Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

"Sus Ngepetus": Demi Ketenaran, Babi Dikorbankan

29 April 2021   14:11 Diperbarui: 29 April 2021   14:16 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akibat kurang tabayun, warga Sawangan, Kota Depok, beramai-ramai merisak babi. Tuduhan dilontarkan semau hati, vonis "babi ngepet" dijatuhkan tanpa pengadilan.

Apalah hendak dikata, nasib babi begitu nahas. Sudahlah terlahir sebagai "makhluk haram", sering pula dipilih manusia sebagai bahan umpatan, sekarang dijadikan tumbal demi ketenaran dan keserakahan belaka. Sungguh mencelengkan.

Sebermula dari seseorang di Sawangan yang ingin tenar, babi terpilih sebagai umpan. Tidak usah bertanya ala fafifu atau wasweswos, babi ngepet memang gosip yang renyah dan gurih. Biar jemaah bertambah, seseorang pun merekayasa sandiwara.

Jangan tanyakan dari mana muasal babi ngepet, sejak kapan babi ngepet berkembang biak di kepala manusia, atau bagaimana kisahnya hingga babi ngepet bertahan hidup hingga sekarang. Hewan berjenis ungulata yang berhidung melebihi pinokio tidak mengenal marga babi ngepet.

Jadi, jangan tanyakan nama latin babi ngepet. Jika kalian ingin tahu nama latin babi hutan, saya agihkan saja sus scrifa. Kalau kalian ingin tahu nama latin babi piaraan, bisalah sus scrifa domesticus atau sus domestikus saya sodorkan. Bagaimana dengan babi ngepet? Dahlah, sebut saja sus ngepetus.

Alangkah membagongkan.

Bangsa babi terceleng-celeng. Mereka tidak menduga bangsa manusia bisa sepandir itu. Di tengah silir-semilir angin Revolusi Industri 4.0, di tengah gaung gong Bukit Algoritma, di tengah adu bacot wacana data raksasa alias big data, segelintir manusia rela bugil demi melihat babi ngepet. Di bawah komando Engineer Sus Ngepetus, mereka bangun gosip. Betapa fafifu!

Memang membagongkan, bukan membingungkan. 

Betapa tidak, ada saja manusia yang rela diperbabi (temannya diperkuda) oleh kebodohan. Babi ngepet percaya, virus korona emoh percaya. Tidak heran jika bangsa babi menceleng-celengkan kepala (baca: menggeleng-gelengkan kepala).

Sungguh mencelengkan. Warga bangsa babi gagal paham. Mereka tidak mengerti bagaimana bisa manusia, yang terpilih sebagai khalifah, mampu bertindak sedungu itu. Mereka tidak tahu kenapa bisa manusia gagal membabikan babi.

Bangsa babi, makhluk omnivora yang lucu dan lugu, kini mulai misuh-misuh. Mereka memang tidak mampu menyebut fafifu atau wasweswos, tetapi mereka bisa menyatakan ngok-ngok sambil mengacungkan jari tengah kaki depan kepada manusia. (kp)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun