Ini hanya sekedar pemikiran pribadi yang ditulis di ranah publik. Saya bukan ekonom.
Sejauh yang saya tahu, indikator pertumbuhan ekonomi (PDB) suatu negeri. apapun strateginya merupakan representasi dari naiknya kuantitas dan kualitas nominal aktifitas komersial manusia. Makin tumbuh ekonomi, berarti makin tumbuh pula jumlah orang yang bertransaksi menukar nilai dengan harga.Â
Pertambahan aktifitas transaksi manusia akan memicu kegiatan memproduksi barang dan jasa, atau kombinasi keduanya. Kegiatan memproduksi apapun perlu pengerahan sumber daya dalam serangkaian proses. Setiap proses perlu energi. Bahkan setiap orang perlu makan untuk mendapatkan energi guna memungkinkan ia beraktifitas. Setiap alat yang dibuat memerlukan energi untuk membuatnya, karena dalam proses produksi alat, terdapat proses dan sumberdaya yang juga membutuhkan energi.
Jadi, salah satu konsekuensi pertumbuhan ekonomi, adalah pertambahan penggunaan energi.Â
Kalau disepakati bahwa PDB adalah indikator kemakmuran, maka semakin makmur suatu bangsa, akan semakin banyak bangsa itu mengkonsumsi energi, baik di sektor konsumen rumah tangga maupun industri.
Dulu sebelum semakmur sekarang, orang mungkin cukup menggunakan kipas tangan atau kipas angin untuk menyejukkan udara yang memang belum sepanas sekarang. Namun kini setelah lebih makmur, usaha menyejukkan udara menggunakan AC. Dulu, kulkas cukup satu pintu kecil, tapi semakin makmur dan semakin banyak jumlah anggauta keluarga, maka perlu kulkas yang pintunya lebih dari satu dan berukuran besar.
AC menggunakan motor listrik yang mengubah energi listrik menjadi gerakan dan memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Motor listrik adalah pengisap energi terbesar di rumah tangga. Karena beberapa perangkat rumah tangga menggunakan motor listrik, misalnya: AC, kipas angin, kulkas/lemari-es, dan pompa air.
Dulu cukup sedikit pabrik untuk memproduksi barang-barang rumah tangga, sekarang setelah semakin makmur, butuh lebih banyak pabrik untuk menyediakan lebih banyak jenis dan jumlah barang rumah tangga.
Dalam pabrik, aktifitas memanaskan dan mendinginkan adalah kegiatan yang membutuhkan energi yang besar jumlahnya, dan sebuah pabrik biasanya bekerja dengan periode panjang dan terus menerus.
Kesemua proses dan kegiatan yang merupakan konsekuensi kemakmuran membutuhkan energi, dan berkontribusi dalam meningkatkan suhu lingkungan. Satu hal yang terlihat disini adalah dampak kemakmuran pada naiknya suhu udara bumi - sebuah kontradkisi lain antara konsep penyelamatan lingkungan hidup dengan pertumbuhan ekonomi.
Ketika saya mengatakan bahwa ada kontradiksi antara pertumbuhan ekonomi dan gaung gerakan menghemat energi, yang terpikir oleh saya adalah bahwa kata penghematan energi bukanlah sebuah istilah yang tepat. Saya berasumsi bahwa gerakan hemat energi kurang berhasil karena masyarakat sebenarnya merasa frustasi karena setelah melakukan investasi dalam bentuk usaha dan uang, namun senantiasa gagal menghemat energi - yang tercermin dari senantiasa naiknya tagihan rekening listrik. Padahal, belum tentu naiknya rekening listrik adalah karena gagalnya usaha menghemat energi. Jumlah energi yang digunakan mungkin sudah berkurang namun harga per satuan energinya yang naik. Atau mungkin karena ketidak pahaman akan konsep penggunaan energi. Karena "menyangka" tidak pernah berhasil, maka timbul frustasi dan akhirnya berwujud pada sikap apatis terhadap gerakan tersebut.
