)

Bekerja, bukan sekedar aspek ekonomi. Memiliki pekerjaan atau tidak memilikinya berkaitan juga dengan jati-diri seseorang. Karena itu, di era ekonomi korporasi seperti ini, bekerja menjadi suatu aspek penting bagi manusia. Karena itu untuk sekedar berbagi, bagi para kandidat tenaga kerja Indonesia, baik yang baru di lapangan pekerjaan maupun yang sudah mulai berpengalaman.

Ketahuilah bahwa di luar sana ada sebuah pasar yang namanya pasar tenaga kerja, atau bursa tenaga kerja. Karena itu, segala hukum yang berlaku di pasar, juga berlaku di pasar tenaga kerja. Persaingan terjadi. Tetapi, saya tidak ingat apakah ketika di bangku sekolah kita diajari bagaimana cara melamar kerja yang efektif? Maksud efektif, yaitu yang berkemungkinan besar untuk berhasil. 

Kunci keberhasilan memperoleh pekerjaan, menurut saya adalah KEPEDULIAN. Karena itu, cobalah perhatikan beberapa hal di bawah ini - semoga bermanfaat.

0. PEDULI untuk meneliti siapakah sang pencari tenaga-kerja.

Sekarang jaman internet dan pon-pin/smart-phones. Pencari tenaga kerja yang kredibel dewasa ini lebih ingin menunjukkan dirinya sebagai sebuah "daya-tarik." Teliti dulu siapakah sang pencari kerja. Sehingga kita bisa memahami apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh sang pencari kerja, kemudian "merancang" konsep surat lamaran dan CV/Bio-data/Riwayat Hidup kita supaya berbagai aspek yang relevan dapat kita tonjolkan.

Jangan mentang-mentang sudah lama menganggur atau butuh penghasilan maka kita menerapkan strategi memperbesar probabilitas - "Pokoknya lamar aja - gimana nanti." Pilih dengan seksama, karena anda tidak akan berkembang bilamana bidang pekerjaan anda bukan sesuatu yang anda memiliki passion di dalamnya.

Juga teliti, lokasi dari perusahaan pencari kerja. Yang jelas, bekerja di tempat yang relatif dekat dengan tempat tinggal lebih enak dari berbagai segi.

1. PEDULI untuk Membaca atau Meneliti dengan Seksama Informasi Lowongan Kerja. 

Masih berhubungan dengan nomor 0.  Lebih banyak lamaran yang merupakan eksperimen unda-undi nasib. Entah apa motivasinya, banyak pelamar yang kualifikasinya jauh dari yang diminta. Tidak usah membuang waktu. Jangan percaya seratus persen dengan nasehat "Coba aja lamar, gimana nanti / sapa tauk."

Banyak lamaran yang saya terima mengindikasikan bahwa sang pelamar telah menyiapkan sebuah template baku surat lamaran dan curriculum vitae atau rincian riwayat hidup atau bio-data. Hal ini tidak menjadi masalah ketika sang perusahaan memang menyiapkan template tersebut - meskipun yang ini saya belum lihat. Tetapi bagi perekrut, aspek ini bisa menyebabkan berkas sang pelamar langsung masuk ke "kotak." karena dipersepsi oleh perekrut bahwa sang pelamar tidak peduli untuk memahami kebutuhan sang pencari kerja. Pahami informasi lowongan yang kita minati dan coba untuk peduli dengan menonjolkan kualifikasi kita yang memang sesuai dengan harapan sang perekrut. 

Ketika sebuah iklan lowongan meminta kita untuk mengirimkan surat lamaran dan BioData, artinya mereka ingin mengetahui siapa kita. Tulislah surat lamaran dengan tulus dan penuh peduli dengan memilih kata-kata yang baik dan tepat, demikian juga dengan CV/BioData - sekali lagi tonjolkan hal-hal yang memang relevan dengan permintaan sang pencari kerja. Perhatikan soal salah ketik atau salah tulis!

Kalau mereka sang pencari kerja mencantumkan kualifikasi berbahasa asing, ada baiknya lamaran kita dalam bahasa asing tersebut. Hal ini akan membantu menunjukkan tingkat penguasaan kita dalam hal kemampuan baca-tulis dalam bahasa asing. 

2. PEDULI dengan pencitraan diri di media sosial.

Sebagaimana di nomor 0, sang pencari kerja juga bisa mencari tahu tentang diri kita dari media sosial. Ketika kita sedang mencari kerja, maka Make sure bahwa citra diri kita di med-sos adalah sesuatu yang relevan dan positif. Apalagi untuk posisi-posisi menengah dan yang membutuhkan soft-skill sosial. Bagaimanapun ada baiknya, make sure kita eksis juga di dunia maya.

Problemnya adalah ketika kualifikasi kita memang jarang memenuhi berbagai info lowongan yang ada. Saya tidak mengatakan "sudah telat." tapi mungkin inilah saatnya anda tergugah untuk memperbaiki diri. Lengkapi diri anda dengan kualifikasi paska bangku sekolah formal. Telitilah juga berbagai non-teknis, seperti aspek psikologis dan sosial yang anda anggap adalah modal untuk bekerja, seperti: pandai bergaul, memiliki jaringan perkawanan yang luas, kepemimpinan, dan lain-lain sebagainya. Tonjolkan hal ini dengan dukungan data yang benar, seperti: peran di OSIS, BEM dan kegiatan-kegiatan sosial lain.

Pesan saya, tetap jangan menyerah ketika belum diundang untuk wawancara, namun jangan membabi-buta. Lebih baik kegagalan yang dialami menjadi motivasi untuk berkonsentrasi pada pengembangan diri. 

Atau mungkin memang bekerja di perusahaan bukanlah passion kita. Hal seperti ini bukan cakupan sharing saya. Banyak rubrik Kompasianer yang membahas tentang hal ini.

Ujungnya menurut saya yang terpenting adalah: doa. Karena bagaimanapun hebatnya kita, pena sudah diangkat dan tinta tulisan takdir telah kering. Yang bisa mengubahnya cuma doa.

Allahu'alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun