Mohon tunggu...
Ni Made Aprelia Merti Dewi
Ni Made Aprelia Merti Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tidak Semua Harus Sempurna Cukup Menjadi Versi Terbaik Dari Diri Kita Sendiri

Hallo, stay happy

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Para Dewa dan Pitara Kembali ke Surga Saat Hari Raya Kuningan

19 November 2021   15:45 Diperbarui: 19 November 2021   15:57 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram/madewedastra

Hari-hari telah berlalu dan berganti semarak kemenangan sudah kita lewati, Hari Raya Galungan pun telah berlalu yaitu tepat hari Rabu tanggal 10 November 2021 yang lalu. Jika kita serta para umat Hindu mendengar kata Galungan pastinya akan berdekatan dengan perayaan hari raya Kuningan. 

Selain adanya perayaan hari raya Galungan tentunya para umat Hindu juga merayakan  hari raya Kuningan yang juga menjadi salah satu hari raya besar bagi umat hindu khususnya di pulau dewata Bali. 

Dengan adanya hari raya Kuningan ini maka semua umat Hindu pada saat hari raya kuningan menghaturkan sarana untuk upakara sebagai bentuk untuk mengucapkan terima kasih serta memohon keselamatan dan juga kesejatrahan. 

Sebelum hari raya Kuningan tiba, maka setelah hari raya Galungan lima hari setelahnya ada namanya istilah Pemacekan Agung yang kemudian Penyekeban, Penyajaan, dan dilanjutkan dengan Penampahan dan sepuluh hari sesudah Hari Raya Galungan tersebut akan tiba kembali hari raya, hari raya tersebut yaitu hari Raya Kuningan. 

Hari raya Kuningan bagi umat Hindu khususnya di pulau Bali pada tahun 2021 ini yaitu jatuh pada tanggal 20 November 2021 yang tiba. Berdasarkan perhitungan dari kalender Bali maka hari raya Kuningan tepat pada hari sabtu atau Saniscara, Kliwon serta pada Wuku Kuningan. Perayaan hari raya Kuningan bagi umat Hindu diperingati setiap dua ratus sepuluh (210) hari yakni sama dengan perhitungan kalender Bali. 

Kata Kuningan memiliki suatu makna, makna dari kata Kuningan ini yaitu (kauningan) yang memiliki arti yaitu untuk mencapai serta dapat peningkatan spiritual cara yang dapat dilakukan yaitu dengan introspeksi diri agar terhindar dari bahaya yang datang. Selain hari raya Galungan, hari raya Kuningan juga memiliki makna tersendiri. 

Makna dari hari raya kuningan yaitu merupakan sebuah hari dimana dapat dikatakan sebagai upacara lanjutan dari hari raya Galungan yaitu kemenangan dharma melawan adharma maka upacaara yang dilakukan untuk yaitu pemujaan, pemujaan dalam upacara ini ditujukan kepada para Dewa serta Pitara atau leluhur agar dapat turun agar dapat melaksanakan persucian serta mukti, ataupun dapat menikmati sarana upakara yang telah dipersembahkan dalam perayaan hari raya Kuningan. 

Adanya kemenangan kebaikan atau dharma melawan kejahatan atau adharma yang memeng dirayakan setiap hari raya Galungan dan Kuningan yang hendaknya dapat dilaksanakan oleh umat Hindu dalam kehidupan sehari-harinya. Kebaikan atau kebenaran (Dharma) haruslah dilaksanakan tidak hanya diucapkan dengan kata-kata saja. 

Dengan adanya keutamaan dharma sehingga hendaknya dipahami serta diketahui umat hindu supaya mengetahui siapa yang menemukan jati diri manusia. Hari raya Kuningan merupakan hari raya yang berbeda adaupun khusus, mengapa demikian? Hal ini disebabkan karena beberapa alasan salah satunya yaitu para pitara atau leluhur yang setelah berada dalam ruang lingkup keluarga sekali lagi diberikan sesaji dalam upacara perpisahan yaitu bertujuan untuk kembali keistananya sendiri. 

Selain itu dibeberapa daerah di pulau Bali ada tradisi Barong Ngelawang atau Ngelawang Barong, Ngelawang merupakan tradisi yang memerlukan beberapa orang atau kelompok untuk ikut serta dalam pelaksanaan tradisi ini. Hal tersebut karena tradisi ngelawang ini di iringi dengan gambelan ataupun disebut juga dengan tetabuhan. Tradisi ngelawang diyakini untuk dapat mengusir aura negatif  serta dapat mendatangkan aura yang positif. 

Pada saat perayaan hari raya Kuningan umat Hindu biasanya harus selesai pada pukul 12 siang atau adanya syarat agar pelaksanaan upacara hari raya Kuningan dimulai sejak dini hari sampai siang hari saja. Alasan mengapa adanya hal tersebut disebabkan oleh energi alam semesta seperti Panca Mahabhuta yang terdiri dari Pertiwi, Apah, Bayu, Teja serta Akasa yang bangkit mulai dini hari hingga menuju puncaknya yaitu pada bajeng surya atau disebut juga dengan saat tengah hari. 

Biasanya dengan lewatnya bajeng surya tesebut lalu adanya masa pralina atau disebut juga dengan pengembalian ke asalnya serta dapat juga dikatakan sebagai asa dimana saat masa itu adanya energi alam semesta akan berkurang dan juga pada saat sang hyang surya mesineb atau dikenal juga saat kondisi malam hari merupakan saatnya untuk beristirahat istilah ini dikenal dengan tamasika kala. Lalu mengapa para dewa dan pitara atau leluhur dikatakan kembali ke surga pada hari raya Kuningan? 

Seperti penjelasan diatas bahwa pada saat hari raya kuningan pelaksanaan upacara serta persembhyangan dalam rangkaian upacara hari raya Kuningan, dilakukan hanya setengah hari saja atau sampai siang hari sebelum jam 12 siang rangkaian pelaksanaan upacara hari raya Kuningan harus sudah berakhir atau selesai. 

Hal ini dikerenakan bahwa sebelum siang hari energi alam semesta diyakini seperti Panca Mahabhuta tersebut mencapai klimak-nya dan juga setelah memasuki siang hari masa pralina dimana energi tersebut sudah kembali ketempat asalnya. Dengan diyakini hal tersebut maka para Pitara atau leluhur, bhatara serta para Dewa sudah kembali ke surga. Maka saat hari raya Kuningan ini dikatakan bahawa para dewa dan leluhur kembali ke surga. 

Perbedaan dari hari raya Galungan dan Kuningan dilihat berdasarkan dari segi filosofi, hari raya Kuningan dimaksudkan untuk merayakan saat para dewa-dewa dan leluhur atau pitara kembali kesurga setelah bertemu keturunannya. Karena hari raya Kuningan disebut sebagai para dewa dan leluhur kembali ke surga berbeda dengan hari raya Galungan yang dirayakan sebagai bentuk memperingati turunnya para dewa dan juga pitara atau leluhur ke bumi yaitu untuk menemui keturunannya. 

Perayaan hari raya Galungan dan Kuningan ini biasanya identik atau khas bagi umat Hindu untuk melakukan persembhyangan pada waktu pagi hari disetiap pura-pura dan juga merajan masing-masing. 

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dengan adanya banyak hari raya suci bagi umat Hindu khususnya umat Hindu di pulau Bali maka selain memberikan keindahan budaya, alam, tradisi serta adat dan istiadat yang dapat menarik para wisatawan untuk datang kepulau Bali karena memiliki nilai estetika sehingga para wisatawan dapat mengenal berbagai budaya di Bali lebih dekat lagi serta dapat memikat orang lain untuk datang ke pulau Bali lagi dan lagi. 

Sehingga dengan keindahan alam serta budaya yang dimiliki di pulau Bali yang dapat menarik wisatawan untuk datang, seperti hari raya Galungan dan Kuningan yang dilaksanakan setiap 6 bulan sekali serta dibarengi dengan beberapa tradisi-tradisi di daerah tertentu sehingga diharapkan hari raya ini dapat menarik wisatawan untuk datang ke pulau Bali apalagi di saat pandemi covid-19 ini agar dapat meningatkan perekonomian masyarakat di pulau Bali. 

Dengan demikian dapat kita sampaikan bahwa pada saat hari raya kuningan pelaksanaan upacaranya serta persembhyangan dalam rangkain hari raya Kuningan, dilakukan hanya setengah hari saja atau sampai siang hari sebelum jam 12 siang. Rangkaian pelaksanaan upacara hari raya Kuningan ini harus sudah berakhir atau selesai pada siang hari. 

Hal ini dikerenakan bahwa sebelum siang hari energi alam semesta diyakini seperti Panca Mahabhuta tersebut mencapai klimak-nya dan juga setelah memasuki siang hari masa pralina dimana energi tersebut sudah kembali ketempat asalnya. Dengan diyakini hal tersebut maka para Pitara atau leluhur, bhatara serta para Dewa sudah kembali ke surga. Maka saat hari raya Kuningan ini dikatakan bahawa para dewa dan leluhur kembali ke surga. 

Perbedaan dari hari raya Galungan dan Kuningan yang dilihat berdasarkan dari segi filosofi, bahwa hari raya Kuningan dimaksudkan untuk merayakan saat para dewa-dewa dan leluhur atau pitara kembali kesurga setelah bertemu keturunannya. 

Karena hari raya Kuningan disebut sebagai para dewa dan leluhur kembali ke surga berbeda halnya dengan hari raya Galungan yang dirayakan sebagai bentuk memperingati turunnya para dewa dan juga pitara atau leluhur ke bumi yaitu untuk menemui keturunannya. 

Perayaan hari raya Galungan dan Kuningan biasanya identik atau khas bagi umat Hindu untuk melakukan persembhyangan pada pagi hari disetiap pura-pura dan juga merajan masing-masing. Dengan perayaan hari raya Kuningan para umat Hindu mengucapkan terima kasih serta memohon untuk meminta keselamtan serta kesejatrahan diharapkan kebaikan selalu datang pada diri kita. Selamat Hari Raya Kuningan.

Nama : Ni Made Aprelia Merti Dewi

Jurusan : Pendidikan Dasar

Prodi : S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Ganesha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun