Kedua, merasa diperlakukan tidak adil. Kakakmu dibelikan jam tangan keren dan mewah saat berulang tahun, sementara kamu hanya dihadiahi kemeja murahan. Kamu merasa dianaktirikan dalam segala hal, sampai-sampai kamu menganggap dirimu memang bukan anak kandung.
Ketiga, perasaan sangat terluka. Orangtuamu dihina, dilecehkan, atau diolok-olok oleh teman-temanmu dan peringatanmu agar mereka menghentikan olok-olokan itu ternyata tidak diindahkan.
Namun, rasa marah tidak melulu dipicu oleh stimulus dari luar. Bisa saja kamu marah karena kecewa atau kesal kepada dirimu sendiri. Gagal mencapai target dapat memantik amarah. Kurang tidur dapat menyebabkan emosimu labil. Tiba-tiba kamu merasa telah melakukan kesalahan tidak perlu yang amat memalukan.
Jika kamu baru saja ditinggalkan oleh pacarmu, tanpa alasan yang jelas dan kabar yang pasti, sehingga kamu sedih sekali, lalu seseorang menginjak kakimu, tanpa sadar emosimu meledak-ledak. Tidak peduli orang itu sengaja atau tanpa sengaja, kamu tetap saja marah.
Meski termasuk salah satu jenis emosi negatif yang lumrah terjadi, marah yang tidak terkendali dan berlangsung lama dapat memengaruhi kesehatan mental kita. Terus-terusan marah bisa berdampak buruk juga bagi kesehatan tubuh kita.
Jika kita terus-terusan marah, tubuh akan menabuh "genderang perang". Lalu, bersiap untuk bertarung dengan memicu reaksi sistem saraf simpatis. Akibatnya, produksi hormon adrenalin dan kortisol meningkat. Dampaknya, memicu beragam efek fisik, seperti peningkatan detak jantung.
Dampak Marah-Marah
Ini beberapa akibat jika kita terus-terusan marah.
Pertama, tubuh merasa stres. Akibat marah terus-terusan, tubuh merasa stres. Risiko peradangan dalam tubuh cenderung meningkat gara-gara respons sistem kekebalan tubuh terhadaptekanan kronis. Dampaknya, tingkat peradangan yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan kanker.
Kedua, kadar gula darah dan kadar asam lemak terpengaruh. Masih ada risikonya apabila kita terus-terusan marah. Hormon stres yang dilepaskan selama marah dapat memengaruhi kadar gula darah dan kadar asam lemak dalam darah, sehingga merusak pembuluh darah dan menyebabkan penyakit jantung, serangan jantung, strok, dan diabetes tipe 2.