Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Garuda Muda Menang, Bung Towel Meriang

26 April 2024   03:56 Diperbarui: 26 April 2024   07:21 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Garuda Muda lolos ke semifinal Piala Asia U-23 (Gambar: Dok. PPSSI)

Tommy Welly namanya. Sebelum laga perempat final tergelar, ia mengumbar kritik pedas. Ia meminta agar Nathan Tjoe-A-On tidak dimainkan. Itu cara terbaik untuk menguji kapasitas dan kapabilitas Shin Tae-yong selaku pelatih timnas Indonesia. Laga penting malah ingin main uji pelatih. Ada-ada saja Abang El Handuk ini!

 

APA yang dilontarkan oleh Bung Towel, sapaan pundit tukang bikin kesal Tommy Welly, benar-benar menunjukkan kebiasaan buruk sebagian orang Indonesia. Kalau bisa dipersulit, kenapa mesti dipermudah. Begitu tabiat birokrat yang tersiar luas di tengah khalayak.

Klub tempat Nathan bernaung, SC Heerenveen, sudah mengizinkan pemain yang kakeknya berasal dari Semarang itu untuk berjibaku melawan Korea Selatan. Eh, itu El Handuk berseru agar Nathan dijadikan penghangat bangku cadangan.

Tepatlah satu peribahasa disematkan kepada Towel. Ada sampan hendak berenang. Ada cara yang lebih mudah, malah memilih cara yang sulit. Itu sama saja dengan meminta Didier Deschamps supaya tidak memainkan Mbappe di laga final Piala Dunia. Sungguh menyebalkan.

Sudahlah, lupakan El Handuk. Mending kita ulas peribahasa tadi. Yang dimaksud sampan pada peribahasa di atas adalah 'perahu kecil'. Kata sampan kita serap dari bahasa Hokkien dialek Xiamen, tepatnya dari kata sam pn. Artinya, 'perahu kecil'. Kemudian kita serap menjadi sampan dengan arti yang sama.

Sementara itu, arti berenang adalah 'menggerakkan badan untuk melintas atau mengapung di air dengan menggunakan kaki, tangan, sirip, ekor, dan sebagainya'. Kalau orang yang berenang, tentu menggunakan kaki dan tangan. Jika ikan yang berenang, jelas menggunakan sirip.

Sebenarnya ada pilihan menarik untuk menyeberangi sungai, jika kita udar dalam-dalam peribahasa ini, yaitu sampan. Kalau bisa mudah, kenapa mesti memilih yang susah. Naik sampan lebih mudah. Duduk saja, mengayuh beberapa jenak, lalu tiba di seberang.

Namun, orang yang dimaksud peribahasa ini lebih memilih berenang. Aneh bin ajaib. Barangkali ada alasannya sehingga enggan naik sampan, misalnya punya pengalaman traumatik yang menyebabkan fobia atau ketakutan kronis. Itu tidak perlu kita ungkat-ungkit. Mari kita hargai pilihan orang.

Sampan biasa digunakan untuk angkutan air, terutama menyeberangi sungai atau tasik. Pada tempat-tempat tertentu malah ada yang disewakan. Dengan begitu, pejalan yang hendak menyeberang tidak perlu merenangi sungai.

Dalam peribahasa ini, pusat makna peribahasa merujuk pada orang yang hendak berenang alih-alih naik sampan. Bung Towel misalnya. Bisa bermain nyaman dan aman dengan menaruh Nathan di lini tengah, malah minta pemain keren itu diparkir. Ibarat memilih cara yang susah, padahal ada cara yang mudah. Ibarat memilih jalan yang berkelok dan menanjak, padahal ada jalan yang lurus dan datar.

Kasak-kusuk di luar, terutama jika yang diulas adalah mutu pelayanan birokrat di negara kita, tersiar luas istilah "kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah". Mengurus izin usaha, misalnya. Jika bisa selesai dalam dua minggu, kenapa mesti kelar dalam satu hari. Kalau dua minggu akan ada celah untuk menawarkan "mau lewat jalan tol atau jalan biasa".

Jika ada yang memilih naik sampan, tentu berbeda dengan yang berenang. Bisa jadi karena ingin tiba di seberang tanpa merasa lelah, bisa juga karena takut jika pakaiannya basah, atau boleh jadi karena dia tidak bisa berenang. Apa pun dalih di balik pilihannya, dia memilih jalan yang mudah.

Pada peribahasa yang lain, ada perahu mau berenang, maknanya sama dengan peribahasa ini. Ada perahu malah memilih berenang. Begitu saja kok repot.

Garuda Muda Rontokkan Taeguk Warriors

HARAPAN suporter Indonesia sangat besar. Permainan Garuda Muda alangkah enak ditonton. Itu sebabnya banyak warganet yang meradang ketika Bung Towel berulah. Pergerakan Nathan sungguh menyenangkan dan menenangkan. Jadi, amat sia-sia jika ia diparkir di bangku cadangan demi memuaskan El Handuk.

Faktanya, permainan Indonesia pada babak pertama sangat apik.

Jumat, 26 April 2024. Laga antara Korea Selatan versus Indonesia pada perempat final Piala Asia U-23 2024 digelar di Stadion Abdullah bin Khalifa Doha, Qatar. Kesebelasan Taeguk Warriors sempat membobol gawang Ernando Ari ketika laga baru berjalan delapan menit.

Lini belakang Indonesia tidak bisa menghalau dengan baik tendangan bebas di sisi kiri pertahanan. Lee Kang-hee menyambar dan menyepak bola cukup keras. Ernando gagal membendung bola. Untung saja wasit, Shaun Evans, membatalkan gol. Setelah mencermati VAR, Evans melihat seorang pemain Korea Selatan berada dalam posisi offside.

Menjelang menit ke-12, Indonesia menyerang. Barisan bek Taeguk Warriors pun kelabakan. Bola antisipasi bek malah jatuh didekat penyerang Indonesia. Rafael Struick menyepak bola. Laju bola yang menukik gagal dihalau oleh Baek Jong-beom. Indonesia unggul 1-0.

Bung Towel pasti tidak suka. Itu ekspresi luar. Jauh di dasar hati ia pun senang, setelah ngedumel karena rencana merisak Shin Tae-yong terancam gagal. Hebatnya lagi, serangan Indonesia bukan sebatas "ala kadarnya".

Menit ke-31. Struick dan Marselino saling mengumpan. Lini belakang Korsel sontak kocar-kacir. Sayang sekali, sontekan Marselino masih melebar. Skor tetap 1-0 untuk Indonesia.

Petaka tiba. Korsel terus menyerang. Gagal sekali, serang lagi. Begitu gagal, serang lagi. Hingga tiba pada menit ke-45 (+1). Serangan dari sayap kanan membuat para pemain Indonesia turun bertahan. Umpan silang disambar Eom Ji-sung. Sundulan Ji-sung menimpa kepala Komang dan bola meluncur ke dalam gawang.

Skor imbang, 1-1. Di sini, naga-naganya Bung Towel bersorak.

Garuda Muda lolos ke semifinal Piala Asia U-23 (Gambar: Dok. PPSSI)
Garuda Muda lolos ke semifinal Piala Asia U-23 (Gambar: Dok. PPSSI)

Garuda Muda dan Kualitas Mental

Apakah mental pemain Indonesia ambruk setelah skor imbang? Tidak. Alih-alih ambyar, mental Rizky Ridho dkk sungguh menakjubkan. Dua menit kemudian, satu gol lagi tercipta. Lagi-lagi Struick aktornya. Striker yang digelari El Klemer itu berhasil memanfaatkan umpan Jenner dan kesalahan Jong-beom mengantisipasi bola. Ia cocor bola ke dalam gawang yang sudah kosong. Skor 2-1 untuk Indonesia.

Struick kembali bikin dada kiper Korsel berdentam-dentam. Sontekan keren yang membuat bola melenting telah memaksa Jong-beom terbang menepis bola. Gagal sudah Struick mencetak trigol pada babak pertama.

Babak kedua masih seru. Tukar-menukar serangan terus terjadi. Pasukan Taeguk Warriors harus kehilangan seorang pemain. Lee Young-jun dikertumerahkan oleh Evans. Ia dianggap mengarahkan telapak sepatunya ke kaki preman Indonesia, Justin Hubner.

Meski begitu, tim besutan pelatih itu berhasil menyamakan kedudukan. Pada menit ke-84,Jeong San-bin terlepas dari jebakan offside. Sepakan datarnya meluncur ke dalam gawang Ernando. Skor imbang lagi, 2-2.

Kali ini bukan cuma dada Bung El Handuuk yang berdebar-debar. Dada saya juga berdegup keras. Suaranya seperti beduk yang kulitnya terkena rembesan hujan. Tidak ada gol hingga waktu normal kelar. Laga dilanjutkan ke babak tambahan.

Stamina Pratama Arhan dan Witan Sulaiman kedodoran. Fajar seperti dolanan perosotan. Terima bola angin-anginan. Sungguh, saya tetap menunggu terusan laga sekalipun dada deg-degan. Jarang-jarang begadang buat menonton timnas. Maka, dijabani saja.

Betapa mendebarkan babak pertama waktu tambahan. Anak asuh Shin Tae-yong tetap gigih dan gagah. Tidak tampak keteteran, meskipun sudah bermain lebih dari 100 menit. Meski napas megap-megap, stamina tetap kuat.

Pada babak kedua waktu tambahan, Indonesia justru mendominasi serangan. Meski serangan silih berganti, tak satu pun yang berbuah gol. Mau tidak mau, laga lanjut ke babak adu penalti. Dan, adegan bal-balan pun menegangkan. Hingga sepuluh penembak, kedudukan imbang 9-9. Ditambah dua penembak lagi, hasilnya menenangkan. 

Peluang dapat tiket Olimpiade Paris 2024 semakin besar (Gambar: Dok. PSSI)
Peluang dapat tiket Olimpiade Paris 2024 semakin besar (Gambar: Dok. PSSI)

Sekarang bayangkan saja. Sebelum melawan Indonesia, gawang Korsel masih perawan. Jepang pun tidak bisa menjebolnya. Begitu melawan Indonesia dicocor dua gol, plus 11 gol adu penalti. 

Inilah hasil dari ada sampan hendak berenang.  Indonesia menang. Bung Towel meriang. [kp]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun