Mohon tunggu...
Ibnu Hafidz
Ibnu Hafidz Mohon Tunggu... -

Gemar menulis adalah naluri, dan gemar memotret adalah nafas saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rasa Syukur Adat Sunda

11 September 2018   23:22 Diperbarui: 11 September 2018   23:29 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai manusia ciptaan Tuhan, setiap manusia memiliki sikap bersyukur atas apa yang telah dialaminya didalam hidup ini, sikap bersyukur inilah yang kerap dilakukan masyarakat sunda yang merayakan peringatan Seren Taun di wilayah kampung adat yang terletak di seluruh kawasan Jawa Barat dan Banten, Indonesia.

Seren Taun merupakan salah satu identitas keberadaan suku sunda, Seren yang memiliki arti serah dan taun yang memiliki arti tahun, bermakna yakni penyerahan hasil panen tahun lalu dari ketua adat kepada salah satu warga adat yang disaksikan banyak orang guna sebagai simbol bahwa masyarakat sunda mensyukuri atas apa yang telah Tuhan dan alam berikan.

Ada 5 desa adat yang setiap tahunnya memperingati Seren Taun pertama, Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Kedua, Kasepuhan Banten Kidul, Desa Ciptagelar, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Ketiga, Desa Adat Sindang Barang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Keempat, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.

Kelima, Kampung Naga, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Tepatnya Minggu, 13 Desember 2015 saya menyaksikan perayaan Seren Taun yang dilaksanakan di Desa Adat Sindang Barang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Perayaannya berlangsung khidmat dan meriah, karena semua orang yang ada pada saat itu menghargai keberlangsungan pesta besar Suku Sunda.

Acara dimulai dari pagi hingga siang hari, acara diawali dengan upacara adat yang dilakukan oleh warga adat dan dipimpin oleh kokolot(ketua adat), ditambah hadirnya para tokoh masyarakat dan semua elemen masyarakat, seperti lurah, bupati, aparat kepolisian, aparat TNI, wartawan, mahasiswa, kepala dinas kebudayaan dan pariwisata setempat dan warga biasa.

Susunan acara Seren Taun begitu banyak, karena diacara ini warga dan ketua adat menyuguhkan beberapa penampilan yang memiliki arti berharga bagi Suku Sunda itu sendiri.

Pertama, sambutan dari seorang bupati atau kepala dinas kebudayaan dan pariwisata dalam meresmikan perayaan ini.

Kedua, sambutan dari seorang lurah dalam membuka acara ini.

Ketiga, sambutan dari kokolot yakni ketua adat bertujuan membuka dan menjelaskan filosofi Seren Taun yang telah ada sejak zaman kerajaan Sunda Purba seperti kerajaan Pajajaran.

Sejarah perayaan Seren Taun berawal dari pemuliaan terhadap Nyi Pohaci Sanghyang Asri, dewi padi dalam kepercayaan Sunda kuno. Masyarakat agraris Sunda kuno memuliakan kekuatan alam yang memberikan kesuburan tanaman dan ternak, kekuatan alam ini diwujudkan sebagai Nyi Pohaci Sanghyang Asri dewi padi dan kesuburan, sekaligus mempertahankan warisan budaya.

Keempat, penampilan-penampilan yang berhubungan dengan kebudayaan Sunda seperti Tari Jaipong(sebuah tarian yang menggabungkan unsur pencak silat, wayang golek, topeng banjet, ketuk tilu dan lain-lain). Kemudian penampilan Pencak Silat (bertujuan memperkenalkan lebih luas warisan budaya luhur), dan yang terakhir permainan alat musik karinding (alat musik tiup tradisional sunda yang terbuat dari bambu). Inilah beberapa penampilan yang biasanya diperlihatkan pada acara tahunan Suku Sunda dan diberikan sebelum acara puncak.

Kelima, beranjak ke acara puncak yaitu iring-iringan semua warga adat dengan membawa macam-macam hasil panen dan berkeliling kampung adat, sebelum ditutup dengan dipindahkannya beberapa padi kedalam Leuit(sebuah bangunan yang terbuat dari kayu guna menyimpan hasil panen tiap tahunnya dan dilakukan secara simbolis oleh ketua adat kepada salah satu warga adat setempat).

Merayakan Seren Taun sudah menjadi tradisi wajib setiap tahunnya, orang sunda yang hidup di desa adat yang menganggap dirinya masih keturunan kerajaan-kerajaan Sunda terdahulu berkeyakinan bahwa sesuatu yang baik akan menghasilkan hal yang baik pula.

Prabu Siliwangi sebagai raja masyarakat Pasundan yang diketahui sebagai raja yang arif dan bijaksana telah berhasil membentuk sikap orang sunda hingga memiliki sikap lemah lembut dan mencintai budaya lokal. Prabu Siliwangi juga mewarisi budaya luhur, salah satunya perayaan Seren Taun yang hingga saat ini rutin dilakukan oleh Sunda wiwitan.

Apabila kita melihat sejarah kembali, Prabu Siliwangi memiliki beberapa istri, salah satunya Nyi Mas Subanglarang yang memiliki 3 anak yaitu Pangeran Cakrabuana, Nyi Mas Rarasantang, dan Raden Kian Santang, ketiganya merupakan penyebar agama Islam di Tanah Pasundan saat itu, dan dari mereka pula warisan budaya lokal tetap dipertahankan dan dilaksanakan, hingga turun-temurun. Dan warisan budaya seperti Seren Taun tetap terjaga.

Adapun tokoh Sunan Gunung Djati yang banyak orang ketahui jasanya sebagai penyebar agama Islam di tanah Pasundan, dia merupakan anak dari Nyi Mas Rarasantang putri Prabu Siliwangi(raja kerajaan pajajaran).

Desa-desa adat yang ada di Indonesia tidak muncul begitu saja, dia lahir dari proses yang sangat panjang, contohnya Desa Adat Sindang Barang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, konon dahulu merupakan persinggahan Nyi Mas Kentring Manik seorang istri Parbu Siliwangi, dan dari Seorang Kentring Manik sang prabu memiliki putra yang bernama Raden Surawisesa(raja kerajaan pajajaran berikutnya).

Menurut Akat Sukatna seorang kokolot di Desa Adat Sindang Barang, desa ini bukan hanya cerita Babad Sunda saja melainkan sebagai bentuk pelestarian budaya sunda yang dikelola oleh masyarakat adat dan Pemerintah Kabupaten Bogor, disini juga khalayak masyarakat luas bisa belajar kebudayaan sunda, dan biasanya para wisatawan datang menjelang acara Seren Taun.

Wisatawan yang datang, biasanya didominasi oleh siswa lokal hingga wisatawan mancanegara, disana mereka diajarkan bagaimana caranya bertani, bela diri, memasak, hingga kegiatan menari. 

Para wisatawan sebelum mereka tinggal disana dan belajar budaya sunda, tentunya ada kesepakatan biaya antara pengelola desa adat dan tamu mereka, biaya ini dialokasikan untuk kehidupan para tamu selama disana dan dialokasikan untuk kepentingan-kepentingan lainnya. Kedatangan para tamu selalu menjadi kegembiraan anak-anak kampung adat, karena mereka merasa memiliki teman baru untuk bermain dan bertukar fikiran.

Anak-anak yang terlahir di kampung adat sejak kecil sudah diajarkan caranya berbudaya dengan baik, anak laki-laki dibiasakan sejak kecil membantu ayah di ladang, dan anak perempuan dibiasakan membantu ibu memasak dan mengerjakan kerajinan tangan seperti menjahit baju dan membuat caping, untuk dijual kepada masyarakat luas, sesekali mereka berlatih nari untuk kesehatan sekaligus merawat dan mempraktekan budaya sendiri.

Manusia yang hidup di kampung adat cenderung memiliki rasa nasionalisme yang begitu besar, mereka tidak terpengaruh dengan adanya globalisasi yang menuntut manusia untuk hidup lebih modern, dan gengsi terhadap budaya lokal. Potret masyarakat adat, khususnya adat sunda mengajarkan kita bahwa identitas asli perlu dijaga, diperjuangkan, dan dipraktekan, melalui budayalah kita bisa maju dan tetap bermartabat dimata semua kaum manusia. 

Seren Taun memberikan banyak jawaban atas semua pertanyaan mengenai budaya sunda yang selama ini kurang ter- expos oleh media, tidak seperti perayaan-perayaan yang sering dilakukan oleh orang Indonesia Timur sering ter- expos media dan sudah dikenal sejak lama oleh orang-orang barat.

 
  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun