Selain drama kudeta Partai Demokrat, ada kasus yang mendadak menarik minat. Dewa Kipas. Ya, nama itu menjulang tinggi di mata netizen Indonesia. Warganet mendadak kepo berjemaah. Kisah Dewa Kipas seperti terjadi di negeri dongeng.
Adalah Dadang Subur muara polemiknya. Sosok pemilik akun Dewa Kipas itu menantang Master Internasional, Levy Rozman, di kedai catur daring chess.com. Levi memakai akun Gothamchess.
Yang satu dewa, satu lagi palu godam. Mereka bertemu di kedai catur daring. Bertarung di sana. Bayangkan Dewa Kipas datang dengan sarung, kaus oblong, dan kacamata baca ala peronda. Adapun Gothamchess nongol dengan jas, dasi, dan tuksedo. Tentu saja pakai celana, masak kagak.
Persis David dan Goliat. Dewa Kipas tidak pernah terdengar namanya di rimba percaturan kita, apalagi di belantara catur dunia. Ndilalah, Dewa Kipas menang. Sang Master Internasional keok. Lalu, muncul dugaan Dewa Kipas bermain curang.
Akun Dewa Kipas akhirnya diblokir. Kedai catur daring terpaksa ditinggalkan oleh Dadang Subur. Ia harus balik ke pos ronda. Terus bermain catur di sana. Kadung diomeli bini, jangan pulang sekalian. Begadang sampai pagi bersama bapak-bapak peronda.
Ternyata kisah Dewa Kipas belum tamat. Muncul Pendekar Segala Tanya, Deddy Corbuzier. Biasa. Polemik Dadang adalah sumur cuan bagi sang pendekar. Atas nama "membersihkan nama baik", Dadang setuju mengisi podkes. Deddy dapat konten. Pemirsa siniar alias podcast Deddy bejibun. Pasti banyak yang tonton.
Pendek kata, karisma siniar pendekar Deddy jauh di atas siniar yutuber lain. Deddy eperti berada di menara gading. Ia mahir menarik jurus. Tahu benar strategi dagang. Dia undanglah Dadang. Sang Dewa Kipas tentu saja memanfaatkan situasi untuk membersihkan nama.
Pada sisi lain, Irene Sukandar merasa kecewa. Grand Master kebanggaan Indonesia itu merasa Deddy telah mengabaikan fakta. Bagi Irene dan atlit catur profesional lainnya, Dewa Kipas adalah benalu yang dapat merusak nama baik pecatur dan dunia catur Indonesia.
Segala analisis algoritme dibawa. Irene dan kawan-kawan malah sampai menggelar konferensi pers. Judulnya megah. Edukasi Catur Daring dan Problematikanya. Di sanalah "daleman" Dewa Kipas disingkap dan dibongkar sampai bugil. Tidak ada yang tersisa. Pokoknya, buruk.
Anomali pun terseret. Syahdan, kedigdayaan Dewa Kipas sangat tidak manusiawi. Akurasi langkah Dewa Kipas mencapai 99,5%. Sesuatu yang sulit dicapai oleh pecatur lain, baik amatir maupun profesional. Singkat cerita, Dewa Kipas adalah Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi di catur daring.
Irene sendiri jelas berkepentingan. Ia mesti membela nama baik dunia catur Indonesia di mata internasional. Begitu pula dengan Dewa Kipas. Ia berhak membela diri. Malahan ia sanggup jika harus melawan pecatur nasional. Tarung langsung.
Di luar Irena dan Dewa Kipas, ada pihak yang paling diuntungkan. Pendekar Segala Tanya. Jikalau menilik tanggapan publik atas "surat cinta" Irene, Deddy tampaknya akan membersihkan ruang siniar. Irene bakal diundang. Jadi, pemirsa bisa melihat dari dua sisi: Irene dan Dewa Kipas.
Sekalipun tidak menuduh Dadang secara langsung, data yang disajikan Irene dan kolega jelas menyudutkan Dewa Kipas. Seolah-olah pecatur kelas pos ronda hanyalah kaumecek-ecek, tidak mungkin menang melawan MI Levy kecuali curang.
Kita tidak tahu masa lalu Dewa Kipas. Boleh jadi ia sering jongkok di pasar menantang tukang jajal catur cepat. Mungkin saja beliau hanya bertanding antarpos ronda. Namun, tidak menutup kemungkinan ia memang jago.
Dewa Gitar, Alip Ba Ta, juga main gitar di kos-kosan, di bawah poster alfabet, di dekat gelas kopi dan asbak. Main begitu saja. Namun, gitaris kondang dari antero bumi mengakui keunikan dan kejagoan sang Dewa Gitar.Â
Berbeda dengan nasib Dewa Kipas. Alih-alih diselamati, ia dituduh curang. Tidak salah jika Dewa Kipas mangkel. Ia harus membuktikan kejagoannya. Ayo, Dewa Kipas, tantang semuanya! Biar jernih, biar terang.Â
Sebagai penonton, seperti saat saya nongkrong di kedai kopi Kang Mamat menyaksikan bapak-bapak main catur, saya penasaran. Bagaimana caranya Dewa Kipas mencurangi MI Levy? Entahlah.
Bagaimanapun, Deddy tetap sebagai pihak yang paling untung. Dengan modal nama besar dan kemahiran menggiring tanda tanya, ia bisa meraup cuan karena mendapat banyak pemirsa. [kp]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H