Ada juga istilah jalan serong. Wah, jalan ini setingkat lebih busuk di atas jalan belakang dan jalan tikus. Dalam arti sebenarnya, jalan serong bermakna 'jalan yang tidak lurus'. Dalam makna kias, jalan serong berarti 'perbuatan yang curang, tidak jujur, atau tidak sebagaimana mestinya'.
Memasuki negara lain berarti bersiap mematuhi aturan di negara yang dimasuki. Mau tidak mau harus begitu. Kalau melanggar, biasanya dideportasi. Adapun makna kasar deportasi adalah 'pengusiran dari wilayah hukum negara tertentu'. Namanya juga diusir, pasti ada asap sehingga api tersulut.
Lukas Enembe, misalnya. Beliau seorang pejabat negara. Kedudukannya sangat strategis. Selaku Gubernur Papua, ia mestinya paham seluk-beluk menyeberangi perbatasan negara. Sisik meliknya pasti mudah dilacak. Bikin malu satu negara jikalau seorang gubernur tidak paham aturan keimigrasian.
Mengapa bikin malu negara? Sebab, Lukas seorang pejabat. Sekalipun tujuannya menyeberang ke Papua Nugini untuk terapi atas penyakit yang tidak ia ungkapkan, caranya memasuki negara lain sangat tidak bermartabat.
Lukas memakai jalan tikus agar tiba di Vanimo tanpa diketahui oleh pejabat imigrasi Indonesia dan Papua Nugini. Artinya, Lukas ingin mengelabui dua negara. Kelakuan sedemikian tidak etis ditunjukkan oleh seorang pejabat. Apa pun alasannya, apa pun pemicunya.
Lain halnya dengan Lee Jong Suk. Artis drakor tersohor itu datang ke Indonesia karena undangan penyelenggara jumpa penggemar. Penyelenggara mestinya berhati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Salah visa, misalnya. Kalau benar mau jumpa fan, ambil visa kerja.
Adapun Lukas, beda perkara. Ia naik ojek dari Pasar Skouw. Berboncengan tiga pula. Sudahlah menyeberang secara ilegal, melanggar jumlah penumpang motor pula. Untung kalau memakai helm. Kalau tidak, makin memalukan. Faktanya, ia dideportasi oleh pihak imigrasi Papua Nugini.
Pertanyaannya sekarang: kalau memang ingin berobat, mengapa Lukas harus mengambil jalan tikus? Jika merasa tidak bersalah apa-apa, mengapa ia mesti memilih jalan serong? Kalau merasa benar, kenapa harus lewat jalan belakang?
Ah, sudahlah. [kp]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H