Selalu ada orang menjengkelkan di sekitar kita. Tipenya mudah dilihat. Sudah salah, ngeyel pula. Sudah keliru, ngotot pula. Persis sindiran peribahasa. Diberi hati mau jantung, diberi sehasta mau sedepa. Artinya: orang yang tidak puas dengan pemberian sedikit, dikasih sesuatu minta tambah lagi. Adakah orang berkarakter seperti itu? Ada. Namanya Bung Towel. Â
TIMNAS GARUDA MUDA sudah tiba di babak perempat final. Suka tidak suka, itu prestasi yang patut disyukuri. Kesebelasan nasional kita minim prestasi. Boro-boro level senior, level junior pun cekak prestasinya. Jangankan Piala Dunia U-23, Piala Asia U-23 saja baru lolos kualifikasi untuk edisi tahun ini.
Suporter sepakbola Indonesia terkenal gila. Maksudnya, benar-benar penggila bola. Timnas Garuda main di Qatar, bejibun suporter muncul menyemangati pemain. Timnas Garuda main di Iraq, berhamburan suporter Indonesia mendukung pemain. Andai timnas kita bermain di Amerika Serikat pun saya yakin suporter tetap akan berduyun-duyun ke stadion.
Nah, suporter timnas Indonesia sudah lama "haus gelar". Rasa-rasanya dapat satu gelar saja sudah membuat banyak suporter sujud syukur. Saking minimnya gelar juara yang direngkuh timnas kita, sampai-sampai kalau dapat juara kita berasa bak bermimpi saja. Lolos perdelapan final Piala Asia 2024 saja rasanya seperti lolos Piala Dunia.
Melihat permainan timnas kita saat melumat Yordania, rasa-rasanya kita tidak percaya. Antara yakin dan bimbang. Benarkah ini timnas Indonesia? Pemainan satu-dua, umpan pendek yang cepat dan akurat, gocekan yang memikat, dan gol yang berkelas. Benarkah kita bisa punya timnas sejago itu?
Namun, ada satu makhluk yang seakan-akan melepeh proses yang tengah dijalani pemain timnas sekarang. Makhluk itu mengaku pengamat sepakbola, tetapi lebih condong pembenci Shin Tae-Yong. Pendek kata, apa saja yang dilakukan oleh pelatih kepala timnas Indonesia itu pasti salah di mata Towel.
Ya, orang itu kita kenal dengan sebutan Towel.
Peribahasa untuk Bung Towel
MAKA tepatlah sindiran peribahasa di pembuka tulisan ini. Bung Towel tergolong makhluk menyebalkan yang diberi hati mau jantung, diberi sehasta mau sedepa. Sudah mendapat tempat untuk mengumbar opini, alih-alih mengkritisi timnas dengan saksama, ia malah melontarkan kebenciannya kepada Shin Tae-yong.
O ya, kata hati dalam peribahasa di atas berarti 'organ badan yang berfungsi mengambil sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu'. Sementara itu, jantung berarti 'organ badan yang menjadi pusat peredaran darah'.
Hati dan jantung sangat penting bagi kehidupan manusia. Dua organ tubuh itu sama-sama penting dan sama-sama berharga bagi manusia. Termasuk bagi Yang Mulia Bung Towel.
Adapun kata hasta berarti 'satuan ukuran sepanjang lengan bawah atau dari siku sampai ke ujung jari tengah'. Kata ini kita serap dari bahasa Sanskerta, yaitu dari kata hasta (lengan; tangan).
Sementara itu, kata depa berarti 'ukuran sepanjang dua belah tangan mendepang dari ujung jari tengah tangan kiri sampai ke ujung jari tengah tangan kanan'. Jadi, lebih panjang ketimbang hasta. Kata sedepa berarti 'satu depa'. Ukuran sedepa sama panjang dengan empat hasta atau enam kaki.
Jika ada orang yang dibantu sesuatu, kemudian dia meminta yang lain, hal itu bisa jadi karena memang dia bertabiat diberi hati mau jantung. Kalau diberi sepatu, misalnya, dia minta sekalian diberikan juga kaus kaki. Itu "melunjak" namanya. Atau, diberi sehasta mau sedepa.
Peribahasa ini menyindir seseorang yang tidak pernah merasa puas atas pemberian orang. Selain tidak mengenal kata "terima kasih", diberi hati ternyata belum puas. Minta lagi, jantung pula. Diberi sehasta alih-alih merasa puas, ternyata minta lagi. Eh, minta sedepa pula.
Peribahasa itu cocok juga kepada orang yang selalu bikin hati dongkol. Kita sudah berkali-kali mengelus dada, meminta kepala agar tetap dingin, menyuruh hati agar memaklumi saja, tetapi orang yang bikin rusuh hati itu tetap saja menyebalkan.
Kalau punya saudara bertabiat seperti itu, hati bakalan sering gondok. Tidak perlu diet, lama-lama kita kurus sendiri karena keseringan makan hati, Bukan apa-apa. Sudah dikasih beras, minta panci penanak nasi dari listrik pula. Sudah diberi kemeja baru, minta pula setrika uap. Gondok, kan?
Makin sering dia meminta sesuatu dari kamu, makin sering kamu marah. Lama-lama kesehatan mentalmu bermasalah. Dia yang melunjak, kamu yang meningkat risiko terkena strok.
Jadi, berhati-hatilah jika melihat Bung Towel sedang menggumamkan analisisnya tentang sepakbola Indonesia. Jangan diambil hati, nanti kamu capek sendiri. Kata orang Jawa, Bung Towel itu tuman. Keras kepala. Alot udel. Sikut batu. Kuping wajan. Dia tetap ngeyel, kita yang makan hati.
Piala Asia Bukan Ajang Uji Coba Pelatih, Towel
BARU-BARU INI Bung Towel kembali berulah. Dalam sebuah acara bincang-bincang di televisi, Bung Towel menanggapi usaha mengembalikan Nathan Tjoe-A-On ke timnas Garuda di Qatar, setelah Nathan pulang ke klubnya karena masa izin yang apkir.
Towel, dengan wajah menyebalkan, menantang STY (sebutan mesra Shin Tae-yong) untuk mencoba strategi tanpa Nathan di babak perempat final. Sah-sah saja berpendapat, tetapi sebaiknya jangan segoblok itu. Piala Asia, kendati U-23, bukan ajang coba-coba, bukan tempat yang tepat untuk menguji kapasitas pelatih.
Pengamat sepakbola yang saban muncul di tivi langsung merangsang saya untuk pindah kanal itu seperti sedang tantrum tiada ujung. Itu sama saja dengan timnas kita lolos perempat final kemudian kita meminta pelatih supaya mencoba pemain cadangan. Dalihnya, biar tahu kapasitas pelatih. Padahal, kita punya peluang untuk lolos ke babak semifinal.
- Pengamat kok bisa-bisanya nirotak begitu. Kita punya sumber daya berupa pemain yang bagus. Klubnya memberi izin setelah pengurus PSSI melobi. Lalu, kita akan memarkir Nathan di perempat final demi mengetes kemampuan STY dalam meracik strategi? Otak jangan terlalu lama dijemur, takut mutung.
- Pendapat yang benar-benar gak ngotak, Wel! Kita punya pemain bagus, tetapi kita biarkan pemain itu menghangatkan bangku cadangan demi memuaskan hati Yang Mulia Bung Towel. Itu ngawur sengawur-ngawurnya. Apa kamu kira Piala Asia itu pertandingan persahabatan, Wel?
- O, Wel, ini perempat final Piasa Asia U-23. Ajang yang bergengsi untuk timnas di bawah usia 23 tahun. Kamu pikir ini uji coba, Wel? Giliran Piala AFF kauminta STY agar serius. Pulang-pulang harus gondol piala. Kocak kamu, Wel!
Begitulah pendapat warganet yang berseliweran di media sosial. Rata-rata ngadat gara-gara Bung Towel. Wajar kalau banyak netizen yang marah kepada Bung Towel. Bukan apa-apa. Itu sama menjengkelkannya dengan orang sok bijak atau sok dewasa yang gemar banget mengatakan "relakan saja" ketika hal menyedihkan menimpa kita. Rasa ingin main tampol, tetapi kita percaya tidak baik melakukan kekerasan.
Loh, ini serius. Hati-hati kalau kamu sering marah-marah. Kondisi strok bisa saja terjadi. Kalau kemarahanmu meledak, bekuan darah ke otak atau pendarahan di dalam otak menjadi lebih tinggi.
Apalagi kalau kamu punya riwayat aneurisme otak atau 'kondisi pembuluh darah menggelembung di otak, seperti balon, akibat dinding pembuluh darah melemah pada suatu titik tertentu'. Tiap kamu marah, risiko aneurisme otak pecah menjadi enam kali lipat lebih tinggi.
Jangan sampai Towel yang bikin dongkol, kamu yang terkena strok. Amit-amit! [kp]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H