Sedang memakai kacamata, malah bolak-balik mencari kacamata. Baru saja taruh dompet di meja, sejenak kemudian lupa diletakkan di mana. Beberapa menit lalu bersua, tiba-tiba lupa nama kolega. Hati-hati, bisa jadi itu gejala demensia.
DEMENSIA bukan penyakit. Itu kumpulan gejala akibat kerusakan otak. Kerusakan itu lumrahnya disebabkan oleh berbagai penyakit. Misalnya, Alzheimer. Gejala demensia bervariasi sesuai dengan bagian otak yang rusak.
Demensia bukan juga hak mutlak kaum sepuh. Jikalau Anda masih muda, sebut saja antara 30 hingga 40 tahun, jauhkan sombong dan tinggi hati. Sesungguhnya, demensia tidak pandang usia.
Jadi, indahkan demensia agar daya ingat dan kemampuan berpikir Anda tidak menurun. Kenali gejalanya supaya Anda tidak menyesal belakangan. Sebagian besar orang, entah tua entah muda, kerap tidak menyadari gejala demensia.
Apakah demensia mengintimi kaum sepuh atau lansia belaka? Tidak juga. Usia muda bukan garansi Anda bisa lepas dari kemungkinan terkena demensia. Usia tua bukan juga jaminan Anda pasti terkena demensia.
Maka, camkan. Kenali gejali demensia. Ini bukan menakut-nakuti, bukan. Ini amar atau peringatan saja. Bukan pola soal "melupakan kebaikan yang pernah kita berikan dan mengingat kebaikan yang pernah kita terima". Bukan begitu.
Jikalau Anda mulai mengalami perubahan kecil pada ingatan dan kemampuan berkonsentrasi, waspadalah. Lupa di mana barang diletakkan, lupa apa yang perlu dilakukan, atau lupa rutinitas kendati sering dilakukan. Itu tanda-tanda ringannya.
Masih ada, Kawan. Tidak mampu menyelesaikan percakapan akibat kesulitan menemukan kata-kata yang tepat. Itu indikator ringan demensia. Lupa mantan yang pernah merusak ketabahan, oh, itu tidak termasuk gejala demensia. Ups!
Kenali Gejala Awal Demensia
PENGARUH terhadap tiap-tiap orang acapkali berbeda. Setiap orang dapat mengalami gejala demensia dengan caranya sendiri. Unik. Khas. Nyinyir alias mengulang-ulang perintah, di antaranya. Mandi pagi lagi padahal sudah mandi pagi, itu amsal lain.
Ada beberapa gejala awal demensia yang umum terjadi. Biasanya, gejala awal umum itu muncul beberapa saat sebelum diagnosis demensia. Berikut ini contohnya.
- hilang ingatan;
- kesulitan berkonsentrasi;
- merasa sulit melakukan tugas sehari-hari yang biasa, seperti bingung ketika berbelanja;
- susah payah mengikuti percakapan atau menemukan kata yang tepat;
- bingung gara-gara waktu dan tempat; dan
- perubahan suasana hati.
Gejala-gejala umum di atas lazim disebut 'gangguan kognitif ringan'. Dalam istilah kedokteran biasa disebuat mild cognitive impairment. Atau, MCI. Lambat laun, gejala kognitif ringan bisa memburuk secara bertahap.
Anda, termasuk saya, boleh jadi tidak memperhatikan gejala kognitif ringan itu. Gara-garanya, kita anggap hal itu sebagai kejadian biasa. Kerabat dan sahabat pun mungkin tak menganggap serius gejala kognitif ringan itu selama beberapa waktu.
Gejala Demensia Gara-gara Alzheimer
DEMENSIA yang paling umum disebabkan oleh penyakit Alzheimer. Maka dari itu, kenalilah gejala umum penyakit Alzheimer. Berikut ini contohnya.
- masalah memori, seperti sering melupakan kejadian, nama, dan wajah yang baru dilihat;
- mengajukan pertanyaan secara berulang-ulang;
- makin kesulitan melaksanakan dan menyelesaikan tugas dan kegiatan yang memerlukan organisasi dan perencanaan;
- kebingungan di lingkungan asing;
- kesulitan menemukan kata yang tepat saat berkomunikasi dengan orang lain;
- kesulitan menghitung angka atau uang saat berbelanja di toko; serta
- menarik diri dari pergaulan karena kerap dilanda rasa cemas.
Gejala Khusus Demensia Vaskular
SETELAH Alzheimer ada demensia vaskular. Ini penyebab paling umum kedua dari demensia. Ada pula orang yang bersamaan menderita demensia vaskular dan penyakit Alzheimer. Jika itu terjadi maka disebut 'demensia campuran'.
Demensia vaskular terjadi akibat penyumbatan atau cedera pada pembuluh darah di otak. Gara-gara penyumbatan atau cedera itu, sirkulasi oksigen dan nutrisi ke dalam otak terganggu.
Gejala demensia vaskular mirip dengan Alzheimer, tetapi kehilangan ingatan mungkin tidak begitu jelas pada tahap awal. Hanya saja, gejalanya terkadang berkembang secara tiba-tiba dan cepat memburuk.
Ada juga gejala demensia vaskular yang berkembang secara bertahap. Jangka tumbuh kembangnya bisa selama berbulan-bulan. Malahan, bertahun-tahun.
Gejala spesifik demensia vaskular meliputi hal-hal di bawah ini.
- gejala mirip stroke, termasuk kelemahan otot atau kelumpuhan sementara pada satu sisi tubuh;
- bermasalah pada gerakan tubuh, seperti  kesulitan berjalan atau perubahan cara seseorang berjalan;
- bermasalah saat berpikir, seperti mengalami kesulitan dengan perhatian, perencanaan, dan penalaran;
- perubahan suasana hati, seperti depresi dan kecenderungan menjadi lebih emosional.
Gejala Khusus untuk Demensia dengan Tubuh Lewy
DEMENSIA dengan tubuh Lewy mirip dengan gejala penyakit Alzheimer, tetapi beberapa orang dalam kondisi tersebut biasanya mengalami:
- periode waspada atau mengantuk atau tingkat kebingungan yang berfluktuasi;
- halusinasi visual, seperti melihat hal-hal yang tidak ada atau orang-orang yang sudah tiada;
- menjadi lebih lamban dalam gerakan fisik;
- jatuh berulang-ulang dan pingsan;
- gangguan tidur yang akut.
Gejala Khusus untuk Demensia Frontotemporal
ALZHEIMAR memang masih merupakan jenis demensia yang paling umum menimpa orang di bawah usia 65 tahun. Namun, ada juga demensia frontotemporal yang bisa menimpa orang berusia 45--65 tahun.
Gejala awal demensia frontotemporal termasuk:
- perubahan kepribadian, seperti berkurangnya kepekaan terhadap perasaan orang lain, serta membuat orang tampak dingin dan tidak berperasaan;
- kurangnya kepekaan sosial, seperti membuat lelucon yang tidak pantas atau menunjukkan kurangnya kebijaksanaan, meskipun beberapa orang mungkin menjadi sangat pendiam dan apatis;
- masalah bahasa, seperti kesulitan menemukan kata yang tepat atau memahaminya;
- menjadi obsesif, seperti mengembangkan mode yang tidak biasa, serta makan dan minum secara berlebihan.
Gejala Demensia Lanjutan
SAAT demensia berkembang, kehilangan ingatan dan kesulitan komunikasi akan makin parah. Pada tahap selanjutnya, penderita cenderung mengabaikan kesehatannya sendiri dan membutuhkan perawatan dan perhatian yang konstan.
Gejala demensia lanjut yang paling umum mencakup:
- masalah ingatan, seperti tidak mengenali keluarga dan teman dekat atau mengingat di mana mereka tinggal atau di mana mereka berada;
- masalah komunikasi, seperti kehilangan kemampuan berbicara atau menggunakan sarana komunikasi nonverbal seperti ekspresi wajah, sentuhan, dan gerak tubuh;
- masalah mobilitas, seperti kurang mampu bergerak tanpa bantuan, pada akhirnya tidak dapat berjalan dan membutuhkan kursi roda atau harus berbaring di tempat tidur;
- masalah perilaku, mengalami gejala demensia perilaku dan psikologis, termasuk peningkatan agitasi, gejala depresi, kecemasan, agresi, atau terkadang halusinasi;
- inkontinensia kandung kemih umum terjadi pada tahap akhir demensia, beberapa orang juga akan mengalami inkontinensia usus;
- masalah nafsu makan dan penurunan berat badan sama-sama umum terjadi pada demensia lanjut, mengalami kesulitan makan atau menelan sehingga menyebabkan tersedak, dan infeksi dada.
Sekali Lagi, Waspadai Demensia
BANYAK orang tidak terlalu khawatir ketika seorang lansia kadang-kadang lupa rute terbaik ke toko favorit, tidak dapat mengingat nama teman, atau lupa di mana mobilnya di parkir ketika berbelanja ke swalayan atau mal.
Bahkan otak yang sehat bisa saja bekerja kurang efisien seiring bertambahnya usia, dan ingatan, persepsi sensorik, dan kemampuan fisik. Akibatnya, kemampuan otak kurang dapat diandalkan.
Demensia bukanlah bagian alami dari penuaan. Itu sebabnya mengapa Anda penting lekas bercakap-cakap dengan dokter lebih cepat. Itu lebih baik daripada Anda cemas berlebihan gara-gara ingatan bermasalah.
Jangan tunggu sampai Anda merasa sulit mengenali dan menemukan tempat yang sebelumnya sudah Anda kenal. Jangan tunggu hingga Anda bengong gara-gara tidak dapat mengikuti diskusi dan obrolan sebagaimana mestinya.
Camkan. Diagnosis dini demensia dapat mencegah kondisi menjadi lebih buruk. Ketika penyakit terdeteksi lebih awal, penderita sadar akan kondisinya sehingga ia dapat secara aktif berpartisipasi dalam proses pemulihan. [kp]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H