Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Buat Apa Kita Tahu Bahasa Tubuh

28 Juni 2024   12:18 Diperbarui: 29 Juni 2024   08:05 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan kita sedang duduk di depan calon mertua. Tepat ketika calon mertua ngomong, kita dengan songong mencebik atau mencibir, lalu mengangkat satu kaki ke atas sofa. Bisa-bisa lamaran sontak ditolak.

Itu sebabnya bahasa tubuh amat vital dalam jalinan komunikasi. Termasuk ketika kita tengah wawancara, presentasi, dan negosiasi. Saking pentingnya bahasa tubuh, kita mesti tahu bagaimana "tubuh kita berbahasa" dan harus paham "apa arti bahasa tubuh orang lain".

Kalau tidak, kita akan keteteran. Kita hanya bisa memahami apa yang terucapkan, padahal sering kali banyak masalah, informasi, atau perasaan yang tidak terlontar lewat kata-kata.

Apa Itu Bahasa Tubuh

Bahasa tubuh adalah serangkaian sinyal nonverbal yang dapat kita gunakan untuk menyampaikan perasaan, niat, dan minat, mencakup sikap tubuh, ekspresi wajah, dan gerakan tangan.

Selain bahasa tubuh yang kita tunjukkan kepada orang lain, kita mesti pintar pula membaca, memahami, dan menafsirkan bahasa tubuh orang. Itu bisa membantu kita memahami masalah atau perasaan tersembunyi, seperti melihat apa yang tidak tersirat atau membaca apa yang tidak tersurat.

Jika kita terus mengutarakan rencana yang akan dan ingin kita lakukan ketika lawan bicara sudah menguap berkali-kali, berkedip-kedip karena mengantuk dan bosan, matanya mengarah ke meja makan atau ke pintu keluar, atau menyilangkan tangan di depan dada, berarti apa yang kita sampaikan sesungguhnya berakhir sia-sia.

Itulah bahasa tubuh. Dan, itulah pentingnya memahami bahasa tubuh.

Bahasa Tubuh Dasar

Bahasa tubuh, merujuk pada pendapat terapis Emily Cook (2020), memainkan peran penting dalam cara kita berkomunikasi, baik saat berbagi informasi dengan orang maupun ketika menerima informasi dari orang.

Otak kita lebih peduli komunikasi nonverbal daripada komunikasi verbal. Ketika seseorang mengatakan 'aku mencintaimu' sambil menyeringai, berarti ada maksud tersembunyi di balik seringai orang itu alih-alih rasa cinta yang tulus.

Belum tentu juga semua orang yang tersenyum kepada kita menunjukkan tengah senang atau gembira. Ada orang yang tersenyum, padahal hatinya luka berdarah-darah. Ada orang yang tersenyum, padahal di dalam hati ia ingin menggigit pantat tetangga saking jengkel atau dongkolnya.

Sekali lagi, itu contoh belaka.

Jadi, perhatikanlah bahasa tubuh yang terpancar lewat mata, bibir, tangan, kaki, atau sikap tubuh seperti paparan berikut.

Pertama, bibir. Perhatikanlah bibir lawan bicara, (1) bibir menyempit menandakan ketidaknyamanan; (2) bibir bergetar bisa menandakan ketakutan atau kesedihan; (3) bibir mengerucut menandakan kemarahan atau ketidaksetujuan; (4) bibir terbuka berarti merasa rileks atau nyaman.

Kedua, senyum. Simaklah (1) senyum tulus ditunjukkan dengan sudut mulut agak terangkat, mata menyipit dan berkerut di sudut; (2) senyum palsu atau tidak tulus tidak melibatkan mata dan itu terjadi sebagai respons atas kikuk, canggung, atau ketidaknyamanan; (3) senyum seringai biasanya mewakili ketidaksenangan atau penghinaan; dan (4) senyum ketertarikan biasanya disertai dengan kontak mata yang lama, pandangan sekilas, atau kepala yang dimiringkan.

Ketiga, kedipan mata, bermakna (1) berkedip cepat menunjukkan rasa stres; (2) berkedip cepat dan intes menandakan ketidakjujuran--meski tidak selalu bermakna seperti itu; dan (3) kedipan menjadi lebih cepat ketika kita mengatasi masalah yang sulit, merasa tidak nyaman, serta takut atau khawatir tentang atau terhadap sesuatu.

Keempat, pupil mata. Perhatikan pupil mata yang (1) membesar, ketika perasaan positif terhadap seseorang menghangatkan hati, seperti ketertarikan romantis; (2) melebar atau membelalak sebagai respons atas gairah sistem saraf, serta merasa marah atau takut; dan (3) mengecil ketika tidak menyukai sesuatu.

Kelima, arah pandangan. Tilik mata (1) orang yang matanya terus menatap ke arah meja prasmanan, berarti ia lebih tertarik makan daripada berbicara; (2) orang yang matanya sering mengarah ke pintu keluar menunjukkan ia mungkin ingin segera pergi; dan (3) orang cenderung mengalihkan pandangan ke bawah atau ke satu sisi berarti sedang berusaha mengatasi masalah, mengingat informasi atau kenangan, atau memikirkan sesuatu yang sulit.

Keenam, lengan. Perhatikan, orang sering menyilangkan tangan saat merasakan (1) rentan sehingga merasa tidak aman atau nyaman; (2) cemas terhadap hal atau sesuatu; (3) tidak tertarik untuk mempertimbangkan perspektif lain; (4) lengan yang disilangkan bisa menunjukkan rasa percaya diri; (5) lengan yang disilangkan sambil tersenyum, bersandar, atau menunjukkan tanda-tanda lain yang merasa nyaman, berarti bisa mengendalikan situasi atau dapat memberikan rasa perlindungan pada seseorang.

Ketujuh, kaki. Perhatikan (1) kaki dan tungkai dapat menunjukkan kegugupan dan kegelisahan jika diketuk-ketukkan, digoyang-goyangkan, atau dipindah-pindahkan dari satu kaki ke kaki lainnya; (2) kaki yang disilangkan bisa menunjukkan juga keengganan untuk mendengarkan apa yang dikatakan seseorang, terutama ketika tangan juga disilangkan; (3) arah kaki yang menjauh berarti lebih ingin berhenti daripada melanjutkan pembicaraan; dan (4) arah kaki kepada lawan bicara berarti kemungkinan besar orang tersebut menikmati percakapan.

Kedelapan, tangan. Perhatikan baik-baik (1) tangan terulur dengan telapak tangan menghadap ke atas mencerminkan keterbukaan yang tidak disadari; (2) tangan terkepal menunjukkan kemarahan atau frustrasi, terutama pada seseorang yang mencoba menekan emosi tersebut; (3) tangan menyentuh pipi secara naluriah bisa menandakan seseorang sedang mempertimbangkan sesuatu dengan hati-hati atau sangat tertarik dengan apa yang kita katakan.

Kesembilan, napas. Biasanya napas (1) cenderung meningkat bilamana kita sedang stres, baik stres positif atau negatif, sehingga seseorang yang bernapas dengan cepat mungkin saja bersemangat, cemas, serta gugup atau khawatir; (2) panjang dan dalam dapat menunjukkan perasaan lega, amarah, atau kelelahan; dan (3) lebih lambat daripada biasanya menunjukkan keadaan tenang atau penuh perhatian.

Kesepuluh, sikap tubuh. Cara seseorang berdiri atau duduk serta di mana dilakukan dapat memberikan beberapa petunjuk tentang perasaan, misalnya (1) bersandar di dinding atau penyangga l menunjukkan kebosanan atau ketidaktertarikan; (2) mencondongkan tubuh ke depan atau ke arah seseorang menunjukkan ketertarikan atau kegembiraan; (3) berdiri tegak, terkadang dengan tangan di pinggul, dapat menunjukkan kegembiraan, semangat, dan kepercayaan diri; (4) berdiri tegak dengan tangan di samping menunjukkan kesediaan terlibat dan mendengarkan pembicaraan.

Sentuhan menyampaikan empati (Gambar: Getty Images/iStockphoto/kitzcorner) 
Sentuhan menyampaikan empati (Gambar: Getty Images/iStockphoto/kitzcorner) 

Pada akhirnya, kita harus memperhatikan bahasa verbal dan bahasa tubuh pada saat berkomunikasi dengan orang lain. Jangan terpaku hanya pada bahasa verbal atau pada bahasa tubuh belaka. Dua-duanya harus kita perhatikan.

Selain itu, pastikan kita menjadi pendengar yang baik, bijak, dan santun ketika orang lain berbicara. Hindari sibuk memperhatikan bahasa tubuh sampai-sampai lupa mendengarkan apa yang tengah disampaikan oleh orang lain.

Selamat menjalin silaturahim dengan arif, menenangkan, dan menyenangkan. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun