Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Tutorial Mengobati Sindrom Patah Hati atau Takotsubo Cardiomyopathy

12 Agustus 2021   15:03 Diperbarui: 12 Agustus 2021   20:09 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merawat cinta jauh lebih menenangkan daripada mengasuh benci (Gambar: Orami Photostock)

Barangkali kalian akan kebingungan apabila saya bertanya kepada kalian soal kardiomiopati takotsubo. Itu bisa terjadi karena kalian jarang mendengar atau membaca istilah yang berakar dari frasa takotsubo cardiomyopathy itu. Akan berbeda jikalau saya bertanya tentang patah hati. Saya percaya, kalian mengetahuinya. Malahan, boleh jadi kalian pernah mengalaminya.

Banyak di antara kita yang pernah merasa sakit tidak tepermanai gara-gara patah hati. Tidak peduli tua tidak peduli muda, patah hati bisa datang tiba-tiba. Tidak peduli sehat tidak peduli sakit, patah hati bisa saja melanda. Tidak peduli kalian perempuan atau laki-laki, kalian bisa dibekap patah hati. Ada yang bisa bangkit dari rasa sakit yang tak terkatakan, ada yang jatuh sejatuh-jatuhnya sehingga sadar saja susah apalagi tegak kembali.

Takotsubo kardiomiopati alias sindrom patah hati tidak sesederhana yang kita ketahui. Jika berada di hadapan orang yang sedang patah hati, kita mungkin bisa dengan enteng berkata "patah hati itu biasa". Bisa juga mengatakan "jika tidak ingin terluka, jangan coba-coba jatuh cinta". Boleh juga menyarankan trik "patah hati bisa diobati dengan jatuh hati lagi".

Rupa-rupa penghiburan pun bisa kita lakukan. Itu sah-sah saja. Akan tetapi, perasaan orang yang hatinya sedang patah tidak boleh kita abaikan. Terserah mau berkata apa saja. Hanya saja, kita perlu pula menyadari bahwa teguran atau hiburan malah bisa berubah menjadi positivitas toksik atau nasihat beracun. Alih-alih menyembuhkan, boleh jadi malah menyakitkan.

Jadi, berilah ruang bagi orang yang tengah patah hati untuk mencari cara penyembuhan untuk hatinya sendiri. Lebih daripada itu, patah hati tidak hanya berakar dari putus cinta. Gagal meraih apa yang diangan-angankan juga dapat memantik patah hati. Gagal memenuhi harapan orang yang kita kasihi pun bisa menyulut patah hati.

Nah, artikel ini hadir sebagai salah satu "jalan tikus" untuk mengatasi sindrom patah hati. Sebagai orang yang sering patah hati, artikel ini saya gubah dari perasan pengalaman. 

Dengan sedikit bumbu hasil penelitian beberapa ahli, endapan pengalaman dan saripati riset itu saya agihkan kepada kalian yang sedang atau tengah berusaha mengobati patah hati.

Tidak usah berlama-lama, mari kita sisir tahapannya satu per satu.

Lelaki juga bisa patah hati (Gambar: Thinstock/KatarzynaBialasiewicz)
Lelaki juga bisa patah hati (Gambar: Thinstock/KatarzynaBialasiewicz)

Pertama, menangislah jika itu akan meringankan beban hati. Bahkan andaikan semua orang kompak menuding kalian sebagai orang yang cengeng, lemah, lembek, rapuh, atau payah, tidak usah peduli. Menangislah selagi kalian ingin menangis. Air mata emosional sangat berguna bagi kesehatan mental kita.

William Frey dari Ramsey Medical Center berpendapat bahwa air mata yang mengalir deras saat kita mengalami kejadian emosional mengandung hormon stres. 

Dengan demikian, menangis berarti membuang racun-racun di dalam tubuh yang memantik rasa dongkol. Jadi, menangislah supaya hatimu lega.

Kedua, tetaplah menganggap perpisahan adalah akibat kesalahanmu. Tidak, ini bukan soal siapa yang benar atau salah. Ini perkara memasang alarm agar kejadian serupa tidak terulang. 

Jika kita bersikeras mengatakan "dia yang salah" maka dada kita akan diberati dendam. Jika kita bersikukuh berpikiran bahwa "dia yang salah" maka kepala kita akan diberati oleh kebencian.

Apakah menimpakan kesalahan kepada diri sendiri tidak akan menyulut rasa sakit yang tak selesai-selesai? Bisa jadi, ya. Apabila penyalahan atas diri sendiri itu berlebihan, kesehatan jiwa kita akan terancam. Namun, pada sisi lain dapat menjadi rambu pengingat. 

Refleksi atas patah hati karena putus cinta atau gagal meraih apa yang diinginkan lebih penting dibanding bersusah-susah menimpakan kesalahan kepada orang lain.

Ketiga, bertahanlah mencari tahu kesibukan mantan. Banyak orang yang menyarankan supaya kita lekas-lekas melupakan mantan agar kita bisa beranjak (move on) dari mantan. Itu tidak sepenuhnya salah meski tidak sepenuhnya benar. Melupakan mantan bukan pekerjaan yang mudah. Jauh lebih mudah menunggui sapi bunting daripada melupakan mantan.

Maka uliklah kabar dari mantanmu lewat media sosial, misalnya, jika itu akan menyenangkan hati dan melegakan dadamu. Daripada susah tidur atau kehilangan selera makan karena deraan rasa penasaran, buka saja akun medsos mantan. Tidak perlu menjadi malaikat yang selalu mendoakan kebahagiaan dan kesejahteraan mantan. Sesekali mengumpat bisa menenangkan hati.

Keempat, bertahan menjomlo bukanlah aib yang memalukan. Kadang setelah mengalami patah hati kita waswas untuk menjalin hubungan lagi. Seseorang yang baru saja bercerai boleh jadi cemas menikah lagi karena dibelit trauma.

Ketika belitan trauma itu amat ketat, "menjatuhkan hati" mungkin saja sama mustahilnya dengan mencari seekor kambing di sarang macan. Maka, bertahanlah dalam kesendirian. Tinggal gigih mencari cara berteman dengan kesepian. Bisa dengan menonton film, bisa lewat membaca buku. Bisa dengan melakukan kegiatan apa saja sebagai perintang waktu.

Kelima, berteman dengan kenangan. Beberapa peristiwa saat bersama memang sering terlalu manis untuk dilupakan. Kadang otak setengah mampus berusaha mengusir kenangan indah, tetapi hati memampang kenangan indah itu berkali-kali. Tempat yang pernah didatangi, makanan yang pernah disantap, kejadian lucu yang pernah ditertawai. Semuanya bisa memantik luka.

Guy Winch, penulis buku How To Fix A Broken Heart, menganjurkan agar kita tidak perlu mati-matian memusuhi segala-gala yang dapat memantik ingatan dan menyulut duka. 

Sebaliknya, kita mesti membiasakan diri untuk membuat kenangan indah yang baru. Dengan begitu, kenangan pahit dapat kita ubah menjadi kenangan manis.

Merawat cinta jauh lebih menenangkan daripada mengasuh benci (Gambar: Orami Photostock)
Merawat cinta jauh lebih menenangkan daripada mengasuh benci (Gambar: Orami Photostock)

Itulah lima langkah sederhana untuk mengobati sindrom patah hati. Tetap berduka secukupnya, tidak usah berusaha menyembuhkan diri selekas-lekasnya. Tabiat terburu-buru malahan kerap bikin hati kecewa. Jika hari ini kalian patah hati, biarkan kecewa mengalir seperti sungai.

Satu hal yang patut kalian ingat adalah berteman dengan rasa sakit. Jika kalian melawan rasa sakit, boleh jadi menimbulkan rasa sakit yang baru apabila kalian gagal melakukannya. Padahal, patah hati bisa menyebabkan gangguan fisik yang serius. [kp]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun