Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Peri[h]bahasa dan Rasa Marah

24 Juni 2024   13:31 Diperbarui: 25 Juni 2024   10:31 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengasah Marah (Sumber: Pexels/YOGENDRA SINGH)

Kedua, merasa diperlakukan tidak adil. Kakakmu dibelikan jam tangan keren dan mewah saat berulang tahun, sementara kamu hanya dihadiahi kemeja murahan. Kamu merasa dianaktirikan dalam segala hal, sampai-sampai kamu menganggap dirimu memang bukan anak kandung.

Ketiga, perasaan sangat terluka. Orangtuamu dihina, dilecehkan, atau diolok-olok oleh teman-temanmu dan peringatanmu agar mereka menghentikan olok-olokan itu ternyata tidak diindahkan.

Namun, rasa marah tidak melulu dipicu oleh stimulus dari luar. Bisa saja kamu marah karena kecewa atau kesal kepada dirimu sendiri. Gagal mencapai target dapat memantik amarah. Kurang tidur dapat menyebabkan emosimu labil. Tiba-tiba kamu merasa telah melakukan kesalahan tidak perlu yang amat memalukan.

Jika kamu baru saja ditinggalkan oleh pacarmu, tanpa alasan yang jelas dan kabar yang pasti, sehingga kamu sedih sekali, lalu seseorang menginjak kakimu, tanpa sadar emosimu meledak-ledak. Tidak peduli orang itu sengaja atau tanpa sengaja, kamu tetap saja marah.

Meski termasuk salah satu jenis emosi negatif yang lumrah terjadi, marah yang tidak terkendali dan berlangsung lama dapat memengaruhi kesehatan mental kita. Terus-terusan marah bisa berdampak buruk juga bagi kesehatan tubuh kita.

Jika kita terus-terusan marah, tubuh akan menabuh "genderang perang". Lalu, bersiap untuk bertarung dengan memicu reaksi sistem saraf simpatis. Akibatnya, produksi hormon adrenalin dan kortisol meningkat. Dampaknya, memicu beragam efek fisik, seperti peningkatan detak jantung.

Mengumbar marah (Sumber: peakpx.com)
Mengumbar marah (Sumber: peakpx.com)

Dampak Marah-Marah

Ini beberapa akibat jika kita terus-terusan marah.

Pertama, tubuh merasa stres. Akibat marah terus-terusan, tubuh merasa stres. Risiko peradangan dalam tubuh cenderung meningkat gara-gara respons sistem kekebalan tubuh terhadaptekanan kronis. Dampaknya, tingkat peradangan yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan kanker.

Kedua, kadar gula darah dan kadar asam lemak terpengaruh. Masih ada risikonya apabila kita terus-terusan marah. Hormon stres yang dilepaskan selama marah dapat memengaruhi kadar gula darah dan kadar asam lemak dalam darah, sehingga merusak pembuluh darah dan menyebabkan penyakit jantung, serangan jantung, strok, dan diabetes tipe 2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun