Begitulah cara saya menubuhkan lokalitas. Jurus ini memilih materi kearifan lokal. Jika tidak bisa dicabut, harus ditebang. Porsinya mesti pas. Bambu tidak bisa dicabut, apalagi beringin. Memilah materi juga begitu. Ada yang cocok menjadi "bambu", ada yang sebatas "ketela".
Jurus Tebang Bambu Cabut Ketela membantu saya supaya pemilahan dan penempatan petuah leluhur tepat pada tempatnya.
***
Jurus Berkaca di Cermin Anyar
Inilah jurus yang saya gunakan agar lokalitas tidak menjadi penguasa tunggal dalam cerita. Saya juga membubuhkan universalitas. Kearifan lokal saya nikahkan dengan filsafat modern. Cermin purba ditautkan dengan cermin baru. Biar segar, biar kekinian. Itu esensinya.
Jurus ini saya namai Berkaca di Cermin Anyar. Perhatikan dialog berikut (Lakuna, 166).
"Keluar dari duniamu yang pertama dan temukan duniamu yang kedua."
Naya menghela napas. "Berat!"
"Pasti berat karena pikiran dan perasaan tidak mahir bekerja sama."
"Immanuel Kant."
"Tepat."
"Semakin sering kita mengobrol semakin terlihat betapa bodohnya aku selama ini--"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!