Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Manchester City, Trofi Juara, dan Sepak Bola Seni

21 Mei 2023   05:08 Diperbarui: 21 Mei 2023   14:27 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat, Manchester City. Klub yang kerap disebut Manchester biru itu sudah menyegel gelar juara Liga Inggris. Gara-garanya, pesaing terdekat mereka keok. Arsenal kalah 0-1 di kandang Nottingham Forest.

Kekalahan di partai ke-37 itu memastikan Arsenal tidak akan mampu mengejar City hingga akhir musim. Walau jungkir balik sekalipun! Padahal, Arsenal sempat mencicipi selisih delapan poin di atas City.

City baru akan bermain pada Minggu malam. Main di kandang sendiri. Main melawan Chelsea yang tengah sempoyongan. Main untuk merayakan gelar juara bersama fan fanatik di Stadion Etihad.

Manchester City dimahkotai jawara Liga Premier untuk ketiga kalinya secara beruntun. Kekalahan Arsenal 0-1 di laga tandang kontra Nottingham Forest membuat City tidak bisa disalip lagi dalam tiga laga tersisa. 

Begitu bunyi pernyataan resmi klub tetangga Manchester United yang dulu sering diledek sebagai "tetangga yang berisik". Maklum, dahulu City bukan siapa-siapa di hadapan United. Manchester selalu didaulat sebagai milik "Si Merah".

Sekarang? Tidak lagi. United masih sibuk mencari jati diri ketika City mencuat dengan keindahan sepak bola. Sudah enam tahun Pep Guardiola membesut City. Sudah 12 trofi yang ia persembahkan. Enam musim dengan lima gelar Juara Liga Premier tentu bukan prestasi kaleng-kaleng.

Lebih hebat lagi, tiga dari lima gelar juara liga dalam enam musim itu diraih secara beruntun. City menguasai Liga Premier pada musim 2020/2021, 2021/2022, dan 2022/2023. City perkasa, sebab mereka tiga kali merenggut juara di liga yang dianggap paling kompetitif.

"Memenangkan trofi Liga Premier tiga kali berturut-turut dan lima kali dalam enam tahun adalah hal yang luar biasa," tutur Ilkay Gundogan yang dilansir Reuters. "Kualitas dan konsistensi itu membantu merangkum apa yang diperjuangkan oleh Manchester City."

Terang saja fan City bersemangat. Kini mereka berhak makin berisik, karena klub kesayangan mereka sekarang sekaligus menguasai Manchester dan Liga Premier. Bahkan, tahun ini menunjukkan diri sebagai tim mematikan di kancah Eropa.

Apalagi musim ini masih ada dua piala yang bisa diraih oleh Kevin de Bruyne dan kolega. Melawan tetangga United di final Piala FA dan Inter Milan di final Liga Champions.

Pep memang layak penasaran. Dua musim lalu ia berhasil mengantar City ke final Liga Champions. Hasilnya, menyedihkan. Penampilan garang sejak babak grup sirna di babak final. City takluk 0-1 dari sesama klub Inggris, Chelsea.

Musim ini, peluang untuk mengangkat "Si Kuping Lebar" kembali terbuka. Lebar sekali. Mereka sudah ke babak final. Sudah ditunggu Inter Milan, klub dari Italia yang ingin mempermentereng prestasi klub di bilangan Eropa.

Trofi juara memastikan betapa digdayanya City belakangan ini. Bukan hanya di kancah domestik, melainkan sekaligus di benua biru. Raksasa-raksasa Eropa tahun ini bertekuk lutut di hadapan Julian Alvarez dan kolega.

Pada babak 18 Besar Liga Champions Eropa, City melumat RB Leipzig. Wakil Jerman itu dipermalukan dengan agregat 8-1. Pada perempat final, giliran Bayern Munich yang mereka tumbangkan dengan skor agregat 4-1. Terakhir, jagoan Eropa mereka bikin tanpa daya di semifinal. Real Madrid menyerah dengan selisih gol mencolok, 5-1.

Melihat pemain City melenggang-lenggok di lapangan hijau laksana melihat seniman sedang mengguratkan karyanya. Pada City kita bisa melihat seni mencetak gol, seni mengumpan bola, seni menggocek bola, seni bertahan, dan seni selebrasi.

Bayangkan saja. Haaland, monster pencetak gol berbadan tinggi besar, sudah mengemas 36 gol dari 33 laga di Liga Premier. Belum lagi monster kecil Julian Alvarez. Laga melawan Madrid membuktikan betapa Alvarez bukan sekadar ban serep bagi Haaland.

Namun, rasa penasaran menyungkupi hati. Akan seperti apa permainan City kala melawan United di Final FA dan Inter Milan di Liga Champions? Ya, kita tunggu saja seniman lapangan hijau beraksi.

Selamat, City! [kp]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun